Hiro menurunkan ponselnya, lalu berjalan ke sisi Jessie dengan tersenyum. “Kenapa kamu datang mencariku?”Bola mata Jessie bergerak. “Apa aku boleh bicara sebentar sama kamu?”Hiro tersenyum. Beberapa saat kemudian, dia berjalan ke sisi sofa, lalu menuangkan secangkir teh hangat untuk Jessie. “Tentu saja boleh. Apa yang mau kamu bicarakan?”“Kak Hiro, aku mau aktris kecil itu kembali ke lokasi syuting.”Gerakan tangan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya.Sementara itu, Jessie berkata dengan tenang, “Dia nggak bersalah. Lagi pula, kalian masih perlu mencari penggantinya, terlalu merepotkan. Gimana kalau kalian biarkan dia kembali saja?”“Jessie, meskipun dia tidak bersalah, tetap saja dia sudah berdampak dalam progres syuting. Aku melakukannya juga demi kamu.”Jessie bertanya kembali, “Apa kamu sudah menyelidiki masalah ini?”Hiro menatapnya tanpa berbicara.“Kak Hiro, orang yang mengganggu progres syuting itu Mutya. Kalau dia nggak menghasut Chernie, mana mungkin akan terjadi
“Ada apa dengan Pak Hiro? Dulu dia selalu memuji akting Jessie.”“Iya, sepertinya hari ini Pak Hiro lagi cari masalah?”Kru lokasi syuting sedang bergosip. Mereka juga tidak tahu sejak kapan Jessie menyinggung Hiro. Setelah melakukan syuting ulang sebanyak belasan kali, Hiro baru mengiakan.Sementara itu, raut wajah lawan main Jessie kelihatan berbeda. Kelihatan sekali dia sedang merasa kesal.Saat Jessie berjalan keluar karavan, Levin pun menghentikannya, lalu berjalan mendekatinya dengan buru-buru. “Ada apa dengan si Hiro? Jangan-jangan kalian lagi bertengkar?”Jessie tidak berbicara.Levin menggulung ujung lengan kemejanya. “Aku cari dia dulu.”Jessie menariknya. “Kamu jangan cari masalah lagi. Ini masalahku sama dia.”“Apa kamu tidak sadar kalau dia lagi sengaja?” Levin tersenyum. “Kenapa? Jangan-jangan karena dia tidak berhasil mengejarmu, dia pun tidak ingin berteman sama kamu lagi? Dia mulai menentangmu?”Jessie melihat ke sisi Levin. “Dia itu sutradara, sedangkan kita itu cuma
Jessie bersandar di atas pundaknya. “Maaf.”Jules tersenyum. “Dasar bodoh. Untuk apa kamu minta maaf sama aku?”Jessie duduk kembali, lalu menatap Jules. “Mungkin selama ini aku nggak benar-benar memahaminya. Sekarang, aku mulai curiga sama dia. Meski sebenarnya aku nggak ingin mencurigainya, aku tetap nggak bisa mengerti dengan perbuatannya.”Jules mengusap pipi Jessie. “Apa kamu curiga dia adalah orang yang mendukung Mutya dari belakang?”Gerakan tangan Jessie berhenti. Dia pun mengangguk.Jules tersenyum. “Sebenarnya selama ini aku suruh Derrick untuk memantau Mutya. Setelah dia meninggalkan lokasi syuting, dia pergi mencari selebgram itu.”Jessie merasa syok. “Untuk apa dia pergi cari Fenni?”Jules membalas, “Dia mengira asalkan Fenni bisa memikul semua tanggung jawab itu, dia pun bisa terlepas dari kecurigaan. Kalau tidak, mana mungkin dia berani menerima tawaran variety show tanpa mengindahkan hujatan para warganet?”Mutya saja berani menerima tawaran variety show, tentu saja dia
“Aku tidak mungkin ada simpanan.” Jerremy sangat serius terhadap masalah ini.Bola mata Dacia bergerak. “Sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan sama kamu ….”“Masalah apa?”Ketika menyadari raut gugup di wajah Jerremy, Dacia pun tersenyum dengan tidak berdaya. “Aku mau kembali ke Negara Hyugana.”Jerremy meremas erat pundak Dacia. “Kamu mau kembali? Apa kamu berencana mencampakkan aku dan Jennie?”Dacia terbengong. “Sejak kapan aku bilang aku mau mencampakkan kamu dan Jennie?”“Aku …. Jadi, ngapain kamu pulang?”Jerremy kelihatan kehilangan kendali. Namun, semuanya cukup wajar. Sebelum melahirkan, Dacia pernah mengatakan hendak meninggalkannya.“Aku belum sempat mengikuti ujian ulangan S2. Kalau kamu nggak izinin aku pergi, ya sudah, aku nggak pergi lagi.”“Sebentar ….” Jerremy menariknya. “Kamu mau ikut ujian ulang S2?”Dacia memperlihatkan isi pesan singkat ke hadapan Jerremy. “Aku sudah menunda masalah ini selama satu tahun. Sebelum aku mengandung Jennie, aku berencana untuk ikut
Dacia pergi menggendong Jennie. “Jennie, kenapa kamu malah menangis? Jangan menangis lagi, ya. Ada Ibu di sini.”Namun, tidak peduli bagaimana Dacia membujuk Jennie, dia tetap saja menangis.Dacia mengusap popok sembari menunduk. “Astaga, dia buang air besar.”Dacia segera memasukkan Jennie ke dalam pelukan Jerremy. Jerremy sungguh bingung. “Bukan, dia buang air besar. Kenapa kamu … malah dorong ke aku?”Saat ini, Dacia sedang membuka bungkusan popok baru. “Apa kamu keberatan dengan kotoran putrimu sendiri?”Jerremy terdiam membisu.Dacia menyerahkan popok baru kepadanya. “Kamu gantiin sana.”Jerremy terbengong. “Aku?”Dacia mendesak. “Yang cepat! Aku ajari kamu.”Jerremy membaringkan Jennie ke atas ranjang. Dia membuka popok Jennie. Kemudian, wajahnya spontan berkerut. Dacia pun tertawa.Ketika melihat Jerremy hendak mengambil tisu untuk menyeka bokong putrinya. Dacia pun berdeham melihat ke sisi kotak tisu basah bayi.Jerremy menggunakan tisu basah untuk membersihkan bokong si putri.
Yusa berjalan keluar ruangan. Kebetulan dia pun melihat Hiro. “Hiro.”Hiro membalikkan kepalanya, lalu menunjukkan senyuman di wajahnya. “Pak Yusa, ada masalah apa?”“Jessie ingin Chernie kembali syuting. Waktu itu, kamu yang memecat Chernie. Jadi, aku ingin minta pendapatmu.” Pada akhirnya, Yusa tetap meminta pendapat Hiro.Bagaimanapun, waktu itu Hiro membuat keputusan itu juga demi “keselamatan dalam syuting”. Yusa pun tidak ingin mereka para sutradara merasa serbasalah dengan kepulangan Chernie.Hiro memutar bola matanya. Dia masih saja memasang senyuman di wajahnya. “Kalau Jessie bersedia dia untuk kembali, tentu saja aku tidak akan berkata lain.”Yusa mengangguk, lalu berkata, “Hiro, aku berharap kamu bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan.”Dapat diketahui bahwa ada makna tersirat dalam ucapan Yusa kali ini.Hiro juga tidak berkata lain.Seusai berbicara, Yusa juga berjalan pergi.Tak lama kemudian, Chernie pun kembali. Yusa mencarinya untuk berbincang sedikit hal dengann
Waktu itu Jessie memang sering bermain bersama Hiro, apalagi setelah insiden Lisa. Hiro dan Yura yang menemani Jessie melewati masa suramnya.Jules menatapnya. “Sikapnya terhadap Jessie bukan sebatas teman saja.”Jerremy berdecak. “Apa kamu lagi cemburu?”Jules mengangkat cangkir sembari tersenyum. “Untuk apa aku cemburu? Kamu juga terlalu meremehkan Jessie. Dia hanya akan menjadi milikku saja.”Jerremy pun tersenyum. “Kamu jangan buat aku merasa jijik.”Jules menyesap tehnya. “Apa dulu Hiro pernah melakukan sesuatu yang aneh?”Jerremy berpikir sejenak. “Apa maksudmu?”“Masalah yang tidak diketahui Jessie,” balas Jules.Jerremy terdiam sejenak. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Apa kamu masih ingat apa yang Lisa katakan ketika hendak mencelakai Jessie?”Jules mengenang kembali. “Katanya, kamu dan Jessie membuatnya tidak bisa bersekolah di ibu kota lagi.”“Jessie kira semua itu perbuatanku, tapi semua itu bukan perbuatanku. Aku tidak tahu apakah semua itu ulahnya atau bukan.”Waktu itu,
Derrick membalas, “Aku anggotanya Tuan Muda Jules. Tuan Muda Jules bersedia memberimu kesempatan untuk membersihkan namamu. Kamu seharusnya mengerti ada dalang di balik permasalahan ini.”Raut wajah selebgram itu menjadi pucat dalam seketika. Fenni terdiam beberapa saat, baru mulai berterus terang. “Sebenarnya aku dan Mutya itu teman saat kuliah jurusan perfilman. Setelah tamat, aku cuma bisa menerima tawaran web series saja, aku masih belum tenar-tenar. Kemudian, aku hanya menjadi seorang selebgram, sedangkan dia … dia sudah berhasil bergumul di dunia hiburan.”Tak peduli dari segi reputasi maupun kedudukan di dunia hiburan, Fenni masih kalah telak jika dibandingkan dengan Mutya.Mutya memang bukan artis papan atas, setidaknya dia tergolong artis yang dikenal orang-orang. Sementara Fenni hanya bisa mendapatkan uang dari hasil siaran langsung. Selama siaran langsung, Fenni membangun citranya sebagai seorang wanita kaya. Semua mobil mewah dan mobil balap adalah hasil sewaannya. Itulah
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem