Siska menggigit bibirnya. Dia memutuskan untuk melihatnya.Edwin meletakkan ponsel di depan meja. Siska mengambil, lalu membuka video itu. Tiba-tiba Siska tertegun di tempat. Dia kelihatan sangat kaget. “Bagaimana mungkin ….”Siska berulang kali melihat isi video. Wajahnya kelihatan pucat. Bahkan, tangannya juga gemetar. Ternyata selingkuhan Manuel adalah Mellisa!Siska bergumam sendiri. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang terjadi. “Bagaimana bisa begini? Kenapa dia orangnya?”Mellisa adalah orang yang paling dipercayai Siska. Selama beberapa tahun ini, kalau tidak ada pengobatan Mellisa, dia sama sekali tidak bisa melewati hari suram itu.Mellisa yang dianggap “penyelamat” dan “sahabat” ternyata adalah simpanan Manuel! Kenyataan ini bagai air dingin yang menyiram wajah Mellisa. Dia sungguh merasa terpukul.“Bu Siska, aku sungguh penasaran. Kenapa kamu bisa datang ke Kota Warma mencari Dokter Mellisa untuk mengobati depresi? Bukannya ada psikiater di ibu kota?”Wajah Siska semaki
Johnson mengangkat cangkir kopinya. “Kamu selingkuh dan sudah melakukan kekerasan terhadap istrimu. Sekarang istrimu sedang mengidap depresi yang lumayan serius. Seandainya masalah ini sampai ke pengadilan, sepertinya kamu akan kehilangan lebih banyak lagi.”Manuel tertegun sejenak. Kedua tangan dikepalkan. “Kamu bilang kamu itu pengacaranya. Jadi, kenapa kamu mencariku?”Johnson meminum kopi dengan perlahan. “Sebenarnya Bu Mellisa minta aku membantumu.”Kening Johnson berkerut. “Apa hubungan kamu dengan Mellisa?”“Kamu jangan salah paham.” Johnson tersenyum. “Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Nona Mellisa. Hanya saja, berhubung Bu Mellisa memintaku untuk membantumu, tentu saja aku mesti menjalankan pekerjaan ini dengan baik.”Tentu saja Johnson mengerti. Rautnya kelihatan lebih bagus. “Ternyata begitu. Tadi kamu bilang aku akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi kalau masalah ini sampai ke pengadilan. Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk menghindari semua itu?”Manuel ti
Ariel tersadar. Orang yang sedang memeluknya dari belakang itu ....Dia menarik napas dalam, memindahkan tangan pria itu dengan hati-hati, lalu berbalik.Benaran Jodhiva!Mungkin karena terusik gerakannya, Jodhiva terbangun dan segera menarik Ariel ke dalam pelukan. Lalu, dia berbisik di sebelah telinga Ariel, "Jangan lasak, ayo tidur."Ariel membalas dengan suara pelan, "Dasar tidak tahu malu!"Sudut bibir Jodhiva sedikit terangkat, tapi matanya masih terpejam. "Asalkan ada kamu saja."Padahal Ariel tidur di kamar Clara, berani-beraninya Jodhiva kemari! Kini Ariel melihat sendiri sisi "tidak tahu malu" dari pria ini!Namun, dia tidak berani membuat Clara terbangun. Setelah menarik napas, Ariel berkata dengan suara yang sangat kecil, "Kembali ke kamarmu."Jangan sampai Clara melihat orang ini!Jodhiva membuka mata dan menyandarkan kepalanya dengan satu tangan. "Kamu ikut?"Ariel tercengang. Kalau bukan karena pencahayaan di ruangan itu begitu gelap, wajahnya yang memerah pasti ketahuan
Dacia memejamkan mata. "Aku tidak mengerti, tapi aku tahu dia tidak tulus mau mengobati Clara."Clara setuju. "Dia memang tidak tulus. Dia mendekati Clara cuma buat memanfaatkan Clara untuk mencelakaimu."Merasa kaget, Dacia membalas, " Memanfaatkan Clara untuk mencelakaiku?""Benar! Target Mellisa itu Jerry. Dia mau memanfaatkan Clara buat mencelakai kamu dan bayimu. Mungkin dia merasa kalau kamu tidak punya anak ini, dia jadi punya kesempatan."Dacia terdiam. Dia teringat dengan pesan dan rumor yang muncul mendadak itu. Mungkin itu juga ulah Mellisa.Sore hari, saat Jerremy pulang, dia mendapati Dacia sedang menyiram bunga di taman.Sambil sedikit mengerutkan alis, dia berjalan ke arah Dacia dan memakaikan mantel padanya. "Kok keluar?""Aku terlalu bosan di rumah, jadi cari kerjaan sebentar di luar." Dacia meletakkan pot siram, lalu menoleh ke arah Jerremy. "Oh ya, malam ini Clara tinggal di sini."Jerremy terdiam. "Bukannya dia di Kompleks Galatta?""Kamu berharap dia di sana terus?
Di Grup Angkasa.Jerremy beristirahat sebentar di atas sofa. Hingga Edwin mengetuk pintu, dia baru membuka mata dengan pelan. "Masuk."Edwin membuka pintu dan masuk. "Anda kurang tidur, Pak?"Jerremy menyilangkan tangannya dan bersandar di kursi. Bukan kurang tidur lagi, tapi sama sekali tidak tidur. "Bagaimana perkembangan masalah yang diurus Pak Johnson?"Edwin membalas, "Pak Johnson sudah menjemput anak Manuel. Saat ini, anak Manuel sedang ditempatkan di sebuah vila di pinggiran kota."Jerremy mengiakan pelan. "Oke, deh."Melihatnya, Edwin berkomentar, "Tuan Muda, apa kamu tidak mau istirahat sebentar?" Edwin merasa heran, apa masalahnya seserius ini, sampai tidak tidur gara-gara mau menghukum Manuel?Sambil mengusap hidungnya, Jerremy bertanya, "Anak-anak suka apa, ya?"Edwin yang mendengarnya jadi terheran. "Tuan Muda tanya aku?"Jerremy mendelik. "Tentu saja. Memangnya siapa lagi yang ada di sini selain kamu?"Setelah berpikir, Edwin menjawab, "Aku tidak punya anak, mana tahu apa
Namun, apa Manuel benar-benar mau melepaskan semua uang itu demi anaknya?Tidak. Manuel berkata pada dirinya, dia tidak boleh menyerah atas semua uang itu.Kalau anaknya hilang, Mellisa masih bisa melahirkan untuknya.Setelah meninggalkan sekolah, Manuel pergi ke tempat Mellisa. Saat ini, Mellisa sedang memakai perawatan kulit di depan meja rias. Melihat kedatangan Manuel, Mellisa mengerutkan alis. "Kenapa kamu kemari lagi? Apa kamu tidak takut ketahuan istrimu?""Mellisa." Manuel berjalan ke belakang Mellisa dan menatapnya. "Zayden dibawa orang."Mellisa berhenti sesaat, lalu menutup tutup krim wajah. "Anakmu dibawa orang?"Manuel mengerutkan alis. "Bukan kamu yang membawanya?"Orang itu tahu nama Zayden, juga punya nomor kontak Manuel, bahkan tahu nama Siska. Dia pasti orang yang dikenal Manuel. Sepanjang perjalanan tadi, Manuel terus menebak siapa orang yang membawa pergi Zayden. Namun yang pasti, bukan wanita bodoh itu karena alih-alih meminta orang lain, dia cuma bakal menjemputny
Manuel yang sedang bercumbu dengannya membalas, "Biar saja."Suara ketukan pintu tidak berhenti, membuat Manuel jadi malas melanjutkan aksinya. Dia berteriak dengan marah, "Sial! Siapa, sih?"Dia memakai celana dengan seadanya, lalu beranjak untuk membuka pintu. Ketika melihat wanita yang berdiri di depan pintu, raut wajah Manuel sontak berubah.Siska langsung masuk dan menampar wajah Manuel. "Dasar manusia tak berhati! Kembalikan Zayden padaku!"Segera, pandangan matanya mendarat pada sofa tempat Mellisa yang sedang menutupi badannya dengan baju itu. Mellisa tampak terkejut karena tidak menyangka Siska bakal datang.Pada dasarnya, Siska sudah tahu soal perselingkuhan ini. Namun, dia tetap merasa seperti tercekik saat melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dia bergegas ke arah sofa dan mengambil sesuatu darii meja untuk menghantam Mellisa. "Wanita kurang ajar! Berani-beraninya menipuku!""Aaah!!! Kak Manuel, tolong aku!!"Siska menjambak rambut Mellisa dan terus menamparnya. Sementara
Manuel hendak menutup pintu, tapi tangan orang itu langsung menahannya. "Berselisih pendapat? Tapi suaranya kencang sekali."Manuel hampir memaki sebelum terdengar suara Mellisa yang berseru, "Kakakku terjatuh! Napasnya masih ada, tolong panggilkan ambulans!"Tentu saja Mellisa enggan divonis menjadi komplotan kriminal demi Manuel. Sekalipun Siksa mati, dia berharap matinya bukan di rumahnya.Manuel tidak menyangka Mellisa berniat menolong Siska. Namun, dia tidak boleh mengamuk sekarang.Pria asing itu masuk ke dalam rumah dan memeriksa keadaan Siska. Masih bernapas. Dia pun mengeluarkan ponsel untuk menghubungi UGD rumah sakit.Tidak lama kemudian, ambulans tiba. Setelah tim medis membawa Siska ke dalam ambulans, Mellisa diam-diam menghela napas lega. Lalu, dia menoleh ke arah Manuel dan mendapati raut wajah pria itu terlihat sangat masam. Setelah berpikir sejenak, Mellisa menarik napas. "Kak Manuel, jangan marah. Jangan sampai kita divonis jadi pembunuh gara-gara dia. Kalau kamu dit
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli
Kekasih Jane tersenyum menyeringai. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata kepada kedua temannya, “Sudah dengar belum? Wanita ini hadiah dari kesayanganku buat kalian.”Jane menimpali, “Kalian harus main dengan seru, ya.”Sekarang hati kedua pria itu semakin menggebu-gebu. Mereka mendekati Dacia dengan motif jahat.Dacia berusaha untuk meronta, tetapi dia diikat dengan sangat ketat. Dacia menggertakkan giginya, lalu berusaha menenangkan dirinya untuk memikirkan cara.Saat mereka berdua hendak menyentuh Dacia, tiba-tiba Dacia tertawa. Jika dia ketakutan dan menangis, bisa jadi mereka berdua akan semakin bersemangat lagi. Suara tawa Dacia membuat mereka kebingungan.Jane memelototinya. “Kamu sudah jatuh ke tangan kami. Kamu malah tertawa?”“Apa kalian sentuh ponselku?”Kedua pria saling bertukar pandang, lalu melihat ke sisi Jane. Jane membalas dengan arogan, “Memangnya kenapa kalau aku sentuh ponselmu?”“Jangan-jangan kamu matikan ponselku?”“Sebenarnya kamu mau ngomong apa, sih!” Dac
Pada zaman sekarang ini, jarang ada orang yang tidak tergoda dengan kekayaan dan kekuasaan.Pada saat ini, Jane berdiri tidak jauh di sana. Ketika melihat hubungan Carly dan Dacia semakin dekat, dia pun merasa sangat tidak puas.Jelas-jelas sebelumnya Carly selalu menuruti apa kata Jane. Dia merasa tidak peduli apa yang dia perbuat, Carly tidak akan memutuskan hubungannya dengan Jane. Semua ini pasti gara-gara Dacia.Jane tidak akan membuat Dacia hidup tenang. Siang harinya, Dacia meninggalkan akademi. Tiba-tiba Jane memanggilnya, lalu berjalan menghampirinya dengan buru-buru, “Dacia, sudah terjadi sesuatu dengan Carly!”Kening Dacia berkerut. “Terjadi sesuatu?”Jane berkata dengan buru-buru, “Tadi aku pergi cari dia. Aku melihat dia sedang diganggu sama beberapa orang lelaki. Sekarang mereka ada di parkiran.”Dacia memang merasa curiga, tetapi berhubung masalah ini bersangkutan dengan keselamatan Carly, dia pun mengikuti langkah Jane ke area parkiran.Namun setibanya di area parkiran
Apalagi Perusahaan Teknologi Yarnis adalah perusahaan yang baru didirikan Jules. Dengan adanya dukungan dari pihak kerajaan, Perusahaan Teknologi Yarnis juga tidak perlu mencari mitra kerja sama lagi. Calon mitra kerja sama akan berbondong-bondong mencari mereka.Filbert merasa bingung. “Jadi ….”Jules meletakkan gelas teh. “Sekarang aku tidak buru-buru dalam mencari mitra kerja sama. Kita cukup fokus dalam mencari teknisi saja. Sisanya diundur dulu.”Filbert terbengong, tetapi dia terpaksa mengangguk. “Oke.”Pada saat ini, televisi, koran, majalah, dan media sosial sedang menyiarkan kabar Silvia sibuk mempersiapkan acara penobatannya.Para murid di akademi perfilman juga sedang membahas masalah kerajaan. Saat Dacia melewati koridor, beberapa murid pun sedang melihatnya sembari berbisik-bisik. “Sepertinya dia punya sedikit hubungan dengan keluarga kerajaan. Aku juga dengar kabar, Raja Willie mempersiapkan dua set surat wasiat sebelum dia meninggal. Seharusnya salah satunya milik dia.”
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p