Lidya tidak berdiri dengan tegak, langsung jatuh duduk di lantai. Sekujur tubuhnya spontan merinding.…Setelah Jerremy mendapat kabar Lidya tidak berhasil dideportasi, dia pun langsung mengutus anak buahnya untuk mencari jejak Lidya. Sekarang Lidya juga telah masuk ke dalam daftar nama buronan.Saat Dacia bersama Clara melewati ruang baca, kebetulan dia kedengaran percakapan Jerremy dengan Edwin.Ketika mendengar kabar itu, Dacia spontan menggenggam tangan Clara dengan semakin erat lagi.Clara mengangkat kepalanya untuk menatap Dacia, lalu berbisik, “Tante, tanganku sakit.”Dacia tersadar dari bengongnya, langsung meringankan genggamannya. Dia membungkuk untuk mengusap tangan si kecil. “Maaf, apa masih sakit?”Clara menggeleng. “Nggak sakit lagi.”Tiba-tiba Edwin membuka pintu. Mereka berdua sama-sama merasa kaget. Dia spontan merespons. “Nona Dacia?”Jerremy juga mengangkat kepalanya melihat ke depan pintu.Tatapan Dacia dan Jerremy saling bertemu. Dia menunduk, lalu berkata pada Cla
Jessie memegang tusuk sate di tangannya. Dia berjalan beberapa langkah, lalu menurunkan masker untuk mencicipinya. Dia sungguh mirip dengan seekor kucing yang sedang curi makan saja. Dia takut dipergoki oleh orang-orang, tapi dia juga rakus ingin mencicipi jajanan di sini.Jules memiringkan kepala untuk melihatnya. Dia pun tertawa. “Sepertinya hari ini aku tidak mengenyangkanmu. Begitu keluar, kamu malah jadi rakus.”Jessie hampir saja tersedak. Apa maksudnya “mengenyangkan”? Kenapa kedengarannya aneh?Jessie menutup mulutnya sembari berbisik, “Namanya sudah lama aku nggak makan sate.” Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu menyerahkan satu tusuk sate kepada Jules. “Kamu mau nggak?”Tiba-tiba Jules membungkukkan tubuhnya, lalu menggigit bagian yang digigit Jessie tadi.Jessie terbengong sejenak. Dia spontan merespons. “Kenapa kamu ….”Saat menyadari ada yang melihatnya, Jessie segera mengangkat maskernya, lalu mengomel dengan suara kecil, “Kamu lagi ngapain? Nanti malah dipergoki orang.
Jules membaringkan Jessie ke atas ranjang. Saat dia hendak menegakkan tubuhnya, tiba-tiba Jessie malah menariknya hingga terjatuh. Jules segera menopang ranjang dengan lengannya, lalu menatap wanita berwajah lugu di bawahnya. Jakun Jules bergerak. Keningnya tampak berkerut. “Kamu bandel lagi?”Jessie mengusap bibir Jules. “Aku juga bukan anak kecil. Kenapa aku mesti selalu dengar apa katamu?”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan nakal Jessie. “Kalau kamu begini lagi, aku akan ….”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Apa yang akan kamu lakukan?”Jessie sangatlah cantik dan juga menggoda. Jika dia menggunakan ekspresi lugunya ini untuk menipu pria, sepertinya delapan dari sepuluh pria pasti akan jatuh ke tangannya.Tanpa perlu menggoda atau bersandiwara, hanya dengan senyumannya saja, hati para pria pasti akan terasa luluh.Jules tidak berbicara. Tatapannya tertuju pada wajah Jessie.Jessie sedang memikirkan trik yang biasanya sering dipakai di dalam sinetron
Jessie membuka pintu ruangan VIP. Di belakang layar, terlihat ada lima orang sedang duduk di dalam sana. Saat Jessie berjalan ke dalam, Yusa duluan melihat Jessie. Dia segera memanggil Jessie ke sisinya. “Jessie, akhirnya kamu datang juga. Ayo, aku perkenalkan kepadamu. Dia adalah sponsor baru dari drama baru kita.”Tatapan Jessie tertuju pada pria yang duduk membelakanginya. Saat Yusa selesai melontarkan ucapannya, si pria menoleh dengan perlahan, lalu berpapasan dengan tatapannya.Jessie spontan tertegun di tempat. Dia sungguh tidak percaya dengan matanya. “Kamu ….”Ujung bibir si pria melengkung ke atas. Seiring bertambahnya usia, si pria kelihatan lebih maskulin. “Jessie, sudah lama tidak berjumpa.”Editor dan produser juga terbengong. Kali ini, Yusa pun tersenyum. “Kalian saling kenal?”Hiro menatap ke sisi Yusa. “Kami sudah kenal sejak lama.”Sepertinya Yusa mengerti. Dia pun tertawa terbahak-bahak. “Ternyata begitu. Kalau kalian itu saling kenal, hari ini kita juga jangan sungka
Sekarang peran “Monela” sudah pasti akan diperani oleh Jessie. Sementara itu, Sutradara Yusa masih sedang mencari aktor yang cocok untuk memerani tokoh “Firdaus” dan “Norman”.Saat editor menanyakan pendapat Jessie, Jessie pun terbengong. “Apa kalian ingin dengar pendapatku?”Yusa melambaikan tangannya. “Kamu bisa ungkapkan pendapatmu, Jessie. Kamu juga pernah membaca naskah asli sebelumnya. Siapa menurutmu artis yang cocok dengan peran itu, kamu bisa merekomendasikannya.”Jessie menatap ke sisi Hiro. Hiro pun mengangguk dengan tersenyum.Jessie memegang dagunya sambil berpikir. Dalam novel asli Dacia, ceritanya memang condong ke genre romansa antara pria. Namun, setelah hak ciptanya diambil alih oleh orang lain, ceritanya dirombak, kemudian beberapa adegan antar pria yang berskala besar diubah menjadi hubungan persahabatan biasa.Firdaus adalah seorang reporter yang dulunya berasal dari keluarga terpandang. Lantaran tragedi yang menimpa orang tuanya di masa lalu, dia mulai terobsesi d
Yusa mengangguk. “Aku memang tidak pernah bekerja sama dengan Levin sebelumnya, tapi aku pernah bekerja dengan ibunya, Miranda. Berhubung dia adalah putranya Miranda, seharusnya kemampuannya tidak akan terlalu buruk.”Jessie menatapnya. “Terima kasih, Pak Yusa. Nanti aku akan diskusikan masalah ini sama dia.”Setelah acara makan selesai, waktu menunjukkan pukul sebelas siang.Jessie dan Hiro mengantar sutradara dan yang lain ke bawah. Saat semuanya sudah pergi, mereka berdua baru berjalan ke area parkiran bawah tanah. Jessie berdiri di samping Hiro. “Kak Hiro, sepertinya dulu kamu nggak pernah cerita kalau kamu ingin jadi sutradara?”Sudah lama mereka tidak bertemu. Hiro yang sekarang bukan lagi sosok seorang abang yang bersikap lembut. Dia kelihatan lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat Jessie. “Dulu kamu juga tidak pernah bertanya.”Jessie menggaruk pipinya dengan tersenyum canggung. “Sepertinya benar juga. Tapi aku cukup terkejut kamu bisa
Selesai berbicara, Jules menambahkan, “Tenang saja, aku tidak akan melibatkan Jessie dalam masalah ini.”Jerremy menggigit bibirnya. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Apa kamu yakin?”Jules tersenyum, lalu mengangkat kelopak matanya. “Apa Kak Jerry lagi mencemaskanku?”Jerremy mendengus dingin, lalu melipat kedua tangan di depan dada. “Aku bukan mengkhawatirkanmu. Kalau kamu mati, nanti adikku malah jadi janda. Aku tidak ingin adikku yang masih muda itu malah hidup sebatang kara.”Jules mengangkat gelas tehnya dan tidak berbicara.Jerremy pun berdiri. “Kalau kamu butuh anggota, kamu bisa minta sama aku. Tapi, jangan sampai ada yang mati.”Ketika mendengar ucapan itu, Jules pun tersenyum tipis, mulai menyesap tehnya.Jessie ingin mencari Levin untuk membahas masalah tawaran tokoh “Firdaus”. Baru saja memasuki studio, dia menyadari Dacia sedang memindahkan kardus. Jessie langsung berlari pergi mengangkatnya. “Dacia, bukannya kamu lagi cuti? Kenapa kamu tiba-tiba ke perusahaan? N
Dacia mengusap kepala Clara. “Pembantu di rumah nggak bakal melukai kamu. Kamu juga nggak usah takut lagi. Kamu mesti lebih pemberani, oke?”Clara tidak berbicara.“Tuan Muda.” Tiba-tiba pembantu melangkah ke samping, lalu memberi hormat kepada Jerremy.Jerremy menyerahkan jas ke tangan pembantu. Pembantu mengambilnya, lalu meninggalkan tempat. Dia melepaskan kancing di ujung lengan kemeja, lalu berjalan mendekat. “Ada apa?”Entah apa yang dikatakan Dacia terhadap Clara. Clara melihat Jerremy sekilas, baru naik ke lantai atas.Dacia berdiri, lalu membalikkan kepalanya melihat ke sisi Jerremy. “Sepertinya Clara masih trauma. Dia nggak mau ikut orang yang nggak dia kenal.”Jerremy melirik ke sisi tangga. “Kita bisa carikan psikiater buat dia.”Usai berbicara, Jerremy menatap tubuh Dacia. “Sekarang kamu lagi hamil. Kamu malah mesti jagain dia. Sekarang, selain kamu, dia juga tidak bersedia untuk dijaga oleh pembantu. Kalau dia tidak berobat sejak dini, aku takut akan berpengaruh pada kehi
Seorang pria berjalan ke samping Yura, lalu bertanya, “Apa benar dengan Nona Yura?”Yura mengangkat kepalanya. Tadinya dia mengira lawan kencan buta yang diatur ayahnya tidak akan datang lagi. Jadi, Yura berencana untuk pulang setelah makan. Siapa sangka dia akan datang.Yura pun tersenyum. “Iya, silakan duduk.”Si pria duduk, kemudian melihat makanan di atas meja.Yura berkata dengan tersenyum, “Maaf, aku kira kamu sudah terlambat setengah jam, nggak akan datang lagi.”Pria itu merasa canggung. Dia mengira Yura sedang marah karena dirinya telah datang terlambat. “Tadi aku ada sedikit urusan. Oh, ya, Nona Yura, dengar-dengar kamu itu penerjemah?”Yura tidak mengesampingkan sendok garpunya. “Iya, aku lagi berpikir mau bekerja lagi atau nggak.”Masih terlihat senyuman di wajah si pria. “Kamu masih mau ke luar negeri?”“Tergantung sikon.” Usai berbicara, Yura mengangkat kepalanya untuk menatap si pria. “Kalau mau menikah, mungkin ada perubahan dengan pekerjaanku. Bisa jadi aku akan beker
Sepertinya Merry juga merasa hubungan putranya dengan Yura tidak sebagus dulu lagi. Apalagi putranya sedang terpikat dengan siluman rubah itu, raut wajah Merry kelihatan semakin muram lagi. “Sekarang Hiro bahkan tidak pulang ke rumah. Setiap harinya selalu tinggal di luar. Haish, gara-gara seorang wanita, dia malah berubah menjadi seperti ini.”Ricky berkata dengan serius, “Baiklah, berhubung semua itu pilihannya, mulai sekarang kita juga tidak bisa ikut campur dengan pilihan hidupnya.”Merry hanya merasa disayangkan. “Aku kira Yura bisa menjadi menantu keluarga kita.”Cooper pun tersenyum. “Tidak masalah. Semua itu juga tidak berdampak terhadap hubungan keluarga kita.”…Di Vila Laguna, Negara Hyugana.Jessie berjalan ke taman bunga, lalu pergi menyiram bunga mawar. Dia sungguh berharap bunga hasil rawatannya bisa tumbuh dengan indah saat musim semi nanti.Jules berjalan ke belakang Jessie, lalu mengambil gembor dari tangan Jessie. “Bukannya aku suruh kamu istirahat?”Jessie mencember
Hiro terdiam.“Dari kemarin kamu gonta-ganti kekasih melulu. Sekarang kamu berpacaran dengan Jeska. Semua itu karena kamu merasa dia memiliki kesamaan dengan Jessie. Tapi, karena kesamaan itu, kamu sudah menghancurkan dirimu sendiri.”Kedua mata Yura memerah. Dia merasa hubungan sepuluh tahunnya sudah tidak berharga lagi. Waktu itu, Yura menyukai Hiro karena dia merasa Hiro adalah tipe pria setia. Buktinya, Hiro bisa diam-diam berkorban dengan Jessie yang dia sukai.Setelah mengetahui kabar Jessie sudah menikah, Hiro sempat merasa sedih selama beberapa saat. Namun, Yura tetap saja menemani Hiro tanpa merasa menyesal sama sekali. Dia ingin mencoba untuk mengobati luka hatinya. Meskipun sebenarnya Hiro tidak tahu dirinya menyukai Yura. Tapi?Apa yang didapatkan Yura? Dia melihat Hiro terus gonta-ganti kekasih. Alasan Hiro meminta putus juga hanya satu, yaitu tidak cocok.Kemudian, Hiro bersama dengan Jeska. Boleh dikatakan bahwa waktu kebersamaan mereka lebih lama dibanding dengan mantan
Ariel tertegun sejenak. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya aku?”“Kalau kamu mau pulang, aku akan temani kamu untuk pulang.” Jodhiva menyandarkan dagunya di atas kepala Ariel.Ariel memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jodhiva. “Bukannya kamu seharusnya bawa aku ke Negara Shawana?”Jodhiva terdiam beberapa saat. “Kamu mau ke sana?”“Kamu bilang sendiri mau perkenalkan aku ke teman-temanku. Seharusnya nggak keterlaluan kalau aku pergi menemui teman-temanmu?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Apa kamu yakin cuma mau melihat temanku?”Ariel meletakkan kopi di depan meja, lalu melingkari leher Jodhiva. “Kamu kenal semua orang di Pulau Persia, tapi aku nggak kenal siapa pun dari anggota Hunter. Bukannya sudah sewajarnya aku sebagai istrimu mengenal mereka?”Jodhiva tertawa. Dia menyentil hidung Ariel. “Oke, yang penting kamu gembira.”Jodhiva menggendong Ariel, lalu membawanya ke atas ranjang.Waktu baru menunjukkan pukul sebelas siang. Jalanan sangat sepi. Toko-toko juga sudah tidak beroperasi. Han
Apa wanita ini tidak enak badan kalau tidak minum alkohol?Yura tertegun sejenak, lalu berkata dengan perlahan, “Masalah waktu itu hanya kecelakaan saja. Kali ini, aku nggak bakal mabuk lagi.”Usai berbicara, tatapan Yura tertuju pada Bastian. “Sendirian?”“Aku bukan sendirian, tapi berdua. Oh, ya, kamu duduk di atas tubuh temanku.” Bastian berkata dengan asal-asalan.Yura melihat tempat yang diduduknya. “Aku duduk di tubuh temanmu?”Bastian menuang segelas anggur untuknya, lalu tersenyum. Dia kepikiran untuk mengejutkan Yura. “Iya, apa kamu ingin tahu? Tapi lebih baik kamu tidak usah tahu, deh, nanti kamu tidak bisa tidur.”Yura menyesap alkoholnya. “Aku akan semakin penasaran.”Bastian menyadari dirinya tidak berhasil masuk ke dalam jebakan. Dia pun berdecak. “Nyalimu besar juga, ya. Asal kamu tahu, temanku ini baru saja lompat dari atas gedung. Kepalanya hancur dan isinya berserakan di lantai. Temanku sangat kesal karena kamu duduk di atas tubuhnya. Jadi, kamu mesti hati-hati. Bisa
Saat di perjalanan, Ariel mendekati Jodhiva. “Tadi apa yang kamu obrolkan dengan Yogi?”Jodhiva melirik Ariel sekilas, lalu tersenyum. “Tentu saja mengundangnya untuk menghadiri resepsi pernikahan kita.”“Apa dia setuju?”“Emm, tentu saja.”Ariel bersandar di tempat duduknya, lalu spontan tersenyum. “Aku kira kalian akan bertengkar.”Jodhiva menggenggam punggung tangan Ariel, lalu menempelkannya di depan bibir. “Kamu khawatir kami akan bertengkar?”Ariel membalas dengan serius, “Sudah menjelang Hari Raya, nggak bagus kalau bertengkar. Lagi pula, kalau kalian bertengkar dengan dilihatin banyak orang, bukannya kalian akan merasa malu?”Jodhiva tertawa. “Sekarang Ariel semakin bijaksana saja.”Ariel tertegun sejenak, lalu menurunkan tangannya. “Jangan sindir aku. Awas nanti kuberi pelajaran sewaktu di rumah.”Tiba-tiba ponsel Jodhiva berdering. Dia menerima panggilan dari Bastian. “Ada apa?”“Kak Jody, malam Hari Raya kamu tidak berencana untuk main di luar? Aku ada kenalan banyak wanita
Si pencuri menggertakkan giginya, lalu hendak turun tangan terhadap Dessy.Dessy menghindar, lalu melayangkan pukulan kuat hingga membuat pria itu mundur berulang kali. Ketika menyadari dia tidak bisa mengalahkan wanita itu, si pencuri pun membalikkan tubuhnya hendak melarikan diri, tapi punggungnya malah ditendang. Si pencuri pun terjatuh kuat ke lantai. Dompet pun terempas jauh.Dessy menginjak punggungnya, lalu menarik kerah bajunya ke atas, dan berkata dengan dingin, “Besar sekali nyalimu! Kamu malah berani mencuri dompetku. Cari mati, ya?”Tanpa berbasa-basi lagi, Dessy langsung melayangkan pukulan ke wajah pria itu. Akhirnya Devin berhasil mengejar langkah Dessy. Ketika melihat gambaran seorang wanita sedang memberi pelajaran terhadap seorang pria dengan galaknya, Devin pun terpaku di tempat. Kesan indah di hati Devin langsung hancur.Di sisi lain, sebuah mobil berhenti di depan balai seni bela diri. Ariel membawa Jodhiva menuruni mobil, lalu berjalan ke dalam aula. Semua anggot
Akhirnya Jerremy merasakan bagaimana kehidupan pensiun ayahnya.“Sekarang kamu sudah kembali, itu berarti aku sudah dibebaskan.”“Kak.” Jerremy menatap Jodhiva. “Bisa tidak kamu bantu aku untuk beberapa waktu ini?”“Jangan mimpi.” Jodhiva langsung menolak.Jerremy menunduk sembari menggenggam tangan kecil Jennie. “Coba kamu lihat, pamanmu tidak izinkan ayahmu untuk istirahat, bukan ayahmu yang tidak ingin bermain bersamamu ….”Jerremy menatap Jessie yang kebingungan karena tidak mengerti omongannya. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu tersenyum.Keesokan harinya, Jerremy menggendong putrinya ke perusahaan. Gerakan Jerremy mengagetkan semua karyawan perusahaan. Bahkan saat membaca dokumen pun, salah satu tangannya sedang sibuk menggendong putrinya. Kalau Jennie menangis, dia segera menenangkannya dengan memberinya susu.Saat Jennie tidur, dia baru membaringkan Jennie di dalam stroller. Kemudian, dia meletakkan stroller di tempat yang bisa dijangkaunya. Jika ada karyawan yang melaporka
Bastian menyalakan mesin mobil, lalu menginjak pedal gas mobil. Mobil pun melaju pergi.Yura melihat mobil yang semakin menjauh, lalu menurunkan kelopak matanya. Pada akhirnya, pria itu telah membantunya lagi.Di dalam vila, Jeska memeluk Hiro dari belakang. “Aku sudah menyadari kesalahanku. Kak Hiro, kamu jangan marah lagi, ya. Aku akui aku sudah memfitnahnya, tapi aku hanya ingin dia menjauhimu saja ….”Hiro mendorong wanita di belakangnya. Jeska tidak sempat merespons. Pinggangnya menyenggol ujung meja, lalu jatuh duduk di lantai. Dia memegang bagian yang sakit dan wajahnya seketika memucat. “Kak Hiro?”“Jeska, apa kamu kira karena aku memanjakanmu, kamu boleh mempermainkanku?”Kedua mata Jeska berpapasan dengan tatapan sinis Hiro. Dia pun tertegun. “Aku … bukan, Kak Hiro, aku sudah menyadari kesalahanku.”Hiro membungkukkan tubuhnya, lalu mencubit dagu Jeska. “Kelak jangan dekati orang di sekitarku. Kalau sampai ketahuan sama aku, aku pasti tidak akan tinggal diam.” Hiro benar-bena