Jessie spontan tertegun.Jarak Hiro sangat dekat dengannya. Saking dekatnya, Hiro dapat melihat bulu mata lentik dan juga wajah mulus Jessie. Hiro memang sedang menyeka sup di ujung bibirnya, tapi seolah-olah sedang mengusapnya dengan lembut.Dulu, mungkin Jessie mengira Hiro melakukannya hanya karena memendam niat baik atau menganggapnya sebagai adiknya saja. Namun sekarang, Jessie merasa ada yang aneh.Mungkin karena napas Hiro terlalu membara, Jessie mengambil tisu dari tangan Hiro dengan ekspresi tidak leluasa. Dia mencari cara untuk menjaga jarak dengan Hiro. “Aku sudah dewasa. Aku bisa lap sendiri.”Hiro juga tidak berkata lain, hanya tersenyum saja.Setelah selesai makan, mereka berdua meninggalkan restoran.Hiro mengendarai mobil ke hadapan Jessie. Setelah Jessie memasuki mobil, dia malah tidak mengendarai mobilnya. Tiba-tiba Hiro membungkukkan tubuhnya untuk mendekat. Jessie merasa kaget spontan mendorong pundak Hiro. “Kak Hiro ….”Hiro tersenyum. “Apa yang lagi kamu pikirkan?
Dacia menggigit erat bibirnya dan tidak berbicara.Sebenarnya semuanya tidak berhubungan dengan masalah hari ini. Jerremy berjongkok di hadapan Dacia, lalu menempelkan wajahnya di perut kecil Dacia. Seolah-olah bisa mendengar gerak-gerik di dalamnya, Jerremy pun tersenyum. “Apa anak berusia satu bulanan bisa bergerak?”Dacia terbengong sejenak. Ini pertama kalinya dia melihat Jerremy yang begitu hati-hati. Dacia menunduk dan berbicara dengan lembut, “Baru satu bulan saja. Mana mungkin secepat itu?”Jerremy mengangkat kepala untuk melihat Dacia. “Apa belakangan ini kamu masih ingin muntah?”Dacia menggeleng. “Aku sudah makan obat. Jadi, nggak muntah lagi.”Jerremy mengusap perut Dacia dengan perlahan. “Bagaimana kalau kita juga pergi mendaftarkan pernikahan kita?”Kali ini, Dacia merasa syok. Dia merasa dirinya sedang berkhayal. “Apa?”“Gimana kalau kita pergi mendaftarkan pernikahan kita?” Jerremy mengangkat kepalanya, lalu mengulangi ucapannya dengan serius.Semuanya terlalu mendadak
Jerremy meletakkan dokumennya, lalu mengetuk jari tangannya di atas meja. “Bagaimana kondisinya?”Psikiater membalas, “Berdasarkan hasil pengamatan dan tes, anak itu memang cukup sensitif. Mungkin semua itu karena faktor lingkungan tumbuh kembangnya. Dia jadi merasa minder dan kesepian. Itulah sebabnya dia sangat dekat dengan orang yang dia sayangi.”Kening Jerremy tampak berkerut. “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan?”Psikiater tertegun sejenak. “Silakan.”Tatapan Jerremy tampak datar. “Apa mungkin anak berusia empat tahun mencelakai orang yang disayanginya hingga keguguran?”Setelah Clara mendengar ucapan mereka pada malam hari itu, salah paham tumbuh di dalam hatinya. Meski Clara merasa marah waktu itu, kenapa dia mesti mendorong bagian perut Dacia? Itulah sebabnya Jerremy mulai merasa waswas terhadap gerak-gerik Clara.Waktu itu, Jerremy tidak mengekspresikannya juga karena tidak ingin Dacia merasa serbasalah. Sebab, Dacia-lah yang membesarkan Clara.Clara bisa menempel dengan Dac
Jika Jerremy masih Jerremy yang dulu, apa mungkin dia akan memikirkan semua ini?Saat ini, hati Dacia terasa sangat kacau. Dia tidak tahu bagaimana mengekspresikannya. Di satu sisi, ada Clara yang sangat menempel dan bergantung terhadapnya. Di sisi lain, ada ayah dari anak dan juga pria yang mencintainya.“Kenapa kamu berdiri di depan pintu?” Suara Jerremy menyadarkan Dacia dari bengongnya.Dacia bertatapan dengan mata Jerermy. Dia ragu sejenak, baru memasuki kamar. “Apa kata dokter?”“Dia tidak mengatakan apa-apa.” Jerremy menyusun dokumennya. Dia kepikiran sesuatu, lalu menambahkan, “Besok aku akan cari anak-anak untuk menemani Clara. Usianya memang lebih besar daripada Clara, tapi setidaknya mereka bisa bermain bersama.”Dacia terbengong sejenak, seolah-olah menyadari sesuatu.Saat di Negara Hyugana, selain menempel dengan Dacia, Clara hanya menempel dengan pembantu. Di luar dari mereka berdua, sepertinya Clara hanya pernah bermain dengan cucu perempuan si pembantu. Hanya saja, mer
Jessie menjelaskan, “Kak Hiro sudah kembali.”Tak disangka masalah telah berlalu lama, tapi Jerremy masih saja tidak menyukai Hiro. Waktu itu, Jerremy juga tidak menyukai Jules. Hanya saja, rasa tidak suka Jerremy terhadap Jules hanya sekadar ucapan belaka. Berbeda dengan rasa tidak sukanya terhadap Hiro, yang mana benar-benar dari lubuk hatinya.“Sekarang kamu sudah bersama dengan Jules, jangan sering-sering berhubungan sama dia lagi. Aku sudah membantumu untuk menekan berita itu.” Panggilan diakhiri. Jerremy menekan-nekan tulang hidungnya, lalu memanggil Edwin.Edwin memasuki kantor. “Apa Tuan mencariku?”Jerremy membalas, “Utus beberapa orang untuk memantau Hiro. Jangan sampai dia kesampaian!”Dibandingkan dengan Jules, Jerremy memang lebih tidak menyukai Hiro. Setidaknya Jules selalu mempertimbangkan segala hal demi Jessie. Dia tidak akan melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan Hiro, waktu itu masalah Lisa diskors dari sekolah juga adalah hasil karyanya, term
Seandainya Clara sengaja menjepret anak itu dengan karet, seharusnya juga ada alasannya.Tak disangka, akhirnya Clara bersuara, “Aku nggak suka sama dia.”Dacia tertegun di tempat. Keningnya tampak berkerut. “Hanya gara-gara kamu nggak suka sama dia, kamu malah menjepretnya dengan karet?”Suara Clara semakin keras lagi. “Dia dorong aku duluan!”“Clara!” jerit Dacia dengan emosi. Setelah Dacia merespons, Clara pun sudah berlari keluar kamar.Dacia mengejar ke bawah tangga. “Clara, jangan lari.”Bagian perut Dacia terasa sakit. Dia menghentikan langkahnya di dekat pintu rumah. Pembantu bergegas datang memapahnya. “Nyonya!”Dacia menggertakkan giginya. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya. “Cepat kejar Clara ….”Saat Jerremy menerima kabar, dia bergegas kembali ke vila. Sejak mendengar kronologis masalah dari pembantu, raut wajah Jerremy kelihatan sangat muram. Ketika Jerremy memasuki kamar, Dacia sedang berbaring di atas ranjang dengan menyandarkan bantal di belakang pinggangnya
Lidya menarik kursi, lalu duduk di atasnya sembari tersenyum sinis. “Kenapa? Sekarang kamu dicampakkan tantemu? Apa kamu diusir dari rumah?”Dengan tidak mudahnya Lidya mencari tahu alamat tempat tinggal Dacia. Tadinya dia sedang berpikir bagaimana cara menghindari Jerremy untuk mencari mereka. Siapa sangka, dia malah ketemu dengan Clara yang berlari keluar rumah.Clara menggeleng dengan ketakutan.Lidya berdiri, kemudian berjalan ke hadapannya dan mencubit dagu si kecil. “Clara, kamu mesti dengar apa kata Nenek. Mana mungkin Nenek tega untuk pukul kamu? Kalau bukan karena Jules, mana mungkin orang tuamu meninggalkanmu?”“Mengenai masalah tantemu, sebelum Nenek bawa kamu ke sini, Nenek juga sudah beri tahu kamu. Kalau dia menikah dengan paman itu, dia tidak akan menginginkanmu lagi. Tapi kamu malah tidak percaya sama omongan Nenek.”Air mata tak berhenti menetes di wajah Clara. Dia berbicara dengan terisak-isak, “Tante … nggak campakkan aku. Dia hanya lagi mengandung saja.”Lidya terbe
Hati Dacia gemetar.Jerremy memeluk Dacia, menyandarkan dagunya di atas kepala Dacia. “Aku tidak ingin ada salah paham di antara kita hanya gara-gara masalah Clara. Aku juga tidak ingin kamu mengira aku hanya peduli dengan anak di dalam perutmu saja, makanya aku memaksamu untuk berpisah dengan Clara.”“Aku tahu kamu sudah membesarkan Clara sejak kecil. Kamu punya tanggung jawab terhadapnya. Jadi, kita bisa putuskan masalah itu setelah anak kita lahir nanti.” Sebenarnya Jerremy tidak ingin memaksa Dacia untuk membuat pilihan. Dia akan memberi Dacia waktu untuk mempertimbangkannya dengan saksama. Selama Clara berada di bawah pengawasan Jerremy dan pembantu, Jerremy juga baru bisa merasa tenang.Jantung Dacia berdebar kencang. Matanya spontan menjadi basah. “Jerry, terima kasih, ya.”Jerremy mengusap air mata di sudut mata Dacia. “Jadi, kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku ingin kamu dan anak kita baik-baik saja. Janji sama aku, apa pun yang terjadi, kamu mesti memercayaiku.”Jerremy men