“Betul juga.” Levin melipat kedua kakinya, lalu berdeham. “Bagaimanapun tidak banyak pria sepertiku. Meskipun aku punya wanita yang aku sukai, kalau dia sudah punya pasangan, aku pun tidak akan memiliki pemikiran lain lagi. Aku punya batasan dalam menjadi orang.”Jessie tersenyum. “Seperti kamu terhadap Dacia?”Levin kembali berbaring di tempat duduk dengan santai. “Aku akui aku memang merasa tidak rela. Tapi, aku kalah dalam soal urutan. Kalau aku bisa kenal dia lebih awal, mana mungkin Dacia akan menjadi milik kakakmu?”Mobil telah tiba di hotel Kota Jimbar. Jessie dan Levin berjalan menuruni mobil. Di bawah kawalan sekuriti, mereka pun masuk ke dalam lobi hotel.Kamar Jessie diatur bersebelahan dengan Levin. Dia mendorong koper berjalan ke dalam kamar. Tidak lama kemudian, terdengar suara bel pintu.Jessie membuka pintu. Pelayan berdiri di luar sembari berkata, “Nona Jessie, kamarmu ada di lantai paling atas.”Jessie sungguh merasa syok. “Aku nggak pesan suite.”Pelayan tersenyum. “
Hiro menurunkan tangannya sembari mengangguk. Dia menatap Jules sekilas, lalu meninggalkan tempat.Jules menatap bayangan punggungnya. Dia sangat pintar dalam menyembunyikan perasaannya. Sepertinya kali ini Jules bertemu dengan saingan “tangguh”.…Di Grup Angkasa.Kabar dua kepala departemen dan seorang manajer dipecat dari perusahaan telah tersebar luas di seluruh departemen perusahaan. Langkah ini sengaja dilakukan demi memberi contoh kepada yang lain.Ketika para karyawan yang pernah diam-diam menggosip soal Dacia mendengar kabar itu, wajah mereka menjadi pucat dalam seketika. Mereka sungguh takut mereka akan menjadi yang selanjutnya.Di dalam ruangan.Edwin sedang melaporkan hasil penyelidikan. “Anggota kita sudah mengikutinya selama dua hari. Kami menyadari hubungan wanita itu dengan suaminya tidaklah akur. Satu tahun lalu, suaminya memiliki simpanan di tempat dia bekerja. Jadi, wanita itu mengajukan cerai. Kebetulan wanita selingkuhan suaminya itu hamil. Dia mengatakan dia menye
Hanya saja, ponsel tidak berhenti berdering. Mellisa mengangkat dengan kesal. “Aku sudah bilang jangan hubungi aku lagi.”“Mellisa, aku benar-benar sangat merindukanmu. Biarkan aku menemuimu, ya. Aku jamin aku akan bercerai dengan wanita tua itu. Aku akan menikahimu.”Terlintas ekspresi galak di wajah Mellisa. “Kita ketemu lagi setelah kamu bercerai nanti. Aku nggak ingin dijuluki simpanan sama orang-orang.”Panggilan langsung diakhiri. Ekspresi Mellisa berubah muram. Dengan nyali ciutnya dia malah ingin menikahi Mellisa? Heh! Mellisa bisa bersamanya juga karena melihat dia rela menghabiskan uang untuk bermain bersamanya. Dia malah anggap serius. Lucu sekali!Jika Mellisa ingin menikah, tentu saja dia akan menikah dengan konglomerat.Kandidat yang paling cocok tak lain adalah anak kedua dari Javier Fernando. Memangnya kenapa kalau dia sudah memiliki calon istri? Asalkan dia masih belum menikah, masih belum melahirkan anak, dia pun masih ada kesempatan lagi.Selama setengah tahun ini, M
Jerremy tertegun beberapa detik. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Tatapan Dacia kelihatan muram. “Apa kamu sangat memercayai psikiater yang bernama Mellisa itu?”Jerremy menatap ekspresi Dacia. Dia tersenyum, lalu mengusap wajah Dacia. “Kenapa kamu berpikir sembarangan? Aku percaya sama dia karena profesinya, bukan yang lain.”Usai berbicara, Jerremy pun terbengong sejenak. Apa yang dilakukannya tadi? Apa Jerremy sedang menjelaskan?“Aku ….”“Aku percaya sama kamu.” Tiba-tiba Dacia mengatakan dengan perlahan, “Jerry, aku memilih untuk percaya sama kamu.”Sepertinya Dacia memang sudah berpikir terlalu banyak. Bagaimanapun, dengan kondisi Clara sekarang, Dacia memang tidak memiliki bukti lain untuk mencurigai Mellisa.Dua hari kemudian, Jerremy membawa Dacia kembali ke Vila Kandara, sekalian menjemput Clara. Clara yang sekarang lebih diam daripada sebelumnya. Dia jadi tidak suka berbicara lagi. Setelah pulang, dia hanya terus mengurung diri di kamar.Dacia dan Jerremy berjalan ke kama
Dacia menyandarkan kepalanya di atas dada Jerremy. Jerremy tertegun sejenak. Dia dapat merasakan Dacia sedang merasa tegang. Jerremy pun spontan mengulurkan tangan untuk memeluk Dacia. “Ada apa sebenarnya?”“Bisa nggak kita ganti psikiater lain?” Setelah ragu dalam waktu yang sangat lama, akhirnya Dacia mengatakannya.Kondisi penyakit Clara memang parah saja. Bukannya Mellisa adalah seorang psikiater unggul? Dia tidak berhasil menyembuhkannya dalam waktu setengah tahun, yang ada kondisi penyakit Clara malah lebih parah lagi. Apa alasannya? Clara juga tidak mungkin menolak pengobatan, apalagi menolak konsumsi obat tanpa sebab.Tadi, Clara mengatakan efek samping yang dialaminya setelah mengonsumsi obat, seperti insomnia, sakit kepala, dan mimpi buruk. Tiba-tiba Dacia kepikiran dengan ucapan Clara saat bunuh diri setengah tahun lalu.Seorang anak yang lugu memang bisa berbohong, tetapi tidak mungkin akan mengambinghitamkan orang lain. Anak-anak hanya akan menuruti perintah tanpa berpikir
Jerremy menopang pipi Dacia, lalu mengecup air mata yang membasahi wajahnya. “Meskipun salah, kita cuma bisa melanjutkan kesalahan ini untuk selamanya. Dacia, aku tidak ada kebiasaan untuk gonta-ganti pasangan. Aku juga tidak akan menggantimu.”Setelah emosi Dacia stabil, dia pun ketiduran. Jerremy memanggil dokter pribadi untuk memeriksanya. Dokter berjalan keluar kamar. “Tuan Muda Jerry, emosi bumil memang tidak stabil. Kamu harus mengalihkan perhatiannya. Kalau bumil terlalu pesimis dan juga terlalu banyak pikiran, nantinya dia malah akan depresi.”Kedua tangan Jerremy dikepalkan dengan erat. Beberapa saat kemudian, dia melepaskan genggamannya, lalu mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah dokter meninggalkan rumah, Jerremy melihat ke sisi kamar. Tiba-tiba Jerremy kepikiran dengan ucapan Jodhiva waktu itu, hubungan mereka berdua bukan terpaut oleh seorang Clara. Sebelumnya, Jerremy memang sudah mengetahui keberadaan Clara.Berhubung Jerremy memilih untuk menerimanya, Clara pun bukan lagi
“Nona Dacia, aku tahu kamu sangat mencemaskannya. Tapi, aku ini psikiater. Kalau aku nggak punya keyakinan, aku juga nggak mungkin bercanda dengan nyawa pasien.” Mellisa tersenyum. “Aku memang sudah memberinya obat. Tapi, obat-obat itu untuk mengobati insomnia dan sakit kepala. Jadi, dia bukan insomnia setelah makan obat. Aku berani jamin nggak ada masalah dengan obatku. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa memeriksanya.”Usai berbicara, Mellisa mengeluarkan sebotol obat tidur untuknya. Namun, Dacia tidak mengambilnya. Dia memutar bola matanya, lalu berkata, “Aku percaya sama kamu.”Mellisa memasukkan obat ke dalam tas, lalu menatap bingkai foto di atas dinding. “Sebenarnya Clara tidak ingin diobati juga gara-gara kamu.”Dacia merasa bingung. “Gara-gara aku?”“Seandainya penyakit dia sudah sembuh, dia khawatir kamu akan mencampakkannya. Itulah alasannya dia menolak untuk berobat.” Mellisa menatapnya. “Apalagi kamu lagi mengandung sekarang. Bagi Clara, setelah anakmu dilahirkan, posisiny
Ariel tertegun. Dia merasa malu hingga wajahnya memerah. Ucapannya menjadi terbata-bata. “Itu … itu karena aku berutang sama kamu. Jadi, aku sungkan sama kamu!”Terlukis senyuman di dalam tatapan Jodhiva. Dia mengusap bibir Ariel. “Tuan Muda Ariel dari Pulau Persia malah bisa bersikap sungkan?”Ariel meronta hendak berdiri. Jodhiva menahan Ariel ke dalam pelukannya, lalu berkata dengan suara serak, “Kalau kamu sembarangan gerak lagi, aku pun kehabisan akal.”Ariel pun tertegun di tempat. Wajahnya seketika merona. “Kalau kamu berani, aku pasti akan membuatmu nggak bisa memiliki keturunan lagi!”Jodhiva mendengus dingin sembari mengangkat-angkat alisnya. “Jadi, bagaimana dengan kamu?”Hawa panas mengepul di atas kepala Ariel. Otaknya seketika tidak bisa berputar sama sekali.Dalam masalah hubungan, Ariel boleh dikatakan tidak paham akan apa pun. Hanya saja, Ariel yang sedang bergaul dengan para pria itu tentu mengerti maksud ucapan Jodhiva.Saat Ariel menyamar sebagai pria, dia tidak mer
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah