Jessie memiringkan wajahnya. “Siapa juga yang bakal percaya sama omonganmu.”Jules tersenyum. Dia menarik Jessie untuk masuk ke dalam pelukannya. Tanpa menunggu reaksi dari Jessie, Jules langsung mencium bibirnya. Kedua tangan Jessie menopang di atas pundak Jules. Jessie tidak bisa mendorongnya.Beberapa saat kemudian, saat Jessie hampir kehabisan napasnya, Jules baru melepaskannya.Jessie merasa marah langsung mendorongnya. “Jules!”Jules didorong jatuh duduk di sofa. Bahkan, Jessie juga ikut tertarik. Jules tersenyum, langsung memeluk pinggang Jessie. “Ini yang terakhir.”Jessie menatap wajah serius Jules. “Kalau kamu bohongi aku lagi, aku bakal ganti suami.”Ketika melihat sosok Jessie yang imut itu sedang mengancamnya, Jules pun memeluk Jessie dengan erat, lalu bertanya, “Apa perlu aku kenalkan kepadamu?”Nada bicara Jessie sangat aneh. “Benarkah? Kalau begitu, kamu kenalkan beberapa, ya? Jadi, aku bisa memilih.”Jules mencubit pipinya. “Apa kamu merasa kamu sudah hebat?”Jessie me
Puzo yang membungkus tubuhnya dengan jubah mandi sedang duduk di sofa. Dia memeluk seorang wanita berambut pirang. Si wanita pun bersandar di dalam pelukan Puzo dengan tersenyum. Sams melangkah maju, lalu mengangguk sedikit kepalanya. “Tuan Puzo.”Puzo mengangkat gelas ke atas meja. Dia menyuruh wanita berambut pirang menuangkan alkohol untuknya. “Dengar-dengar kamu menggunakan dana Geng Markus. Apa kamu menggelapkan uang itu?”Sams spontan terbengong. Mengenai penggelapan dana Geng Markus, bahkan Gamma saja tidak mengetahuinya. Mana mungkin Puzo bisa mengetahui masalah ini?Puzo menyesap alkohol dengan perlahan. Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Sams. Ekspresinya kelihatan tidak jelas. “Sepertinya informasi yang diberikan Tuan Muda Ariel bukan bohongan. kamu memang sudah menggelapkan dana.”Seluruh bulu kuduk di tubuh Sams merinding. Ariel malah menyadari ada masalah dengan laporan keuangan Geng Markus. Sialan! Ariel selalu saja menghambat rencana Sams.“Tuan Puzo, aku me
Jessie juga kelihatan serius. “Nggak boleh! Mana boleh bermain curang? Yang namanya kalah ya kalah!”Ariel melipat kedua lengan di depan dadanya. “Ayah, kamu akui saja kalau kamu tidak sehebat Jessie. Kenapa kamu malah ingin menindas seorang anak perempuan?”Tobias menghela napas. “Aku saja sudah tidak memiliki penerus lagi. Memangnya kenapa kalau aku tidak hebat dalam bermain catur?”Jessie hampir saja tidak bisa menahan tawanya.Ariel menunjukkan raut datarnya. “Kamu ngomongnya seolah-olah aku benar-benar bisa meneruskan marga keluargamu saja.”Tobias mengangkat gelas tehnya. Nada bicaranya terdengar serius. “Bagaimana kamu menjelaskan masalah ini sekarang?”Ariel malas untuk menjelaskan. “Sudahlah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Tobias juga mulai serius. “Ada masalah apa?”Jessie sadar diri langsung berdiri. “Kalau begitu, aku masuk rumah dulu.”Ariel duduk di tempat yang diduduki Jessie tadi. Dia membahas apa yang dikatakannya dengan Puzo semalam. Setelah Tobias mendengar,
Ariel sialan! Dia malah memanfaatkan masalah laporan keuangan untuk mengungkit transaksi gelap di antaranya dengan Sams di hadapan Puzo.Seorang pria gendut berjalan ke belakang Tom. “Tuan, apa yang mesti kita lakukan sekarang?”Tom mengambil gelas dari atas meja, lalu minum dengan perlahan. Tatapannya seketika menjadi tajam. “Apa lagi yang bisa aku lakukan? Sekarang masalah sudah berkembang ke tahap seperti ini. Aku terpaksa menelantarkan pion demi menunjukkan kesetiaanku terhadap Tuan Puzo.”…Setelah Sams kembali, dia masih memikirkan bagaimana membantu Tom untuk mengatasi masalah itu. Siapa sangka dia tiba-tiba menerima sebuah panggilan asing dari seorang wanita.Entah apa yang dikatakan wanita itu, raut wajah Sams seketika berubah. “Mana mungkin!”“Percaya atau nggak semuanya tergantung kamu. Tuan Sams, kamu kira Tom akan membantumu? Dia sudah memilihmu untuk menjadi kambing hitam. Lebih baik kamu segera cari cara untuk melarikan diri saja. Kalau nggak, bisa jadi Tom akan memilih
Ariel tersadar dari bengongnya, lalu bertatapan dengan mata Jodhiva.Apa dari tadi Ariel sedang menatapnya? Ariel berdeham, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu makan apa di saat kecil dulu? Kenapa kamu pintar sekali?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Makan apa?” Dia pun tersenyum tipis. “Apa Tuan Muda Ariel sedang memujiku?”Ariel memandang ke luar jendela. “Tergolong iya.”Sepertinya karena masalah gosip yang beredar, Ariel pun mulai merasa canggung ketika berdua dengan Jodhiva. Jodhiva seharusnya juga sudah mendengar gosip itu. Namun, dia malah tidak menganggapnya sebagai masalah. Jangan-jangan hanya Ariel saja yang sudah berpikir kebanyakan?Pada jam lima sore hari, Sams mengendarai mobil ke dermaga.Sania yang duduk di baris belakang mobil baru saja terbangun. Dia pun terkejut ketika melihat dirinya sedang berada di mobil. Ketika kepikiran dengan ucapan yang dilontarkan Sams sebelum dipukul pingsan, Sania semakin terkejut lagi. “Kamu mau bawa aku ke mana? Sams, aku sarankan kamu untuk
Elgar membawa anggota Organisasi Imona ke lokasi kejadian. Ketika melihat mayat itu, raut wajah Elgar langsung berubah muram.Ariel mengerutkan keningnya. “Sams bawa Sania.”Jodhiva terdiam, entah apa yang sedang dia pikirkan.…Tak lama kemudian, Tom menerima kabar kecelakaan Sams dan juga Sania. Dia meletakkan ponsel di atas meja, lalu memegang kaki gelas anggur. Suasana hatinya terasa bagus.Si Gendut berjalan mendekat. “Tuan, Sams tahu masalah kamu ingin menjadikannya sebagai kambing hitam. Dia membawa Nona Sania untuk melarikan diri.”“Aku tahu.” Tatapan Tom tertuju pada sisi gelas anggur. “Sayangnya, kali ini bahkan Tuhan juga tidak bisa membantunya. Kalau bukan karena dia bersikeras ingin membawa perusak itu, dia pasti sudah berhasil melarikan diri. Pada akhirnya, dia kalah di tangan wanita.”Semua tidak butuh turun tangan Tom.Saat Sania mengirim pesan permintaan bantuan, Tom pun menduga Sams ingin melarikan diri. Tadinya Tom khawatir Sams akan jatuh ke tangan anggota Keluarga
Sekarang Sania sudah meninggal, Sams juga masih sedang berusaha diselamatkan. Elgar bisa berjaga di depan ruang ICU juga demi menunggu kabar. Seandainya Sams mati,itu berarti dia tidak bisa mengorek fakta dari mulut Sams lagi.Pada saat ini, lampu ruang operasi berubah menjadi warna hijau.Dokter berjalan keluar ruang operasi. Elgar berjalan maju. “Dokter, bagaimana kondisinya?”Dokter melepaskan masker. Rautnya kelihatan serius. “Maaf, kami sudah berusaha.”Kali ini, ekspresi Elgar berubah kaget. Dia mencengkeram pundak dokter. “Apa maksudmu sudah berusaha? Jangan-jangan dia mati begitu saja!”Dokter juga sudah terbiasa melihat wali pasien yang seperti ini. Dia hanya bisa menjelaskan dengan tenang, “Cedera yang dialami pasien terlalu parah. Bagian organ jantungnya menerima tekanan yang terlalu besar dan mengalami pendarahan. Kami sudah berusaha semampu kami untuk menyelamatkannya, tapi kami tidak bisa melawan takdir.”Elgar terhuyung-huyung ke belakang. Orang di belakang segera memapa
Pada bagian akhir rekaman, dapat diketahui bahwa Sams sudah kehilangan harapan untuk hidup lagi. Meskipun Sams memang pantas untuk mati, setidaknya dia tidak membawa Sania mati bersamanya. Namun pada akhirnya, Sams telah melibatkan Sania dalam masalah ini. Sania juga mati atas kebodohannya sendiri.Jodhiva tersenyum. “Aku sungguh tidak menyangka Tuan Muda Ariel bisa galau juga.”Ariel memalingkan kepala untuk menatapnya. “Aku hanya merasa tidak puas saja. Hanya tinggal lima kilometer saja, mereka akan sampai di dermaga dan kita bisa menangkapnya. Siapa sangka akan terjadi masalah seperti ini.”Seandainya mereka dicelakai di tengah jalan, setidaknya suasana hati Ariel tidak akan seburuk ini. Ariel pun bisa mendapatkan petunjuk lain, bisa mengetahui siapa yang sudah tidak bisa bersabar lagi.Namun, kecelakaan itu dibuat oleh mereka sendiri. Tidak ditemukan petunjuk apa pun. Bahkan, Tom juga tidak perlu turun tangan.Semakin dipikir-pikir, Ariel pun merasa semakin marah saja. “Pada akhirn