Dacia menyandarkan kepalanya di atas dada Jerremy. Jerremy tertegun sejenak. Dia dapat merasakan Dacia sedang merasa tegang. Jerremy pun spontan mengulurkan tangan untuk memeluk Dacia. “Ada apa sebenarnya?”“Bisa nggak kita ganti psikiater lain?” Setelah ragu dalam waktu yang sangat lama, akhirnya Dacia mengatakannya.Kondisi penyakit Clara memang parah saja. Bukannya Mellisa adalah seorang psikiater unggul? Dia tidak berhasil menyembuhkannya dalam waktu setengah tahun, yang ada kondisi penyakit Clara malah lebih parah lagi. Apa alasannya? Clara juga tidak mungkin menolak pengobatan, apalagi menolak konsumsi obat tanpa sebab.Tadi, Clara mengatakan efek samping yang dialaminya setelah mengonsumsi obat, seperti insomnia, sakit kepala, dan mimpi buruk. Tiba-tiba Dacia kepikiran dengan ucapan Clara saat bunuh diri setengah tahun lalu.Seorang anak yang lugu memang bisa berbohong, tetapi tidak mungkin akan mengambinghitamkan orang lain. Anak-anak hanya akan menuruti perintah tanpa berpikir
Jerremy menopang pipi Dacia, lalu mengecup air mata yang membasahi wajahnya. “Meskipun salah, kita cuma bisa melanjutkan kesalahan ini untuk selamanya. Dacia, aku tidak ada kebiasaan untuk gonta-ganti pasangan. Aku juga tidak akan menggantimu.”Setelah emosi Dacia stabil, dia pun ketiduran. Jerremy memanggil dokter pribadi untuk memeriksanya. Dokter berjalan keluar kamar. “Tuan Muda Jerry, emosi bumil memang tidak stabil. Kamu harus mengalihkan perhatiannya. Kalau bumil terlalu pesimis dan juga terlalu banyak pikiran, nantinya dia malah akan depresi.”Kedua tangan Jerremy dikepalkan dengan erat. Beberapa saat kemudian, dia melepaskan genggamannya, lalu mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah dokter meninggalkan rumah, Jerremy melihat ke sisi kamar. Tiba-tiba Jerremy kepikiran dengan ucapan Jodhiva waktu itu, hubungan mereka berdua bukan terpaut oleh seorang Clara. Sebelumnya, Jerremy memang sudah mengetahui keberadaan Clara.Berhubung Jerremy memilih untuk menerimanya, Clara pun bukan lagi
“Nona Dacia, aku tahu kamu sangat mencemaskannya. Tapi, aku ini psikiater. Kalau aku nggak punya keyakinan, aku juga nggak mungkin bercanda dengan nyawa pasien.” Mellisa tersenyum. “Aku memang sudah memberinya obat. Tapi, obat-obat itu untuk mengobati insomnia dan sakit kepala. Jadi, dia bukan insomnia setelah makan obat. Aku berani jamin nggak ada masalah dengan obatku. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa memeriksanya.”Usai berbicara, Mellisa mengeluarkan sebotol obat tidur untuknya. Namun, Dacia tidak mengambilnya. Dia memutar bola matanya, lalu berkata, “Aku percaya sama kamu.”Mellisa memasukkan obat ke dalam tas, lalu menatap bingkai foto di atas dinding. “Sebenarnya Clara tidak ingin diobati juga gara-gara kamu.”Dacia merasa bingung. “Gara-gara aku?”“Seandainya penyakit dia sudah sembuh, dia khawatir kamu akan mencampakkannya. Itulah alasannya dia menolak untuk berobat.” Mellisa menatapnya. “Apalagi kamu lagi mengandung sekarang. Bagi Clara, setelah anakmu dilahirkan, posisiny
Ariel tertegun. Dia merasa malu hingga wajahnya memerah. Ucapannya menjadi terbata-bata. “Itu … itu karena aku berutang sama kamu. Jadi, aku sungkan sama kamu!”Terlukis senyuman di dalam tatapan Jodhiva. Dia mengusap bibir Ariel. “Tuan Muda Ariel dari Pulau Persia malah bisa bersikap sungkan?”Ariel meronta hendak berdiri. Jodhiva menahan Ariel ke dalam pelukannya, lalu berkata dengan suara serak, “Kalau kamu sembarangan gerak lagi, aku pun kehabisan akal.”Ariel pun tertegun di tempat. Wajahnya seketika merona. “Kalau kamu berani, aku pasti akan membuatmu nggak bisa memiliki keturunan lagi!”Jodhiva mendengus dingin sembari mengangkat-angkat alisnya. “Jadi, bagaimana dengan kamu?”Hawa panas mengepul di atas kepala Ariel. Otaknya seketika tidak bisa berputar sama sekali.Dalam masalah hubungan, Ariel boleh dikatakan tidak paham akan apa pun. Hanya saja, Ariel yang sedang bergaul dengan para pria itu tentu mengerti maksud ucapan Jodhiva.Saat Ariel menyamar sebagai pria, dia tidak mer
Jerremy membungkus tubuh Dacia dengan jasnya. Dacia pun terbengong sejenak, lalu mengangkat kepala untuk menatap Jerremy.Setelah membungkus tubuh Dacia, Jerremy berkata, “Belakangan ini cuaca sering berubah. Kamu malah berpakaian terlalu sedikit. Apa kamu tidak takut akan kedinginan?”Dacia memutar bola matanya. “Hari ini Nona Mellisa datang.”Jerremy mengiakannya. “Aku mengerti.”Jerremy mengulurkan tangan untuk merangkul pundak Dacia, lalu membawa Dacia kembali ke kamar. Begitu memasuki kamar, Dacia langsung menarik lengan Jerremy. “Apa nggak ada yang ingin kamu tanyakan sama aku?”Jerremy menutup punggung tangan Dacia. Dia memalingkan kepalanya. “Kamu pasti punya alasanmu sendiri. Jangan-jangan kamu kira aku akan menyalahkanmu hanya gara-gara masalah sepele ini?”Dacia menurunkan kelopak matanya. “Aku minta maaf.”Jerremy memasukkan Dacia ke dalam pelukannya. “Jangan biarkan kamu merasa tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, kamu bisa marah sama aku.”Jerremy mas
Mellisa diam-diam mengamati raut wajah Jerremy. Ketika melihat kerutan di kening Jerremy seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Dacia melanjutkan ucapannya, “Aku juga nggak tahu kenapa Nona Dacia punya bias sebesar itu sama aku, mungkin dia mengira aku akan mencelakai Clara? Dia benar-benar sangat memedulikan Clara.”Jerremy mengiakan, lalu melepaskan jam tangannya. “Clara itu keponakan Dacia. Bukannya wajar kalau dia peduli dengan Clara?” Senyuman di wajah Mellisa terkaku. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Betul juga. Tapi sekarang dia lagi mengandung, bukannya seharusnya dia lebih mencemaskan dirinya dan anak di dalam kandungannya daripada keponakannya?”Jerremy terdiam sejenak. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Mellisa menatapnya. “Tuan Muda Jerry, Nona Dacia begitu memedulikan Clara. Bagaimana kalau Clara nggak bersedia untuk menerima pengobatan? Aku sungguh mencemaskan anak itu.”Jerremy kembali memasang jam tangannya. Setelah mendengar ucapan Mellisa, gerakannya be
Di dalam rumah, pelayan menghidangkan minuman dan buah-buahan untuk mereka.Saat Ariel melihat Clara yang sedang duduk di samping Dacia, dia kepikiran dengan gosip yang beredar di Grup Angkasa sebelumnya. Ariel menebak anak perempuan ini adalah “keponakan” yang digosip orang-orang.Ketika Ariel melihat Clara, kebetulan Clara juga sedang melihatnya. Ariel langsung tersenyum padanya. Namun, Clara malah terbengong langsung menunduk.Ariel menatap gadis yang menguncir tinggi rambutnya itu. Entah kenapa perasaan Ariel menjadi kalut. Dia seolah-olah bisa menemukan bayangan Dessy dalam tubuh Clara.Hanya saja, saat Dessy sudah seumuran Clara, nyalinya tidak sekecil ini.Pelayan menghidangkan makanan di atas meja. Tatapan Clara tertuju pada makanan itu. Dia ingin mengambilnya, tetapi dia tidak berani mengambilnya.Ariel pun menyerahkan sepotong makanan di hadapan Clara. Clara terbengong sejenak, tidak berani mengambilnya.Ariel menarik tangan Clara, lalu meletakkan kue di atas tangannya. “Mak
Dacia berjalan ke depan bunga, lalu menatap bunga mawar di dalam pot. “Sebenarnya aku sadar betapa baiknya dia terhadapku. Hanya saja, aku merasa nggak yakin saja ….”Jodhiva menatapnya. “Kamu boleh memilih. Percayalah dengan dirimu sendiri.”Dacia merasa kaget. Percaya dengan diri sendiri ….Jodhiva melihat ke dalam kamar. “Kalau kamu keberatan, kamu bisa biarkan Ariel untuk menemani Clara dalam beberapa waktu ini.”Dacia memikirkan sesuatu. “Aku nggak keberatan, tapi Clara, dia ….”“Kamu tidak usah khawatir. Aku tahu Clara punya penyakit mental. Sebenarnya tidaklah sulit untuk menyembuhkan di saat anak usia seperti ini. Dia hanya kekurangan rasa gembira saja.”Dacia merenung sejenak. Sebenarnya dia juga merasa tidak tenang ketika membiarkan Clara diobati oleh Mellisa. Hanya saja, bagaimana seandainya Ariel berhasil membuka simpul di hati Ariel?Mereka berdua berjalan ke dalam ruangan. Kemudian, dia menyadari Ariel sedang duduk di samping Clara sembari bermain gim. Clara yang tidak pe
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t