Bianca terkejut menatap Mario dengan tatapan tidak percaya. Mario mencekik lehernya, lalu bertanya, “Demi bercerai denganku, kamu malah mengekspos hubunganku dengan Karen?”Tetiba Bianca tertawa. “Kamu merasa semua ini perbuatanku?”Mario juga tidak berbicara. Saat ini, seorang wanita masuk bersama dua pengawal. Wanita itu tak lain adalah Cherry.Ketika Karen melihat Cherry, dia pun tertegun. “Shelly?”Shelly adalah nama Cherry sebelum dia mengganti namanya. Karen sangat familier dengan wajah wanita ini. “Kamu sudah kembali?”Tentu saja Mario tahu Shelly adalah putri dari Keluarga Martini. Hanya saja, dia sungguh tidak menyangka wanita ini akan muncul di rumahnya. Menyadari Mario sedang di rumah, Cherry juga tidak merasa takut. Dia pun berkata pada Mario, “Aku dengar-dengar Pak Mario lagi menyelidiki pelaku yang mengekspos gosip kalian?”Mario spontan tersenyum menyeringai. “Sepertinya kamu tidak punya waktu luang untuk ikut campur dalam masalah ini?”“Kenapa nggak?” Cherry tersenyum
Dari tadi Karen terus menggenggam ponselnya. Dia bahkan tidak mengizinkan Mario untuk menyentuh ponselnya. Sebab, ada “rahasia” yang tidak boleh diketahui orang lain di dalamnya.Sebelumnya Karen juga sempat berpikir. Jika Mario tidak bersedia untuk menikahinya, dia akan mengekspos rahasia di dalam ponselnya. Jika rencana Karen hancur, dia juga tidak akan membiarkan Mario hidup tenang.Hanya saja, bagaimana Cherry bisa mengetahui video itu?Menyadari ekspresi gugup di wajah Karen, Cherry pun percaya dengan omongan Claire. Ternyata memang ada video yang akan digunakannya untuk mengancam Mario.Mario juga tidaklah bodoh. Tentu saja dia menyadari ada yang menjanggal dalam masalah ini. Dia memerintah Karen untuk mengeluarkan ponselnya. Namun, Karen bersikeras tidak menyerahkannya.Cherry menyuruh pengawal untuk menahan Karen ke lantai. Karen tak berhenti meronta. “Shelly, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan? Kalau kamu tahu ada sesuatu di ponselku, apa kamu nggak takut ….”Omongan Karen
Berita selingkuh Mario dengan Karen diekspos oleh Cherry. Dia juga sengaja memberi alamat Vila Ohora kepada Bianca, memberitahunya bahwa Mario sedang di sana. Apa dia hanya menyuruh Bianca datang untuk menyaksikan “pertunjukan”?Cherry tersenyum. “Aku nggak punya maksud lain. Aku hanya ingin kamu melihat wajah asli mereka, biar kamu bisa mempertimbangkan apakah pilihanmu untuk bercerai itu benar atau nggak?”Bianca tertegun sejenak.Cherry melanjutkan, “Karen ingin menikah dengan Mario demi bisa menjadi bagian dari Keluarga Chaniago. Keluarga Chaniago nggak akan menyetujuinya. Aku juga nggak akan membuat impiannya tercapai. Kamu juga sudah melihat nasibnya. Mario nggak berencana untuk menikahinya. Jika nggak terjadi masalah ini, mungkin Karen akan tetap menjadi simpanan Mario. Hubungan mereka nggak akan berakhir.”Bianca sudah memantapkan dirinya untuk bercerai. Dia juga telah memahami maksud ucapan Cherry.Seandainya tidak terjadi masalah ini, Mario pasti masih menghidupi simpanannya
Candice menatap mereka berdua. “Mantan pacarnya Louis itu supermodel yang cukup terkenal, namanya Chelsea Lukito. Ayahnya adalah direktur dari Agensi Majestik.”Claire tertegun sejenak. Chelsea? Nama ini terdengar sangat familier. Dia pun bertanya, “Dia itu model internasional yang sering muncul di Pertunjukan Mode Sierra?”Candice mengangguk.Tetiba Claire tersenyum. “Oh aku tahu, dia itu duta merek Perusahaan Luxury Negara Shawana. Sembilan tahun lalu, aku sempat beberapa kali ketemu dia di Negara Shawana. Dia memang cantik.”Candice menjulingkan matanya. “Kenapa dunia ini sempit sekali?”Cherry meletakkan tangan di atas pundak Candice. “Candice, kamu jangan putus asa. Padahal dia secantik itu, dia malah putus sama Tuan Louis. Bisa jadi Tuan Louis nggak suka tipe cewek seperti itu?”Candice meliriknya sekilas. “Kalau nggak suka tipe cewek seperti itu, apa mungkin mereka pacaran selama enam tahun?”“Enam tahun?” Cherry merasa kaget. “Kalau sudah pacaran selama itu, bukankah mereka seh
Candice segera berdiri sembari membungkus tubuhnya dengan mantel, lalu berlari ke sisi mobil. Dia membuka pintu, lalu duduk samping bangku pengemudi, bergegas memasang sabuk pengaman. “Kak Cahya, kamu baik sekali. Aku tahu kamu pasti nggak bakal biarin aku be ….”Saat Candice memalingkan kepalanya melihat lelaki di bangku pengemudi, senyuman di wajahnya seketika terkaku. “Kenapa malah kamu?”Candice menoleh ke baris belakang, tapi tidak ada siapa pun di sana. Louis dapat mencium bau alkohol yang menyengat dari si wanita. Dia segera membuka jendela mobil. “Kakakmu tidak ada waktu untuk meladenimu.”“Kak … Kak Cahya yang suruh kamu ke sini?” Candice merasa syok. Padahal Cahya menyetujui dengan sangat cepat, tapi dia malah tidak datang!Kakak sepupu seperti ini … haish … dibuang saja!Louis tidak menjawab.“Lebih baik aku suruh ayahku untuk bukain pintu saja.” Candice melepaskan sabuk pengamannya. Saat dia hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba Louis mengunci pintu. Candice yang tidak bisa
Louis menutup pintu kamar.Pelayan pun terpaku di tempat. Dia sedang ragu apakah dia harus memberi tahu masalah ini kepada Nyonya Liliana atau tidak?Candice membalik tubuhnya sembari menggaruk pipinya. Dia juga sedang bergumam saat ini.Louis duduk di samping ranjang, lalu meletakkan sup pereda mabuk di atas nakas. “Candice,” panggil Louis sembari melihatnya.Candice masih tidak menyadarkan diri. Louis menepuk-nepuk pundaknya. “Hei, bangun.”“Emm … jangan ribut.”Candice mengayunkan tangannya untuk menepis tangan Louis. Saking kuatnya, dia tak sengaja menarik satu kancing kemeja Louis hingga terlepas.Kancing bergulir di kolong ranjang. Louis menahan pergelangan tangannya. “Candice, kamu ….”Namun saat ini Candice sudah mabuk hingga tidak menyadarkan diri. Dia juga sedang tidur dengan pulasnya. Ketika melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, entah kenapa Louis malah menelan air liurnya.Louis segera berdiri. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya, baru meninggalkan kamar.Pagi
Louis menaruh mangkuk ke atas meja, lalu menyeka sudut mulutnya dengan saputangan. "Ibu yakin mau melakukan itu?" tanya Louis.Saat Liliana hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak dari lantai atas, "Louis, bajingan kamu!" Candice berlari ke lantai bawah dengan marah, bahkan tanpa repot-repot memakai sepatunya. Dia menangis heboh tadi malam sehingga matanya masih bengkak. "Bukannya aku memintamu untuk mengantarku ke hotel? Kenapa kamu membawaku ...."Begitu melihat bahwa selain Louis, juga ada Liliana dan pembantu di bawah, Candice terkejut dan hampir terhuyung jatuh.Liliana tertegun, lalu menggumam, "Candice ...?"Candice tersenyum kaku. Matilah! Liliana pasti akan salah paham padanya!....Di Perusahaan Soulna, Claire sedang menggambar sketsa di kantor ketika pesan dari Javier muncul di ponselnya.[ Jangan lupa soal rapat wali murid besok. ]Claire mencibir dan segera menjawab.[ Mana mungkin aku lupa? ]Javier membalas.[ Takutnya kamu terlalu sibuk dan lupa,
Claire menajamkan mata ke arah mereka, dia merasa sosok pria itu agak familier. Setelah sekelompok orang itu naik ke lantai atas, Claire baru mengenalinya. Mungkin karena pria itu mengenakan jas, jadi Claire tidak langsung mengenalinya. Pria itu adalah Hardy.Setelah tiga tahun tidak berjumpa, pembawaan Hardy menjadi lebih tenang dan auranya lebih kuat. Dia tampak lebih matang sekarang.Hardy pun berkata dengan nada terkejut saat melihat Claire, "Peri Kecil?"Charine tertegun, lalu mengikuti arah pandang Hardy dan melihat Claire."Hai, Hardy. Sudah lama kita nggak ketemu." Claire memperkenalkan Nyonya Gina dengan ramah, "Nenek, dia Hardy, anaknya Mario."Gina mengangguk dan tersenyum pada Hardy. Hardy tampak lebih dewasa saat dia diam. Namun, begitu buka mulut, dia seolah-olah kembali ke sosoknya tiga tahun lalu."Ini nenekmu?" Hardy mengangguk dan menyapa Gina dengan sopan, "Halo, Nenek."Gina berujar sambil tersenyum, "Aku pernah mendengar tentang tuan muda Keluarga Chaniago, tapi in