Candice segera berdiri sembari membungkus tubuhnya dengan mantel, lalu berlari ke sisi mobil. Dia membuka pintu, lalu duduk samping bangku pengemudi, bergegas memasang sabuk pengaman. “Kak Cahya, kamu baik sekali. Aku tahu kamu pasti nggak bakal biarin aku be ….”Saat Candice memalingkan kepalanya melihat lelaki di bangku pengemudi, senyuman di wajahnya seketika terkaku. “Kenapa malah kamu?”Candice menoleh ke baris belakang, tapi tidak ada siapa pun di sana. Louis dapat mencium bau alkohol yang menyengat dari si wanita. Dia segera membuka jendela mobil. “Kakakmu tidak ada waktu untuk meladenimu.”“Kak … Kak Cahya yang suruh kamu ke sini?” Candice merasa syok. Padahal Cahya menyetujui dengan sangat cepat, tapi dia malah tidak datang!Kakak sepupu seperti ini … haish … dibuang saja!Louis tidak menjawab.“Lebih baik aku suruh ayahku untuk bukain pintu saja.” Candice melepaskan sabuk pengamannya. Saat dia hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba Louis mengunci pintu. Candice yang tidak bisa
Louis menutup pintu kamar.Pelayan pun terpaku di tempat. Dia sedang ragu apakah dia harus memberi tahu masalah ini kepada Nyonya Liliana atau tidak?Candice membalik tubuhnya sembari menggaruk pipinya. Dia juga sedang bergumam saat ini.Louis duduk di samping ranjang, lalu meletakkan sup pereda mabuk di atas nakas. “Candice,” panggil Louis sembari melihatnya.Candice masih tidak menyadarkan diri. Louis menepuk-nepuk pundaknya. “Hei, bangun.”“Emm … jangan ribut.”Candice mengayunkan tangannya untuk menepis tangan Louis. Saking kuatnya, dia tak sengaja menarik satu kancing kemeja Louis hingga terlepas.Kancing bergulir di kolong ranjang. Louis menahan pergelangan tangannya. “Candice, kamu ….”Namun saat ini Candice sudah mabuk hingga tidak menyadarkan diri. Dia juga sedang tidur dengan pulasnya. Ketika melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, entah kenapa Louis malah menelan air liurnya.Louis segera berdiri. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya, baru meninggalkan kamar.Pagi
Louis menaruh mangkuk ke atas meja, lalu menyeka sudut mulutnya dengan saputangan. "Ibu yakin mau melakukan itu?" tanya Louis.Saat Liliana hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak dari lantai atas, "Louis, bajingan kamu!" Candice berlari ke lantai bawah dengan marah, bahkan tanpa repot-repot memakai sepatunya. Dia menangis heboh tadi malam sehingga matanya masih bengkak. "Bukannya aku memintamu untuk mengantarku ke hotel? Kenapa kamu membawaku ...."Begitu melihat bahwa selain Louis, juga ada Liliana dan pembantu di bawah, Candice terkejut dan hampir terhuyung jatuh.Liliana tertegun, lalu menggumam, "Candice ...?"Candice tersenyum kaku. Matilah! Liliana pasti akan salah paham padanya!....Di Perusahaan Soulna, Claire sedang menggambar sketsa di kantor ketika pesan dari Javier muncul di ponselnya.[ Jangan lupa soal rapat wali murid besok. ]Claire mencibir dan segera menjawab.[ Mana mungkin aku lupa? ]Javier membalas.[ Takutnya kamu terlalu sibuk dan lupa,
Claire menajamkan mata ke arah mereka, dia merasa sosok pria itu agak familier. Setelah sekelompok orang itu naik ke lantai atas, Claire baru mengenalinya. Mungkin karena pria itu mengenakan jas, jadi Claire tidak langsung mengenalinya. Pria itu adalah Hardy.Setelah tiga tahun tidak berjumpa, pembawaan Hardy menjadi lebih tenang dan auranya lebih kuat. Dia tampak lebih matang sekarang.Hardy pun berkata dengan nada terkejut saat melihat Claire, "Peri Kecil?"Charine tertegun, lalu mengikuti arah pandang Hardy dan melihat Claire."Hai, Hardy. Sudah lama kita nggak ketemu." Claire memperkenalkan Nyonya Gina dengan ramah, "Nenek, dia Hardy, anaknya Mario."Gina mengangguk dan tersenyum pada Hardy. Hardy tampak lebih dewasa saat dia diam. Namun, begitu buka mulut, dia seolah-olah kembali ke sosoknya tiga tahun lalu."Ini nenekmu?" Hardy mengangguk dan menyapa Gina dengan sopan, "Halo, Nenek."Gina berujar sambil tersenyum, "Aku pernah mendengar tentang tuan muda Keluarga Chaniago, tapi in
Perusahaan Jeewan tidak hanya terkenal di industri perhiasan, tetapi juga di kalangan bisnis dan hiburan. Para bintang besar di industri hiburan bahkan berusaha keras untuk menyenangkan Gina supaya bisa menjadi duta perhiasan perusahaannya. Tadinya, Gina bahkan meremehkan Javier dan Keluarga Kenata, jadi mengapa dia harus gentar pada Keluarga Jetmadi?Sebenarnya, bukan latar belakang Gina yang kuat, tetapi karakternya yang hebat. Sejak dahulu, dia tidak pernah takut pada orang berkuasa. Dia lugas dan bertanggung jawab. Sosoknya waktu masih muda juga sangat tangguh. Siapa pun yang mengenal Gina dengan baik pasti menghormatinya.Melihat Charine terdiam, Gina melanjutkan tanpa ekspresi, "Guffin saja nggak berani bicara seperti itu di depanku. Anak muda sepertimu benar-benar angkuh!"Claire berkata sambil tersenyum, "Jangan marah, Nek. Nona Charine masih muda, dia pasti akan lebih hati-hati di masa depan."Hardy langsung mengabaikan Charine, lalu duduk bersama teman-temannya. Charine tetap
Di Grup Angkasa petang itu, Javier menghampiri mobil yang dibawa Roger. Saat dia hendak masuk ke dalam mobil, seorang wanita di belakang memanggil namanya. Ketika menoleh dan melihat bahwa orang yang memanggilnya adalah Charine, wajahnya sontak berubah menjadi dingin. Berani sekali wanita ini mendatanginya lagi!Ekspresi Javier membuat Charine takut untuk mendekat. Namun, dia memberanikan diri untuk berkata, "Tuan Javier, tolong jangan salah paham dulu. Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu.""Ada apa?" tanya Javier dengan nada dingin.Charine menyerahkan beberapa foto yang diambil Javier dengan ragu-ragu. Saat melihat foto-foto itu, tidak terlihat perubahan ekspresi apa pun di wajah Javier. Namun, sudut foto di tangannya diremas hingga berkerut.Charine berkata dengan hati-hati, "Tuan Javier, aku nggak bermaksud apa-apa. Itu foto yang diambil orang lain, aku cuma ingin memastikannya. Tentu saja, aku yakin kalau Nona Claire nggak mungkin mengkhianatimu."Aura Javier tiba-tiba menjadi d
Claire menatap Javier dan bertanya, "Apa kamu percaya pada foto-foto ini?"Javier membalas dengan sorot mata yang kian dingin, "Aku tanya ke mana kamu pergi, tapi kamu tidak jujur padaku."Claire mendekat dengan ekspresi tenang seraya berkata, "Jadi, menurutmu foto-foto itu asli? Menurutmu aku selingkuh?"Keheningan Javier menunjukkan jawabannya. Claire menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya. Setelah itu, dia baru menjelaskan, "Aku pergi minum teh dengan Nyonya Gina hari ini. Soal pria di foto itu, kamu juga mengenalnya. Aku nggak sengaja bertemu dengannya di lapangan golf. Aku cuma berteman dengannya."Melihat Javier hendak melangkah pergi, Claire perlahan menambahkan, "Javier, terserah kamu mau percaya atau nggak."Langkah Javier terhenti sejenak. Kemudian, dia meninggalkan ruang kerja tanpa menoleh lagi. Claire berjongkok dan memungut foto-foto itu sambil tersenyum sendu. Apa boleh buat, siapa pun tidak mungkin bisa tenang setelah melihat foto-foto seperti itu. Belum l
Semua ejekan orang-orang terdengar di telinga Charine. Wajahnya memerah karena naik pitam. Jelas-jelas dia tidak pernah melakukan hal seperti itu. Namun, mengapa wanita paruh baya ini mengetahui nama dan identitasnya?Sebelum wanita paruh baya itu sempat bereaksi, Charine menyelinap masuk ke dalam mobil. Alhasil, wanita paruh baya itu bangkit dan memukul jendela mobil sambil berseru, "Mau kabur ke mana? Keluar kamu! Dasar jalang!"Namun, mobil itu langsung melaju pergi dan orang-orang yang menonton keramaian perlahan bubar. Setelah itu, wanita paruh baya itu berjalan ke sudut gang dan menerima sejumlah uang dari Izza.Wanita paruh baya itu kegirangan saat melihat sekantong uang itu. "Makasih ya. Kalau ada tugas seperti ini lagi, ingatlah untuk memanggilku!" ujarnya.Setelah kembali ke mobil, Izza bertanya pada Claire yang duduk menonton kejadian tadi, "Nona, apa kita perlu menyebarkan berita ini?""Nggak perlu," jawab Claire sambil mengalihkan pandangannya. "Bakal ada orang yang menye