Yusa mengangguk. “Aku memang tidak pernah bekerja sama dengan Levin sebelumnya, tapi aku pernah bekerja dengan ibunya, Miranda. Berhubung dia adalah putranya Miranda, seharusnya kemampuannya tidak akan terlalu buruk.”Jessie menatapnya. “Terima kasih, Pak Yusa. Nanti aku akan diskusikan masalah ini sama dia.”Setelah acara makan selesai, waktu menunjukkan pukul sebelas siang.Jessie dan Hiro mengantar sutradara dan yang lain ke bawah. Saat semuanya sudah pergi, mereka berdua baru berjalan ke area parkiran bawah tanah. Jessie berdiri di samping Hiro. “Kak Hiro, sepertinya dulu kamu nggak pernah cerita kalau kamu ingin jadi sutradara?”Sudah lama mereka tidak bertemu. Hiro yang sekarang bukan lagi sosok seorang abang yang bersikap lembut. Dia kelihatan lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat Jessie. “Dulu kamu juga tidak pernah bertanya.”Jessie menggaruk pipinya dengan tersenyum canggung. “Sepertinya benar juga. Tapi aku cukup terkejut kamu bisa
Selesai berbicara, Jules menambahkan, “Tenang saja, aku tidak akan melibatkan Jessie dalam masalah ini.”Jerremy menggigit bibirnya. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Apa kamu yakin?”Jules tersenyum, lalu mengangkat kelopak matanya. “Apa Kak Jerry lagi mencemaskanku?”Jerremy mendengus dingin, lalu melipat kedua tangan di depan dada. “Aku bukan mengkhawatirkanmu. Kalau kamu mati, nanti adikku malah jadi janda. Aku tidak ingin adikku yang masih muda itu malah hidup sebatang kara.”Jules mengangkat gelas tehnya dan tidak berbicara.Jerremy pun berdiri. “Kalau kamu butuh anggota, kamu bisa minta sama aku. Tapi, jangan sampai ada yang mati.”Ketika mendengar ucapan itu, Jules pun tersenyum tipis, mulai menyesap tehnya.Jessie ingin mencari Levin untuk membahas masalah tawaran tokoh “Firdaus”. Baru saja memasuki studio, dia menyadari Dacia sedang memindahkan kardus. Jessie langsung berlari pergi mengangkatnya. “Dacia, bukannya kamu lagi cuti? Kenapa kamu tiba-tiba ke perusahaan? N
Dacia mengusap kepala Clara. “Pembantu di rumah nggak bakal melukai kamu. Kamu juga nggak usah takut lagi. Kamu mesti lebih pemberani, oke?”Clara tidak berbicara.“Tuan Muda.” Tiba-tiba pembantu melangkah ke samping, lalu memberi hormat kepada Jerremy.Jerremy menyerahkan jas ke tangan pembantu. Pembantu mengambilnya, lalu meninggalkan tempat. Dia melepaskan kancing di ujung lengan kemeja, lalu berjalan mendekat. “Ada apa?”Entah apa yang dikatakan Dacia terhadap Clara. Clara melihat Jerremy sekilas, baru naik ke lantai atas.Dacia berdiri, lalu membalikkan kepalanya melihat ke sisi Jerremy. “Sepertinya Clara masih trauma. Dia nggak mau ikut orang yang nggak dia kenal.”Jerremy melirik ke sisi tangga. “Kita bisa carikan psikiater buat dia.”Usai berbicara, Jerremy menatap tubuh Dacia. “Sekarang kamu lagi hamil. Kamu malah mesti jagain dia. Sekarang, selain kamu, dia juga tidak bersedia untuk dijaga oleh pembantu. Kalau dia tidak berobat sejak dini, aku takut akan berpengaruh pada kehi
Levin dan Jessie berjalan ke dalam karavan. Sepertinya Levin menyadari Jessie datang sendirian, dia pun bertanya, “Kenapa aku tidak melihat Dacia?”Memang sudah lama Levin tidak bertemu dengan Dacia, sepertinya sejak Jerremy memublikasikan hubungan mereka. Sekarang Dacia sudah menjadi pasangan Jerremy. Seharusnya dia tidak perlu bekerja sebagai asisten Jessie lagi ….Jessie sedang mengeluarkan naskah dari dalam tasnya. Tiba-tiba gerakannya berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Dacia sedang hamil. Tentu saja aku nggak boleh sering-sering repotin dia lagi.”Levin merasa syok. “Apa?”Dacia telah hamil ….Jessie dapat merasakan kekecewaan dalam raut Levin. Jessie juga merasa tidak tega. Jangan-jangan sudah selama ini, Levin masih belum melepaskan Dacia?Jessie menarik napas dalam-dalam, lalu segera mengalihkan topik pembicaraan. “Apa kamu tahu masalah drama baru Pak Yusa? Aku bantu kamu untuk mendapatkan sebuah peran.”Levin merasa syok. “Apa?”“Bukannya ayahmu menghentikan kartu kred
Selama ini Levin hanya berpikir untuk melewati hari demi hari. Keluarga Winata hanya memiliki satu putra saja. Kalau bisnis ayahnya tidak diserahkan ke tangannya, ke siapa lagi bisnis keluarganya akan diserahkan?Hanya saja, ucapan Jessie bagai sebatang jarum yang menancap hati Levin. Benar apa kata Jessie. Ayahnya selalu memaksa Levin untuk melakukan semua hal yang tidak disukainya. Salah satunya adalah masuk ke dunia hiburan.Semua yang ingin Levin lakukan malah selalu ditentang ayahnya. Dia tidak bisa melakukan pilihan juga karena dia hidup dengan dibiayai ayahnya.Jessie menyadari Levin sedang merasa ragu. Dia pun berjalan maju untuk mengeluarkan jurus jitu. “Jangan-jangan kamu nggak ingin memerani tokoh hasil karya Dacia?”Wajah Levin seketika merona. Dia merasa kaget hingga melangkah mundur. “Apa yang lagi kamu katakan?”Jessie tidak menyangka wajah Levin malah akan merona. Dia langsung tertawa. “Aku nggak lagi sembarangan bicara, kok. Aku tahu kamu suka sama Dacia. Sekarang Daci
Jessie menghela napas lega. Baguslah jika Jules tidak percaya.Tiba-tiba Jules merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukan. Telapak tangan dingin mengusap pipi Jessie. “Tapi, apa kamu tidak berencana untuk menjelaskan masalah ini?”Jessie merasa canggung. Padahal tadi Jules mengatakan dia tidak percaya dengan berita itu, ternyata dia sedang marah!“Aku dan Kak Hiro hanya teman biasa saja.”“Kak Hiro ….” Jules menatap wajah Jessie lekat-lekat. Dia mengangkat dagunya. “Aku kira kamu hanya akan memanggilku seperti itu.”Padahal tidak terlihat ekspresi gusar di wajah Jules, Jessie tetap saja merasa takut. Dia menggenggam tangan Jules, lalu menjelaskan, “Beda, aku panggil dia ‘Kakak’ juga karena dia lebih besar daripada aku. Aku hanya menganggapnya sebagai kakakku saja.”Jules mendekati Jessie. “Sejak kapan kalian kenalnya?”Jessie memalingkan kepalanya. “Waktu itu, kamu saja sudah kembali ke Negara Hyugana. Apa aku nggak boleh kenalan sama orang lain?”Kepikiran dengan h
Jessie sudah kenyang. Dia meletakkan mangkuk supnya. “Kak Jules, apa kamu peduli dengan komentar di internet?”Jules mengangkat kepalanya. Beberapa saat kemudian, dia mengusap pipi Jessie, lalu membalas, “Aku tidak peduli. Lagi pula, sekarang orang yang berada di sisimu itu aku.”Semua tebakan itu juga hanyalah khayalan mereka saja. Namun, Jessie malah kelihatan kecewa. Sebenarnya dia berharap untuk memublikasikan hubungannya dengan Jules. Dia juga tidak takut dengan Tom. Setidaknya mereka bisa menghadapi suka dan duka bersama. Jessie tidak ingin Jules sendirian mengadang semua mara bahaya yang datang menerpa mereka.Sepertinya Jules dapat merasakan perubahan emosi Jessie. Dia mendekati Jessie, lalu mengusap kepalanya. “Kelak kita akan punya kesempatan untuk memublikasikan hubungan kita. Pada saat itu, semua orang di dunia ini juga akan tahu akulah pria di belakang artis terkenal yang bernama Jessie.”Jessie menatap mata Jules. “Kalau dipublikasikan, kamu malah mesti menghadapi Tom, ‘
Setelah Jules meninggalkan ibu kota, Jessie pun kembali tinggal bersama orang tuanya. Selama Jules pergi, Vila Amara kosong melompong. Jessie yang tinggal sendirian itu merasa kesepian dan … selalu mencemaskan keselamatan Jules.Dacia dapat merasakan Jessie sedang tidak fokus. Dia duduk di samping Jessie, kemudian menenangkannya, “Jules nggak bakal izinin dirinya kenapa-napa. Dia sangat pintar. Semuanya pasti di bawah kendalinya.”Jessie menyesap kopi, lalu bergumam, “Dia kira dia itu Superman, ya.”Dacia tersenyum. “Dia akan berhasil melakukan apa pun yang ingin dia lakukan. Semuanya sudah terbukti selama beberapa tahun ini, ‘kan?”Jessie menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Pada saat ini, Dacia menerima sebuah panggilan. Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, raut wajahnya berubah dan dia langsung berdiri di tempat. “Apa? Clara hilang?”Jessie dan Dacia bergegas menuju Vila Kandara. Para pembantu sudah mencari berkali-kali di setiap sudut ruangan dan juga halaman, teta