Reporter berbisik, “Tapi Siska beri tahu langsung ….”Tiba-tiba Jodhiva tersenyum. “Coba kalian baca komentar di internet.”Para reporter dan orang-orang di samping langsung mengeluarkan ponsel. Semuanya sungguh merasa syok. Ternyata arah opini publik sudah berubah. Rekaman lengkap terekam oleh CCTV taman. Siska duluan yang memukul seorang anak kecil dengan gilanya, itulah sebabnya dia bisa ditendang oleh Ariel.Namun, saat di hadapan media, Siska tidak pernah sekali pun mengungkit masalah dia telah memukul anak. Siska hanya mengatakan masalah dia dipukul saja.Sementara itu, komentar publik juga mulai menjadi dua suara. Satunya merasa Siska memang pantas untuk dipukul. Kemudian, tak sedikit orang merasa pelakor dan anak haram itu yang pantas untuk dipukul. Pelakor tidak seharusnya dikasihani.Sebuah informasi mengejutkan keluar lagi. Identitas dari anak perempuan yang dipukul itu telah terbongkar. Dia adalah keponakan dari calon istri Jerremy. Kenyataan ini telah menampar wajah banya
Usai berbicara, Ariel melihat Clara. “Kelak Cara juga mesti setegar Kakak.”Clara mengangguk. “Emm, pasti.”Ariel meninggalkan kamar Clara. Kebetulan dia melihat Jodhiva sedang berdiri di koridor. Dia meletakkan tangan di belakang punggung, kemudian berjalan maju. “Clara cukup suka dengan kamar yang kamu persiapkan untuknya.”Jodhiva mengangkat kelopak matanya. “Baguslah kalau dia suka.”Ariel mengamatinya. “Aku nggak menyangka ternyata kamu tahu model yang disukai anak perempuan.”Jodhiva tersenyum tipis. Dia menundukkan kepala untuk mendekati Ariel. “Bagaimanapun, aku mesti mempersiapkannya untuk putri kita nanti.”Kali ini Ariel kehabisan kata-kata. Wajahnya seketika merona. “Kamu … kamu jangan asal bicara. Siapa juga yang mau melahirkan anak buat kamu. Dasar nggak waras.”Saat Ariel hendak melarikan diri, Jodhiva langsung menindih Ariel ke sisi dinding. Belum sempat Ariel berbicara, dia langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Ariel. Jodhiva menguasai napas Ariel. Tubuh Jodhiva
“Bukannya kamu cuma bisa melahirkan saja? Setelah melahirkan, kamu merasa dirimu sangat hebat? Semua orang mesti mengikuti kemauanmu? Bahkan ketika kamu sakit, semua orang juga mesti melayanimu?”Siska memelototi Manuel dengan marah. “Manuel, kamu kurang ajar!”Manuel menepis tangan Siska. Siska pun terjatuh ke lantai. “Aku kurang ajar? Kalau kamu tidak puas, kita bisa tanda tangan surat cerai sekarang.”Selesai berbicara, Manuel langsung melempar surat cerai ke tubuh Siska. “Hak asuh anak boleh kuberikan kepadamu, tapi persyaratannya kamu mesti bercerai tanpa mengambil sepeser pun. Kalau tidak, aku akan membuatmu tidak mendapatkan apa pun.”Kemudian, Manuel pergi dengan membanting pintu.Siska masih terbengong menatap surat cerai di hadapannya. Seketika dia merasa tidak berdaya. Wajahnya juga mulai memucat.Sepertinya Siska memang sudah buta. Kenapa dia bisa menyukai pria seperti ini?Setelah Manuel meninggalkan rumah, dia langsung pergi ke tempat tinggalnya Mellisa. Namun, Mellisa ma
Jodhiva tersenyum. “Dia pernah menjadi psikiater Siska. Siska sangat percaya sama dia. Tentu saja dia tidak akan mencurigai Mellisa.”Ariel menyipitkan matanya. “Aku hanya memarahi wanita itu. Dia malah turun tangan sama aku dan memfitnahku?”Ariel sungguh tidak habis pikir. Bagaimanapun, Ariel tidak tergolong telah menyinggung Mellisa. Kenapa Mellisa bisa menggunakan cara kotor ini untuk menjebaknya?Jari tangan Jodhiva memainkan ujung rambut Ariel. “Dia bukan lagi menentangmu, lebih tepatnya lagi menentang Clara. Sasaran Mellisa itu Jerry.”Ariel tertegun sejenak. Ekspresi wajahnya spontan berubah.Ternyata Mellisa menyukai Jerremy. Pantas saja ketika di vila waktu itu, Mellisa membantah ucapannya dengan panik. Tiba-tiba Ariel kepikiran sesuatu, dia pun berkata dengan nada menyindir, “Kalian berdua bukan cuma punya wajah yang mirip saja, bahkan juga sama-sama kecantolan banyak wanita?”Jodhiva pun tersenyum. Dia merentangkan tangannya di belakang bangku, lalu mendekatinya. “Kalau ka
Siska menggigit bibirnya. Dia memutuskan untuk melihatnya.Edwin meletakkan ponsel di depan meja. Siska mengambil, lalu membuka video itu. Tiba-tiba Siska tertegun di tempat. Dia kelihatan sangat kaget. “Bagaimana mungkin ….”Siska berulang kali melihat isi video. Wajahnya kelihatan pucat. Bahkan, tangannya juga gemetar. Ternyata selingkuhan Manuel adalah Mellisa!Siska bergumam sendiri. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang terjadi. “Bagaimana bisa begini? Kenapa dia orangnya?”Mellisa adalah orang yang paling dipercayai Siska. Selama beberapa tahun ini, kalau tidak ada pengobatan Mellisa, dia sama sekali tidak bisa melewati hari suram itu.Mellisa yang dianggap “penyelamat” dan “sahabat” ternyata adalah simpanan Manuel! Kenyataan ini bagai air dingin yang menyiram wajah Mellisa. Dia sungguh merasa terpukul.“Bu Siska, aku sungguh penasaran. Kenapa kamu bisa datang ke Kota Warma mencari Dokter Mellisa untuk mengobati depresi? Bukannya ada psikiater di ibu kota?”Wajah Siska semaki
Johnson mengangkat cangkir kopinya. “Kamu selingkuh dan sudah melakukan kekerasan terhadap istrimu. Sekarang istrimu sedang mengidap depresi yang lumayan serius. Seandainya masalah ini sampai ke pengadilan, sepertinya kamu akan kehilangan lebih banyak lagi.”Manuel tertegun sejenak. Kedua tangan dikepalkan. “Kamu bilang kamu itu pengacaranya. Jadi, kenapa kamu mencariku?”Johnson meminum kopi dengan perlahan. “Sebenarnya Bu Mellisa minta aku membantumu.”Kening Johnson berkerut. “Apa hubungan kamu dengan Mellisa?”“Kamu jangan salah paham.” Johnson tersenyum. “Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Nona Mellisa. Hanya saja, berhubung Bu Mellisa memintaku untuk membantumu, tentu saja aku mesti menjalankan pekerjaan ini dengan baik.”Tentu saja Johnson mengerti. Rautnya kelihatan lebih bagus. “Ternyata begitu. Tadi kamu bilang aku akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi kalau masalah ini sampai ke pengadilan. Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk menghindari semua itu?”Manuel ti
Ariel tersadar. Orang yang sedang memeluknya dari belakang itu ....Dia menarik napas dalam, memindahkan tangan pria itu dengan hati-hati, lalu berbalik.Benaran Jodhiva!Mungkin karena terusik gerakannya, Jodhiva terbangun dan segera menarik Ariel ke dalam pelukan. Lalu, dia berbisik di sebelah telinga Ariel, "Jangan lasak, ayo tidur."Ariel membalas dengan suara pelan, "Dasar tidak tahu malu!"Sudut bibir Jodhiva sedikit terangkat, tapi matanya masih terpejam. "Asalkan ada kamu saja."Padahal Ariel tidur di kamar Clara, berani-beraninya Jodhiva kemari! Kini Ariel melihat sendiri sisi "tidak tahu malu" dari pria ini!Namun, dia tidak berani membuat Clara terbangun. Setelah menarik napas, Ariel berkata dengan suara yang sangat kecil, "Kembali ke kamarmu."Jangan sampai Clara melihat orang ini!Jodhiva membuka mata dan menyandarkan kepalanya dengan satu tangan. "Kamu ikut?"Ariel tercengang. Kalau bukan karena pencahayaan di ruangan itu begitu gelap, wajahnya yang memerah pasti ketahuan
Dacia memejamkan mata. "Aku tidak mengerti, tapi aku tahu dia tidak tulus mau mengobati Clara."Clara setuju. "Dia memang tidak tulus. Dia mendekati Clara cuma buat memanfaatkan Clara untuk mencelakaimu."Merasa kaget, Dacia membalas, " Memanfaatkan Clara untuk mencelakaiku?""Benar! Target Mellisa itu Jerry. Dia mau memanfaatkan Clara buat mencelakai kamu dan bayimu. Mungkin dia merasa kalau kamu tidak punya anak ini, dia jadi punya kesempatan."Dacia terdiam. Dia teringat dengan pesan dan rumor yang muncul mendadak itu. Mungkin itu juga ulah Mellisa.Sore hari, saat Jerremy pulang, dia mendapati Dacia sedang menyiram bunga di taman.Sambil sedikit mengerutkan alis, dia berjalan ke arah Dacia dan memakaikan mantel padanya. "Kok keluar?""Aku terlalu bosan di rumah, jadi cari kerjaan sebentar di luar." Dacia meletakkan pot siram, lalu menoleh ke arah Jerremy. "Oh ya, malam ini Clara tinggal di sini."Jerremy terdiam. "Bukannya dia di Kompleks Galatta?""Kamu berharap dia di sana terus?