Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia terpaksa pergi mencuci tangannya.Saat Jessie pergi cuci tangan, Jules pun sudah mengambilkan nasi untuknya.Jessie mencicipi daging asam manis masakan Jules. Dagingnya langsung lumer di dalam mulut. Tekstur dagingnya sangat bagus. Rasanya juga sangat meresap. Sepertinya inilah yang disebut sebagai makanan lezat, ‘kan?Jules menatap Jessie. “Gimana rasanya?”Jessie mengunyah sembari mengangguk. “Emm, enak.”Jules mengangkat tangannya untuk mencubit pipi Jessie. Dia sangat memanjakannya. “Kalau begitu, kamu makan yang banyak. Semua ini aku masak untukmu.”Jessie merasa kaget. “Kamu masak untukku?”Lagi-lagi Jules menunjukkan senyumannya. “Tentu saja demi merayakan kamu mendapatkan tokoh yang seharusnya menjadi milikmu.”Jessie menggigit garpunya. “Kamu malah mengikuti masalah ini?”Jules mengambilkan lauk untuknya. “Aku akan mengikuti semua masalah yang berkaitan denganmu.”Bulu mata Jessie gemetar. Hatinya terasa hangat saat ini. Dia selalu merasa be
Lidya tidak berdiri dengan tegak, langsung jatuh duduk di lantai. Sekujur tubuhnya spontan merinding.…Setelah Jerremy mendapat kabar Lidya tidak berhasil dideportasi, dia pun langsung mengutus anak buahnya untuk mencari jejak Lidya. Sekarang Lidya juga telah masuk ke dalam daftar nama buronan.Saat Dacia bersama Clara melewati ruang baca, kebetulan dia kedengaran percakapan Jerremy dengan Edwin.Ketika mendengar kabar itu, Dacia spontan menggenggam tangan Clara dengan semakin erat lagi.Clara mengangkat kepalanya untuk menatap Dacia, lalu berbisik, “Tante, tanganku sakit.”Dacia tersadar dari bengongnya, langsung meringankan genggamannya. Dia membungkuk untuk mengusap tangan si kecil. “Maaf, apa masih sakit?”Clara menggeleng. “Nggak sakit lagi.”Tiba-tiba Edwin membuka pintu. Mereka berdua sama-sama merasa kaget. Dia spontan merespons. “Nona Dacia?”Jerremy juga mengangkat kepalanya melihat ke depan pintu.Tatapan Dacia dan Jerremy saling bertemu. Dia menunduk, lalu berkata pada Cla
Jessie memegang tusuk sate di tangannya. Dia berjalan beberapa langkah, lalu menurunkan masker untuk mencicipinya. Dia sungguh mirip dengan seekor kucing yang sedang curi makan saja. Dia takut dipergoki oleh orang-orang, tapi dia juga rakus ingin mencicipi jajanan di sini.Jules memiringkan kepala untuk melihatnya. Dia pun tertawa. “Sepertinya hari ini aku tidak mengenyangkanmu. Begitu keluar, kamu malah jadi rakus.”Jessie hampir saja tersedak. Apa maksudnya “mengenyangkan”? Kenapa kedengarannya aneh?Jessie menutup mulutnya sembari berbisik, “Namanya sudah lama aku nggak makan sate.” Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu menyerahkan satu tusuk sate kepada Jules. “Kamu mau nggak?”Tiba-tiba Jules membungkukkan tubuhnya, lalu menggigit bagian yang digigit Jessie tadi.Jessie terbengong sejenak. Dia spontan merespons. “Kenapa kamu ….”Saat menyadari ada yang melihatnya, Jessie segera mengangkat maskernya, lalu mengomel dengan suara kecil, “Kamu lagi ngapain? Nanti malah dipergoki orang.
Jules membaringkan Jessie ke atas ranjang. Saat dia hendak menegakkan tubuhnya, tiba-tiba Jessie malah menariknya hingga terjatuh. Jules segera menopang ranjang dengan lengannya, lalu menatap wanita berwajah lugu di bawahnya. Jakun Jules bergerak. Keningnya tampak berkerut. “Kamu bandel lagi?”Jessie mengusap bibir Jules. “Aku juga bukan anak kecil. Kenapa aku mesti selalu dengar apa katamu?”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan nakal Jessie. “Kalau kamu begini lagi, aku akan ….”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Apa yang akan kamu lakukan?”Jessie sangatlah cantik dan juga menggoda. Jika dia menggunakan ekspresi lugunya ini untuk menipu pria, sepertinya delapan dari sepuluh pria pasti akan jatuh ke tangannya.Tanpa perlu menggoda atau bersandiwara, hanya dengan senyumannya saja, hati para pria pasti akan terasa luluh.Jules tidak berbicara. Tatapannya tertuju pada wajah Jessie.Jessie sedang memikirkan trik yang biasanya sering dipakai di dalam sinetron
Jessie membuka pintu ruangan VIP. Di belakang layar, terlihat ada lima orang sedang duduk di dalam sana. Saat Jessie berjalan ke dalam, Yusa duluan melihat Jessie. Dia segera memanggil Jessie ke sisinya. “Jessie, akhirnya kamu datang juga. Ayo, aku perkenalkan kepadamu. Dia adalah sponsor baru dari drama baru kita.”Tatapan Jessie tertuju pada pria yang duduk membelakanginya. Saat Yusa selesai melontarkan ucapannya, si pria menoleh dengan perlahan, lalu berpapasan dengan tatapannya.Jessie spontan tertegun di tempat. Dia sungguh tidak percaya dengan matanya. “Kamu ….”Ujung bibir si pria melengkung ke atas. Seiring bertambahnya usia, si pria kelihatan lebih maskulin. “Jessie, sudah lama tidak berjumpa.”Editor dan produser juga terbengong. Kali ini, Yusa pun tersenyum. “Kalian saling kenal?”Hiro menatap ke sisi Yusa. “Kami sudah kenal sejak lama.”Sepertinya Yusa mengerti. Dia pun tertawa terbahak-bahak. “Ternyata begitu. Kalau kalian itu saling kenal, hari ini kita juga jangan sungka
Sekarang peran “Monela” sudah pasti akan diperani oleh Jessie. Sementara itu, Sutradara Yusa masih sedang mencari aktor yang cocok untuk memerani tokoh “Firdaus” dan “Norman”.Saat editor menanyakan pendapat Jessie, Jessie pun terbengong. “Apa kalian ingin dengar pendapatku?”Yusa melambaikan tangannya. “Kamu bisa ungkapkan pendapatmu, Jessie. Kamu juga pernah membaca naskah asli sebelumnya. Siapa menurutmu artis yang cocok dengan peran itu, kamu bisa merekomendasikannya.”Jessie menatap ke sisi Hiro. Hiro pun mengangguk dengan tersenyum.Jessie memegang dagunya sambil berpikir. Dalam novel asli Dacia, ceritanya memang condong ke genre romansa antara pria. Namun, setelah hak ciptanya diambil alih oleh orang lain, ceritanya dirombak, kemudian beberapa adegan antar pria yang berskala besar diubah menjadi hubungan persahabatan biasa.Firdaus adalah seorang reporter yang dulunya berasal dari keluarga terpandang. Lantaran tragedi yang menimpa orang tuanya di masa lalu, dia mulai terobsesi d
Yusa mengangguk. “Aku memang tidak pernah bekerja sama dengan Levin sebelumnya, tapi aku pernah bekerja dengan ibunya, Miranda. Berhubung dia adalah putranya Miranda, seharusnya kemampuannya tidak akan terlalu buruk.”Jessie menatapnya. “Terima kasih, Pak Yusa. Nanti aku akan diskusikan masalah ini sama dia.”Setelah acara makan selesai, waktu menunjukkan pukul sebelas siang.Jessie dan Hiro mengantar sutradara dan yang lain ke bawah. Saat semuanya sudah pergi, mereka berdua baru berjalan ke area parkiran bawah tanah. Jessie berdiri di samping Hiro. “Kak Hiro, sepertinya dulu kamu nggak pernah cerita kalau kamu ingin jadi sutradara?”Sudah lama mereka tidak bertemu. Hiro yang sekarang bukan lagi sosok seorang abang yang bersikap lembut. Dia kelihatan lebih dewasa daripada sebelumnya. Dia memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat Jessie. “Dulu kamu juga tidak pernah bertanya.”Jessie menggaruk pipinya dengan tersenyum canggung. “Sepertinya benar juga. Tapi aku cukup terkejut kamu bisa
Selesai berbicara, Jules menambahkan, “Tenang saja, aku tidak akan melibatkan Jessie dalam masalah ini.”Jerremy menggigit bibirnya. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Apa kamu yakin?”Jules tersenyum, lalu mengangkat kelopak matanya. “Apa Kak Jerry lagi mencemaskanku?”Jerremy mendengus dingin, lalu melipat kedua tangan di depan dada. “Aku bukan mengkhawatirkanmu. Kalau kamu mati, nanti adikku malah jadi janda. Aku tidak ingin adikku yang masih muda itu malah hidup sebatang kara.”Jules mengangkat gelas tehnya dan tidak berbicara.Jerremy pun berdiri. “Kalau kamu butuh anggota, kamu bisa minta sama aku. Tapi, jangan sampai ada yang mati.”Ketika mendengar ucapan itu, Jules pun tersenyum tipis, mulai menyesap tehnya.Jessie ingin mencari Levin untuk membahas masalah tawaran tokoh “Firdaus”. Baru saja memasuki studio, dia menyadari Dacia sedang memindahkan kardus. Jessie langsung berlari pergi mengangkatnya. “Dacia, bukannya kamu lagi cuti? Kenapa kamu tiba-tiba ke perusahaan? N