Semua orang mengatakan Jessie adalah seorang putri orang kaya yang memiliki temperamen buruk. Namun, kenyataannya tidak seperti itu.Tiba-tiba seorang aktris berkata, “Jessie, ada yang ingin aku katakan sama kamu. Sepertinya masalah Mutya nggak suka sama kamu … ada hubungannya sama Pak Hiro.”Gerakan tangan Jessie terkaku dalam seketika. Dia memalingkan kepala menatap Jessie dan tidak berbicara sama sekali.Tiba-tiba seorang aktris lain kepikiran sesuatu. Dia juga berkata, “Betul juga. Sebenarnya aku menyadari bahwa Mutya ada sedikit rasa sama Pak Hiro. Sepertinya dia mengira Pak Hiro terlalu perhatian sama kamu, jadi dia iri sama kamu.”Jessie memicingkan matanya. Apa rasa benci Mutya terhadap Jessie ada hubungannya dengan Hiro? Namun, Jessie tidak memiliki hubungan terlampau dekat dengan Hiro. Jessie juga sangat menjaga jarak dengan Hiro sewaktu di lokasi syuting.Pada saat ini, tetiba Jessie kepikiran sesuatu. Dia memalingkan kepalanya, kemudian bertanya dengan tersenyum, “Oh, ya, a
Petugas melihat ke sisi Ariel dengan tersenyum. “Nona, silakan tanda tangan.”Ariel mengambil pena, lalu melirik Jodhiva sekilas.Jodhiva menopang kening dengan salah satu tangannya. Dia menatap Ariel dengan tersenyum. “Tidak usah buru-buru. Kamu bisa pikirkan lagi.”Petugas melihat ke sisi mereka berdua. Apa mereka berdua yakin datang untuk menikah? Kenapa wanita itu kelihatannya masih belum mempersiapkan dirinya?Ariel menarik napas dalam-dalam. Tanpa menunda waktu, dia langsung menandatanganinya.Ujung bibir Jodhiva spontan melengkung ke atas.Setelah menyelesaikan prosedur dan memotret untuk buku nikah, petugas menyerahkan buku nikah kepada mereka. “Selamat.”Ketika Ariel mengambil buku itu, entah kenapa tangannya terasa panas. Tiba-tiba dia menyadari Jodhiva sedang menatapnya, Ariel takut buku itu akan dirampas oleh pria itu. Dia pun segera memasukkan buku ke dalam tas. “Kamu sudah janji. Buku ini disimpan sama aku. Kamu nggak boleh mengambilnya.”Jodhiva tersenyum. “Aku tidak aka
Ariel langsung duduk tegak. Dirinya telah dijebak!Ariel mengakhiri panggilan, lalu segera berlari ke kamar sebelah. Pintu dibukanya. “Jody!”Jodhiva baru saja membasuh tubuhnya. Dia berjalan keluar kamar mandi dengan membungkus bagian bawah tubuhnya dengan handuk. Air di atas tubuhnya masih belum dilap kering, menetes di atas dada kekarnya. Jodhiva yang sekarang terlihat sangat menggoda.Tatapan Ariel spontan melekat pada tubuh Jodhiva. Dia menatap dari atas hingga bawah sembari menelan air liurnya.Gambaran di depan mata Ariel bagai seorang pria yang keluar dari komik saja. Jangan-jangan Jodhiva tidak mengenakan apa-apa di dalam handuknya ….Ketika Ariel sedang membayangkan sesuatu, tiba-tiba Jodhiva berdiri di hadapan Ariel. Hawa panas di diri si pria telah menyadarkan Ariel dari lamunannya. Ariel spontan membalikkan tubuhnya. “Aku nggak lihat apa pun.”Jodhiva tertawa. “Bukannya sebelumnya kamu juga pernah melihatnya? Seharusnya kamu sudah terbiasa, ‘kan? Kenapa kamu malah malu-mal
Jodhiva memasukkan Ariel ke dalam pelukannya. “Sekarang Tuan Tobias sudah tahu masalah kita mendaftarkan pernikahan kita. Gimana kalau kita menyelesaikan sandiwara ini? Jangan biarkan dia marah.”Ariel menggertakkan giginya. “Kamu kira aku percaya sama kalian!”Jodhiva mengangkat dagu Ariel. “Apa Ariel benci sama aku?”Ariel terkejut. “Aku nggak pernah ngomong seperti itu ….”“Itu berarti kamu suka sama aku.” Jodhiva mengusap ujung bibir Ariel, lalu menatapnya lekat-lekat. “Kebetulan, aku juga suka sama kamu. Kita saling menyukai satu sama lain. Aku rasa kamu juga menginginkanku.”Ariel segera mengalihkan pandangannya. Daun telinganya seketika memerah. Dia merendahkan nada bicaranya. “Kamu jangan bohongi aku lagi.”Sepertinya bibir Jodhiva semakin mendekat saja. Embusan napasnya mengenai pipi Ariel. “Apa kamu ingin bermalam di kamarku?”Ariel mengalihkan pandangannya, lalu segera menjauh. “Simpan ide burukmu itu.”Kemudian, Ariel segera meninggalkan kamar.Jodhiva pun tersenyum lebar.
Hiro menurunkan ponselnya, lalu berjalan ke sisi Jessie dengan tersenyum. “Kenapa kamu datang mencariku?”Bola mata Jessie bergerak. “Apa aku boleh bicara sebentar sama kamu?”Hiro tersenyum. Beberapa saat kemudian, dia berjalan ke sisi sofa, lalu menuangkan secangkir teh hangat untuk Jessie. “Tentu saja boleh. Apa yang mau kamu bicarakan?”“Kak Hiro, aku mau aktris kecil itu kembali ke lokasi syuting.”Gerakan tangan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya.Sementara itu, Jessie berkata dengan tenang, “Dia nggak bersalah. Lagi pula, kalian masih perlu mencari penggantinya, terlalu merepotkan. Gimana kalau kalian biarkan dia kembali saja?”“Jessie, meskipun dia tidak bersalah, tetap saja dia sudah berdampak dalam progres syuting. Aku melakukannya juga demi kamu.”Jessie bertanya kembali, “Apa kamu sudah menyelidiki masalah ini?”Hiro menatapnya tanpa berbicara.“Kak Hiro, orang yang mengganggu progres syuting itu Mutya. Kalau dia nggak menghasut Chernie, mana mungkin akan terjadi
“Ada apa dengan Pak Hiro? Dulu dia selalu memuji akting Jessie.”“Iya, sepertinya hari ini Pak Hiro lagi cari masalah?”Kru lokasi syuting sedang bergosip. Mereka juga tidak tahu sejak kapan Jessie menyinggung Hiro. Setelah melakukan syuting ulang sebanyak belasan kali, Hiro baru mengiakan.Sementara itu, raut wajah lawan main Jessie kelihatan berbeda. Kelihatan sekali dia sedang merasa kesal.Saat Jessie berjalan keluar karavan, Levin pun menghentikannya, lalu berjalan mendekatinya dengan buru-buru. “Ada apa dengan si Hiro? Jangan-jangan kalian lagi bertengkar?”Jessie tidak berbicara.Levin menggulung ujung lengan kemejanya. “Aku cari dia dulu.”Jessie menariknya. “Kamu jangan cari masalah lagi. Ini masalahku sama dia.”“Apa kamu tidak sadar kalau dia lagi sengaja?” Levin tersenyum. “Kenapa? Jangan-jangan karena dia tidak berhasil mengejarmu, dia pun tidak ingin berteman sama kamu lagi? Dia mulai menentangmu?”Jessie melihat ke sisi Levin. “Dia itu sutradara, sedangkan kita itu cuma
Jessie bersandar di atas pundaknya. “Maaf.”Jules tersenyum. “Dasar bodoh. Untuk apa kamu minta maaf sama aku?”Jessie duduk kembali, lalu menatap Jules. “Mungkin selama ini aku nggak benar-benar memahaminya. Sekarang, aku mulai curiga sama dia. Meski sebenarnya aku nggak ingin mencurigainya, aku tetap nggak bisa mengerti dengan perbuatannya.”Jules mengusap pipi Jessie. “Apa kamu curiga dia adalah orang yang mendukung Mutya dari belakang?”Gerakan tangan Jessie berhenti. Dia pun mengangguk.Jules tersenyum. “Sebenarnya selama ini aku suruh Derrick untuk memantau Mutya. Setelah dia meninggalkan lokasi syuting, dia pergi mencari selebgram itu.”Jessie merasa syok. “Untuk apa dia pergi cari Fenni?”Jules membalas, “Dia mengira asalkan Fenni bisa memikul semua tanggung jawab itu, dia pun bisa terlepas dari kecurigaan. Kalau tidak, mana mungkin dia berani menerima tawaran variety show tanpa mengindahkan hujatan para warganet?”Mutya saja berani menerima tawaran variety show, tentu saja dia
“Aku tidak mungkin ada simpanan.” Jerremy sangat serius terhadap masalah ini.Bola mata Dacia bergerak. “Sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan sama kamu ….”“Masalah apa?”Ketika menyadari raut gugup di wajah Jerremy, Dacia pun tersenyum dengan tidak berdaya. “Aku mau kembali ke Negara Hyugana.”Jerremy meremas erat pundak Dacia. “Kamu mau kembali? Apa kamu berencana mencampakkan aku dan Jennie?”Dacia terbengong. “Sejak kapan aku bilang aku mau mencampakkan kamu dan Jennie?”“Aku …. Jadi, ngapain kamu pulang?”Jerremy kelihatan kehilangan kendali. Namun, semuanya cukup wajar. Sebelum melahirkan, Dacia pernah mengatakan hendak meninggalkannya.“Aku belum sempat mengikuti ujian ulangan S2. Kalau kamu nggak izinin aku pergi, ya sudah, aku nggak pergi lagi.”“Sebentar ….” Jerremy menariknya. “Kamu mau ikut ujian ulang S2?”Dacia memperlihatkan isi pesan singkat ke hadapan Jerremy. “Aku sudah menunda masalah ini selama satu tahun. Sebelum aku mengandung Jennie, aku berencana untuk ikut
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t