Jules tertegun sejenak. Keningnya spontan berkerut. “Dia lagi minum obat?”Jessie menunduk. “Seharusnya Kak Jerry dan Dacia masih belum ingin punya anak, makanya Dacia minum obat itu.”Jules menatapnya. Dasar bodoh! Ternyata Jessie masih cukup lugu dalam hal itu. Jika bukan karena kondisi sekarang tidak memungkinkan, sepertinya dia akan menjelaskan lebih detail kepada Jessie.Jadi, Jules hanya menepis hidungnya. “Dasar bodoh, minum obat sangat tidak bagus bagi kesehatan. Obat itu juga akan berdampak terhadap kandungan wanita. Kalau kakakmu peduli dengan Dacia, dia pasti tidak akan mengizinkan Dacia minum obat.”Jessie terbengong sejenak. “Jangan-jangan … Kak Jerry nggak tahu Dacia lagi minum obat?”Jules mengangguk. “Seharusnya begitu.”Pada larut malam, Jules sedang berdiri di depan jendela sembari memandang halaman gelap dan hening di luar sana. Tatapannya seketika beralih ke pesan masuk di layar ponselnya.[ Maaf, Tuan Jules. Sampai saat ini, kami masih belum menemukan jasad Tom. ]
Jessie malah tertawa. Dia langsung memperlihatkan hasil rekamannya ke hadapan Jessie. “Entah bagaimana reaksi Kak Raffa setelah melihat rekaman ini?”Raut wajah Kerin langsung berubah. Dia melangkah maju hendak merampas ponsel. Namun, Jessie malah melangkah mundur, lalu menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya.Kerin yang tidak berhasil mengambilnya, langsung menjerit, “Jessie, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku sudah minta ampun sama kamu. Kenapa kamu malah nggak bersedia untuk lepasin aku?”Jessie menyimpan ponselnya, lalu menatapnya. “Apa kamu memelas dengan tulus? Kamu hanya merasa nggak berdaya karena dipergoki, makanya kamu memelas sama aku, ‘kan?”Kedua mata Kerin merona. “Apa bedanya? Jessie, aku sudah dibekukan. Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”“Iya, padahal kamu sudah dibekukan, kamu malah masih nggak jera.” Jessie tersenyum. “Jadi, kenapa aku mesti memenuhi kemauanmu?”Jessie berjalan ke depan meja kerja, lalu menghubungi resepsionis. Wajah Kerin semakin puc
Dacia mendorongnya, lalu berkata dengan ketus, “Aku juga nggak berharap dibikinin sarapan sama kamu.”Jerremy menatap Dacia berjalan pergi. Tatapannya kemudian tertuju pada laci itu.Saat Dacia turun ke lantai bawah, dia menyadari sarapan sudah dihidangkan di atas meja. Jujur saja, dia sungguh merasa kaget. Dia tidak menyangka Jerremy akan mempersiapkan sarapan untuknya. Dia lebih tidak menyangka Jerremy akan turun tangan sendiri untuk memasak semua ini.Sepertinya selain mulutnya, tidak ada lagi kekurangan dari diri Jerremy.Jerremy menuruni tangga dengan perlahan sembari menatap wanita yang sedang menyantap sarapan. Raut wajahnya kelihatan agak rumit.Ternyata Dacia mengonsumsi obat bukan karena sedang sakit, melainkan karena tidak ingin mengandung. Jerremy memang masih tidak kepikiran soal anak, tetapi jika dia memiliki anak, dia juga bisa menerimanya. Kenapa Dacia menolak untuk mengandung?Dacia menyadari Jerremy berdiri di tempat dengan ekspresi wajah aneh. Dia tertegun sejenak, l
Syuting program acara TV dimulai. Jessie duduk di atas pentas menjawab pertanyaan yang diberikan pembawa acara. Dia menjawab dengan sangat lancar.Sesuai dugaan, pembawa acara akan menanyakan masalah pasangan Jessie. Jessie pun membalas dengan tersenyum, “Aku dan dia sudah kenal sejak kecil.”Pembawa acara terkejut. “Kalian teman dari kecil?”Jessie menjawab, “Iya, tapi kamu sempat berpisah dalam waktu yang sangat panjang.”Pembawa acara kembali bertanya, “Apa kalian bisa menikah karena diatur oleh keluarga atau memang karena perasaan?”Jessie pun tersenyum. “Kami bukan pernikahan bisnis. Semua murni karena kami punya perasaan.”“Kalau kalian sudah mendaftarkan pernikahan kalian, kenapa kamu masih tidak memilih untuk memublikasikannya? Apa kalian khawatir akan berdampak terhadap privasi kalian?” tanya pembawa acara.Jessie bercanda. “Karena suamiku terlalu unggul. Aku nggak berharap identitasnya terekspos. Gimana kalau sainganku bertambah? Aku tetap berharap semuanya jangan memperhatik
Edwin mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja, setelah menjawab, dia merasa ada yang aneh dengan raut wajah Jerremy. Dia pun bertanya, “Tuan, jangan-jangan cowok yang kamu maksud kamu sendiri ….”“Orang lain,” sela Jerremy.Edwin mengiakan. “Kalau begitu, aku keluar dulu.” Tanpa menunggu balasan dari Jerremy, Edwin yang sadar diri itu langsung meninggalkan ruangan.Jerremy bersandar di bangku sembari merenung.Apa Dacia juga berpikir seperti ini? Apa dia takut Jerremy tidak akan mengakui anak mereka? Itulah sebabnya Dacia minum pil KB?Sepertinya memang tidak seharusnya Jerremy menyalahkan Dacia. Semua itu memang adalah masalah Jerremy.Jerremy tidak menggunakan alat kontrasepsi, tidak mempertimbangkan masa depan Dacia. Seharusnya Dacia merasa Jerremy adalah pria tidak bertanggung jawab?Saat Edwin kembali ke ruangannya, dia menyadari ada yang sedang menunggunya.Edwin tertegun sejenak. “Nona Yunita?”Yunita berdiri dengan perlahan. “Edwin.”Edwin berjalan ke depan meja, lalu dudu
Jules juga sudah pulang. Begitu menginjakkan kaki ke dalam rumah, dia dapat mencium bau gosong.Kening Jules berkerut. Dia segera berlari ke dalam dapur.Asap putih mengepul di dalam dapur. Baunya sungguh menyengat hidung. Mesin pengisap asap dapur juga tidak dinyalakan. Jessie tak berhenti terbatuk di dalam kepulan asap.Raut wajah Jules berubah serius. Dia segera menarik Jessie berjalan keluar dapur, lalu membuka mesin pengisap asap, kemudian bergegas menutup kompor.Jessie berdiri di tempat dengan tidak berdaya. Wajahnya kelihatan sangat berminyak saat ini.Jules berdiri di dalam dapur untuk membersihkan kompor. Dia tidak berbicara sama sekali. Semakin Jules tidak berbicara, Jessie pun semakin ketakutan.Pada akhirnya, Jessie menunduk dan berkata, “Maaf, aku hanya ingin masak makan malam buat kamu.”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Jessie. “Aku sudah pernah bilang sebelumnya. Kamu tidak usah bikin makan malam.”Jessie mengangkat kepa
Jules duduk di depan laptop dengan menyilangkan kedua kakinya. Dia mengetuk jari tangannya di atas meja.Pada saat ini, Derrick mengirim pesan. [ Tuan, dari informasi tepercaya, katanya Tom masih hidup. ]Kening Jules seketika berkerut ketika membaca pesan itu. Jules memang sudah menduga masalah Tom masih hidup. Hanya saja, setelah masalah itu dipastikan, dia pun merasa agak tegang.Tom adalah lawan yang sangat tangguh bagi Jules. Dia bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Charles. Dengan tidak gampangnya, Jules menjebloskan Tom ke penjara. Baru saja ditahan selama setengah tahun, dia malah berhasil melarikan diri.Pihak kepolisian juga telah melakukan pencarian bersama anjing pelacak. Dia menyadari ada seragam tahanan Tom di bawah jurang. Pakaian itu dinodai dengan darah dan juga rusak parah. Hanya saja, masih tidak ditemukan jasad sama sekali. Hingga saat ini, hidup matinya Tom masih tidak bisa dipastikan. Berhubung Tom sudah memutuskan untuk melarikan diri, dia pasti tidak mungkin
Terlintas ekspresi kecewa di wajah Jessie. Hanya saja, ketika kepikiran ucapan Dacia, dia pun menggigit bibir bawahnya, lalu memberanikan dirinya. “Kak Jules, apa aku boleh tanya satu pertanyaan?”Jules mengiakan. Dia sungguh tidak tahu bagaimana menghadapi Jessie.Jessie menatapnya dengan sangat serius. “Apa kamu nggak sanggup?”Tiba-tiba suasana di dalam kamar menjadi hening dan tertekan.Jules memalingkan kepala untuk menatapnya. Tatapannya kelihatan kalut. “Apa?”Jessie mengalihkan pandangannya. Wajahnya kelihatan merona. “Aku sudah mengetesmu, tapi kamu tetap nggak tergoda. Apa kamu ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, Jules langsung menindihnya, lalu mengusap bibir Jessie. “Jadi, kamu merasa ada masalah dengan diriku?”Jessie merasa gugup tidak berani bertatapan dengan Jules.Jules mengangkat dagu Jessie. Tatapannya sedikit muram. “Jessie, jangan sembarangan meragukan kemampuan seorang cowok. Kalau tidak, kamu akan menyesal nantinya.”“Kenapa bisa menyesal?” Tatapan
Dacia berdeham. “Naskahku lolos.”“Oh, ya?” Senyuman di wajah Jerremy semakin lebar lagi. “Kalau begitu, aku ucapkan selamat kepada istriku. Kelak kamu akan menjadi penulis hebat. Bisa jadi kamu akan menjadi sutradara juga.”Dacia tertawa. “Gimana kalau kita makan di luar? Aku traktir.”Ketika mendengar ucapan itu, Jerremy langsung duduk di atas ranjang. “Serius?”“Terserah kamu mau ikut atau nggak. Aku tutup dulu.”Dacia benar-benar memutuskan panggilan.Jerremy terdiam membisu.Temperamen Dacia semakin besar saja. Hanya saja, senyuman di wajah Jerremy semakin lebar saja. Dia segera mengesampingkan selimut, lalu berjalan ke dalam kamar mandi.Saat Jerremy pergi ke restoran dengan antusias tinggi, dia menyadari ada dua “pengganggu” di sana. Ekspresinya seketika berubah.Carly menyadari kedatangan Jerremy. “Suamimu datang.”Dacia berkata dengan tersenyum, “Aku yang panggil dia kemari.”Ini pertama kalinya Nordin bertemu dengan Jerremy. Dia membatin, ‘Cukup berwibawa juga.’Jerremy merap
Setelah membaca sekitar setengah jam, Lance bertanya kepada asisten di sampingnya, “Bagaimana menurutmu?”Asisten tersadar dari bengongnya. “Hah?”“Aku tanya pendapatmu. Bagaimana menurutmu?”Tentu saja asisten tidak menyangka Lance akan menanyakan pendapatnya. Dia terbengong sejenak, lalu terpaksa menjawab, “Aku merasa cukup bagus.”Dacia menggigit bibirnya. Hatinya terasa semakin gugup lagi.Pada saat ini, tiba-tiba Lance berkata, “Lumayan bagus. Pembentukan karakter, termasuk alur ceritanya, sangat mendalam. Setiap tokoh kelihatannya saling terkait, tapi pada saat yang sama juga kelihatan tidak memiliki hubungan apa pun. Isinya cukup seru.”Dacia sungguh merasa kaget. “Jadi nggak ada masalah?”“Ada!” Lance langsung menutup naskahnya. Ekspresinya kelihatan sangat serius. Jawabannya membuat Dacia kembali merasa gugup.Hanya saja, Lance hanya mengatakan, “Tersembunyi sisi gelap sifat manusia di balik sebuah kejahatan. Meskipun sisi gelap itu tampak sepele, hal itu sangat nyata dalam ke
Beberapa saat kemudian, Dacia membuka pintu dengan mengeluarkan kepalanya. “Tolong bawa kemari.”Jerremy menyipitkan matanya. “Ngomongnya yang lembut.”Dacia menarik napas dalam-dalam sembari tersenyum. “Suamiku, tolong bawain pakaianku ke sini, ya?”“Begini, dong.” Jerremy membalikkan tubuhnya pergi mengambil pakaian ganti Dacia, termasuk pakaian dalamnya. Dacia segera merampasnya dari tangan Jerremy. Kemudian, pintu dibanting kuat. Seandainya Jerremy berjalan maju selangkah lagi, sepertinya hidungnya akan patah karena terhantam pintu.Jerremy berdecak. Padahal Jerremy sudah melayaninya, temperamennya masih saja sebesar ini. Jangan sampai putri mereka meniru sikapnya.Setelah selesai mandi, Dacia berjalan keluar kamar mandi. Dia menyadari Jerremy sedang duduk di atas ranjang sembari membaca naskah di dalam tasnya. Dia segera mengulurkan tangan hendak merampasnya, tetapi Jerremy langsung menghindar. Dacia yang kehilangan keseimbangannya langsung jatuh ke dalam pelukan Jerremy.Kening J
Anwar membalas dengan tersenyum, “Tuan Lance, kamu sudah salah paham. Aku hanya bercanda sama dia.”“Dia itu murid unggulan yang paling disukai Pak Diago. Kalau kamu berani sentuh dia, nanti kamu akan kesulitan untuk menjelaskan.”Raut wajah Anwar langsung berubah. Dia pun segera berjalan pergi.Saat Dacia meletakkan asbak kembali ke atas meja, dia sekalian bertanya, “Dia takut sama Pak Diago?”Lance duduk di sofa, lalu menyesap anggur dengan perlahan. “Kamu kira Pak Diago itu hanya seorang profesor saja? Akademi perfilman nasional didirikan oleh adiknya. Ayahnya juga adalah mantan menteri urusan luar negeri. Selain orang tua itu, keluarganya selama beberapa generasi juga menjadi anggota kabinet.”Dacia sungguh terkejut. Dia tidak menyangka latar belakang keluarga Profesor Diago begitu luar biasa. Dia sungguh rendah hati.“Terima kasih. Kalau nggak, sepertinya asbak rokok ini sudah hancur.” Dacia bercanda.“Emm, akan merepotkan kalau ada kasus pembunuhan di acara.” Lance menurunkan gel
Di sisi lain, Nordin membawa sedikit camilan dan minuman kepada mereka. Carly mengambilnya, lalu mendekati Dacia. “Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan tatapan ibunya Nordin ketika melihatmu tadi?”Tatapan itu adalah tatapan tidak suka. Hanya saja, Carly tidak memberi tahu Dacia secara langsung. Dia tidak ingin Dacia berpikir kebanyakan.Dacia tersenyum. Sebenarnya dia mengerti. “Mungkin karena dia kenal dengan ibuku. Dulu ibuku bergaul dengan lingkungan pertemanannya.”Seandainya Ginnie mengenali Dacia, Ginnie pasti tidak menyukainya.Carly menghibur Dacia, “Apa pun yang ibumu lakukan, semuanya nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan.”“Terima kasih.”“Kenapa kamu sungkan banget, sih? Kita itu teman.”Saat mereka sedang mengobrol, Nordin mendekati mereka. Dia bertanya apakah mereka ingin pergi berdansa. Dacia menarik Carly. “Kamu pergi sana. Aku nggak mau dansa.”Carly menatapnya. “Tapi, aku juga nggak mungkin tinggalin kamu seorang diri.”Dacia tersenyu
Lance tertawa lantang. “Aku menyadari kamu cukup berbakat. Pantas saja Diago mengutusmu untuk mencariku.”“Paman.” Nordin berjalan keluar ruangan. Kebetulan dia melihat Dacia dan Carly sedang bersama pamannya. Lance langsung menjewer telinga Nordin. Nordin menjerit kesakitan, “Paman, yang pelan, telingaku sakit.”“Dasar bocah! Daripada diberi usulan dari kamu, lebih baik kamu biarkan dia berpikir sendiri saja.”Setelah Lance melepaskan tangannya, Nordin mengusap telinganya sembari tersenyum. “Bukannya aku belajar darimu?”Usai berbicara, Nordin melanjutkan omongannya, “Aku sudah baca naskah Dacia. Isinya memang bagus. Gimana kalau kamu baca sendiri?”Ketika Dacia melihat Nordin begitu buru-buru mempromosikan naskahnya, dia pun tersenyum tidak berdaya. “Sepertinya hari ini sikonnya nggak cocok. Kalian lagi ada acara, ‘kan?”“Emm ….” Lance merokok, lalu berjalan memasuki aula. Dia hanya meninggalkan kalimat singkat saja. “Nanti perlihatkan kepadaku. Aku mesti puas dengan isinya.”Nordin
Ginnie merasa tidak berdaya. Dia tahu putranya memiliki hobi yang sama dengan pamannya, sama-sama menyukai sesuatu yang berbau detektif. Namun, kelak dia mesti meneruskan bisnis keluarga, tidak mungkin mengikuti langkah pamannya.“Aku tidak peduli dengan hobimu. Tapi malam ini kedatangan teman-teman ayahmu. Kamu mesti beri muka kepada ayahmu. Kamu mesti banyak belajar dari para senior. Setelah kamu tamat kuliah nanti, kamu mesti ambil alih perusahaan keluarga.”Nordin melambaikan tangannya tanda dirinya merasa tidak sabar. “Iya, aku tahu.”Ginnie menghela napas, lalu berjalan ke sisi suaminya. Kepala Keluarga Nars, Ritchie Nars, menyadari kerutan di wajah Ginnie, dia pun meletakkan gelas anggur, lalu bertanya, “Ada apa?”“Nordin hampir kena pengaruh adikmu. Aku khawatir dia akan mengikuti langkah adikmu untuk menjadi sutradara.”Ritchie tertawa. “Memangnya ada yang salah untuk menjadi sutradara. Coba kamu lihat Lance, bukannya dia cukup sukses di dunia perfilman?”“Keluarga kalian puny
Jules menutup mulutnya. “Cukup.”Jika dilanjutkan lagi, rumah ini benar-benar menjadi kebun binatang.Jules sungguh tidak berdaya. “Nanti kamu masih harus membesarkan anak. Jadi, bagaimana denganku? Apa kamu berencana untuk mengabaikanku?”Jessie melingkari leher Jules sembari tersenyum padanya. “Mana mungkin aku akan mengabaikan Kak Jules-ku?”Jules menyentil pelan hidung si wanita, lalu menggendongnya. “Aku juga tidak tahu apa yang sudah kamu rencanakan?”Jessie tertawa. “Belakangan ini anak kita selalu tendang aku.”“Kalau begitu, setelah dia keluar nanti, aku pukul bokongnya?”“Bagaimana kalau anak kita itu anak perempuan yang kamu suka, apa kamu nggak akan manjain aku lagi?”Jules langsung membawa Jessie ke kamar, lalu menurunkannya di atas ranjang. “Kalau dua-duanya anak laki-laki, kami bertiga akan memanjakanmu. Kalau dua-duanya anak perempuan, aku akan memanjakan kalian bertiga.”Terlukis senyuman di wajah Jessie.Di sisi lain, di akademi perfilman.Dacia menyerahkan naskah yan
“Meskipun dia adalah anggota keluarga kerajaan, dia juga mesti dihukum kalau dia melakukan hal yang melanggar hukum. Kalau dia mengidap penyakit mental, seharusnya kalian mengutus lebih banyak orang lagi untuk mengawasinya. Jangan sampai dia bunuh diri di dalam sel. Nantinya reputasimu malah akan menjadi buruk.”Kepala penjara menunduk. “Benar apa kata Yang Mulia.”Silvia memasuki mobil. Mobil kerajaan melaju kencang.Satu minggu kemudian, Jules menyuruh pelayan untuk membersihkan Vila Laguna. Berhubung vila ini didirikan pada era 60-an, interior di dalam vila ini tergolong kuno.Kimin mengikuti Jules berjalan menuruni tangga. “Tuan Muda, aku sudah unggah lowongan pekerjaan itu. Sekarang sudah ada sepuluh orang yang melamar. Apa kamu ingin menyortirnya?”Jules duduk di sofa. “Coba aku lihat.”Kimin mengeluarkan tablet yang diambilnya. Di atasnya terdapat CV dari semua pelamar pekerja.Jules membaca CV dan keningnya seketika berkerut. “Semuanya anak muda?”Kimin sungguh tidak berdaya. “