Ariel mengejapkan matanya. Akhirnya dia mulai merespons, segera mendorong Jodhiva. “Kamu kagetin aku saja!”Sepertinya Ariel tidak sengaja mendorong bagian cedera di lengan Jodhiva. Jodhiva pun merintih kesakitan.Ariel mengulurkan tangan untuk memapahnya. “Apa aku menyentuh bagian lukamu? Coba aku lihat.”Sambil berbicara, Ariel langsung membuka pakaian Jodhiva. “Coba aku lihat, kalau sampai berdarah lagi, lukamu mesti diperban ulang.” Jodhiva menggenggam pergelangan tangan Ariel. Dia menarik napas dalam-dalam. “Apa kamu yakin ingin membuka pakaianku di sini?”Ariel tertegun sejenak. Dia menoleh melihat orang yang lalu lalang di depan rumah sakit.Di mata mereka semua, seorang pria sedang membuka pakaian seorang pria. Rasanya memang sangat aneh?Sekarang pakaian Jodhiva juga sudah kusut dibuka Ariel. Sementara itu, Jodhiva malah terus menghalanginya, seolah-olah Ariel hendak melecehkannya saja.Ariel melepaskan Jodhiva. Dia masih tidak tenang, langsung membawa Jodhiva ke dalam rumah
Tobias mengangguk. “Bagus, bagaimana dengan Elgar?”Dessy membalas, “Kami sudah beri tahu Elgar. Elgar sangat setia terhadap Gamma. Dia pasti akan ikut campur dalam semua hal yang berhubungan dengan Gamma.”Tobias mengangkat kelopak matanya. “Di mana Ariel?”Dessy merasa ragu, hanya saja dia tidak boleh merahasiakannya. “Tuan Muda, dia … dia pergi menemui Tuan Puzo.”Di sisi lain, saat Puzo mengetahui kabar Ariel ingin menemuinya, kedua matanya spontan menyipit. Belum sempat dia merespons, orang di samping pun bersikap sangat waspada. “Tuan Muda Ariel sama cerdasnya dengan Tuan Tobias. Dia ingin bertemu denganmu, sepertinya karena masalah Organisasi Imoana.”Masalah Gamma masih hidup sudah terdengar oleh mereka. Sebenarnya mereka juga tidak peduli siapa yang telah membunuh Gamma. Sekarang Organisasi Imoana telah jatuh ke tangan mereka. Seandainya Keluarga Oswaldo ingin membahas masalah Organisasi Imoana, mereka memang seharusnya mencari Puzo.Puzo merokok beberapa saat, lalu memasukkan
Ariel mengusap jam tangannya, lalu tersenyum. “Apa kamu merasa Sams akan setia sama kamu?”Puzo langsung berterus terang. “Dia setia atau tidak, aku juga tidak tahu. Tapi, apa mungkin dia berani berulah di area kekuasaanku?”“Dia memang tidak berani berulah. Karena setelah dia berulah, mana mungkin kamu akan memprioritaskannya lagi.”Kening Puzo kelihatan berkerut. Dia sedang mencerna ucapan Ariel.Tatapan Ariel seketika menjadi tajam. “Seorang bawahan tiba-tiba menjadi seorang majikan. Dia kelihatannya mengabdi sama kamu, tapi kita saja tidak tahu sebenarnya siapa majikannya. Sebab, semua yang dia lakukan seharusnya bukan perintah Tuan Puzo.”Ucapan Ariel mengandung makna tersirat. Suasana seketika menjadi tegang. Semua orang bahkan tidak berani bernapas terlalu kencang.Puzo meniup tehnya. Raut wajahnya berubah serius.Ariel memang cukup cerdas. Semua yang dilakukan Sams memang bukan perintah Puzo. Dia setuju menjadikan Sams sebagai ketua dalam mengelola Organisasi Imoana, karena San
Ariel tertegun. “Maksudmu Jessie?”Jessie datang untuk membeli makanan?Ketika menyadari Ariel sedang “malu”, Firman tiba-tiba menunjukkan ekspresi serius. “Ariel, kamu jujur sama Paman. Apa kamu tidak suka dengan wanita?”Firman memiliki hubungan akrab dengan Tobias. Baginya, Ariel sama seperti keponakannya sendiri.Ariel merasa kaget. “Kenapa kamu malah bertanya seperti ini?”Firman mengangkat gelasnya. “Belakangan ini ada banyak beredar gosip tentangmu, katanya kamu suka sama pria.”Saking kagetnya, Ariel langsung berdiri. “Siapa yang sebar gosip itu?”Firman sungguh kehabisan kata-kata. “Ada yang mengatakan kamu lagi bermesra-mesraan dengan Tuan Muda Jody di depan rumah sakit. Ditambah lagi, dengan usiamu sekarang, kamu bahkan masih belum punya kekasih. Apa mungkin orang-orang tidak merasa curiga? Kalau kamu benar-benar … memiliki pemikiran seperti itu, sepertinya Tuan Tobias tidak akan memiliki penerus lagi.”Tobias hanya memiliki putra tunggal. Sekarang putranya malah menyukai se
Jessie memiringkan wajahnya. “Siapa juga yang bakal percaya sama omonganmu.”Jules tersenyum. Dia menarik Jessie untuk masuk ke dalam pelukannya. Tanpa menunggu reaksi dari Jessie, Jules langsung mencium bibirnya. Kedua tangan Jessie menopang di atas pundak Jules. Jessie tidak bisa mendorongnya.Beberapa saat kemudian, saat Jessie hampir kehabisan napasnya, Jules baru melepaskannya.Jessie merasa marah langsung mendorongnya. “Jules!”Jules didorong jatuh duduk di sofa. Bahkan, Jessie juga ikut tertarik. Jules tersenyum, langsung memeluk pinggang Jessie. “Ini yang terakhir.”Jessie menatap wajah serius Jules. “Kalau kamu bohongi aku lagi, aku bakal ganti suami.”Ketika melihat sosok Jessie yang imut itu sedang mengancamnya, Jules pun memeluk Jessie dengan erat, lalu bertanya, “Apa perlu aku kenalkan kepadamu?”Nada bicara Jessie sangat aneh. “Benarkah? Kalau begitu, kamu kenalkan beberapa, ya? Jadi, aku bisa memilih.”Jules mencubit pipinya. “Apa kamu merasa kamu sudah hebat?”Jessie me
Puzo yang membungkus tubuhnya dengan jubah mandi sedang duduk di sofa. Dia memeluk seorang wanita berambut pirang. Si wanita pun bersandar di dalam pelukan Puzo dengan tersenyum. Sams melangkah maju, lalu mengangguk sedikit kepalanya. “Tuan Puzo.”Puzo mengangkat gelas ke atas meja. Dia menyuruh wanita berambut pirang menuangkan alkohol untuknya. “Dengar-dengar kamu menggunakan dana Geng Markus. Apa kamu menggelapkan uang itu?”Sams spontan terbengong. Mengenai penggelapan dana Geng Markus, bahkan Gamma saja tidak mengetahuinya. Mana mungkin Puzo bisa mengetahui masalah ini?Puzo menyesap alkohol dengan perlahan. Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Sams. Ekspresinya kelihatan tidak jelas. “Sepertinya informasi yang diberikan Tuan Muda Ariel bukan bohongan. kamu memang sudah menggelapkan dana.”Seluruh bulu kuduk di tubuh Sams merinding. Ariel malah menyadari ada masalah dengan laporan keuangan Geng Markus. Sialan! Ariel selalu saja menghambat rencana Sams.“Tuan Puzo, aku me
Jessie juga kelihatan serius. “Nggak boleh! Mana boleh bermain curang? Yang namanya kalah ya kalah!”Ariel melipat kedua lengan di depan dadanya. “Ayah, kamu akui saja kalau kamu tidak sehebat Jessie. Kenapa kamu malah ingin menindas seorang anak perempuan?”Tobias menghela napas. “Aku saja sudah tidak memiliki penerus lagi. Memangnya kenapa kalau aku tidak hebat dalam bermain catur?”Jessie hampir saja tidak bisa menahan tawanya.Ariel menunjukkan raut datarnya. “Kamu ngomongnya seolah-olah aku benar-benar bisa meneruskan marga keluargamu saja.”Tobias mengangkat gelas tehnya. Nada bicaranya terdengar serius. “Bagaimana kamu menjelaskan masalah ini sekarang?”Ariel malas untuk menjelaskan. “Sudahlah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Tobias juga mulai serius. “Ada masalah apa?”Jessie sadar diri langsung berdiri. “Kalau begitu, aku masuk rumah dulu.”Ariel duduk di tempat yang diduduki Jessie tadi. Dia membahas apa yang dikatakannya dengan Puzo semalam. Setelah Tobias mendengar,
Ariel sialan! Dia malah memanfaatkan masalah laporan keuangan untuk mengungkit transaksi gelap di antaranya dengan Sams di hadapan Puzo.Seorang pria gendut berjalan ke belakang Tom. “Tuan, apa yang mesti kita lakukan sekarang?”Tom mengambil gelas dari atas meja, lalu minum dengan perlahan. Tatapannya seketika menjadi tajam. “Apa lagi yang bisa aku lakukan? Sekarang masalah sudah berkembang ke tahap seperti ini. Aku terpaksa menelantarkan pion demi menunjukkan kesetiaanku terhadap Tuan Puzo.”…Setelah Sams kembali, dia masih memikirkan bagaimana membantu Tom untuk mengatasi masalah itu. Siapa sangka dia tiba-tiba menerima sebuah panggilan asing dari seorang wanita.Entah apa yang dikatakan wanita itu, raut wajah Sams seketika berubah. “Mana mungkin!”“Percaya atau nggak semuanya tergantung kamu. Tuan Sams, kamu kira Tom akan membantumu? Dia sudah memilihmu untuk menjadi kambing hitam. Lebih baik kamu segera cari cara untuk melarikan diri saja. Kalau nggak, bisa jadi Tom akan memilih
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me