Baru saja Dacia hendak mengatakan sesuatu, ponselnya malah berdering.Dacia mengeluarkan ponselnya, lalu tampak nama “Jerremy” di atas layar.Jessie mengintip, kemudian berkata dengan tersenyum, “Panjang umur juga Kak Jerry.”Dacia berjalan keluar untuk mengangkat telepon. Jessie tahu seharusnya Dacia merasa malu untuk berbicara di hadapannya. Dia juga tidak mengganggu Dacia. Saat membalikkan tubuhnya, dia tidak sengaja menjatuhkan tas di atas meja.Jessie memungut tas dari lantai. Ketika Jessie tidak sengaja menemukan sekotak pil KB, dia sungguh terkejut.Selesai mengangkat telepon, Dacia kembali ke ruangan. Dia menyadari Jessie sedang membaca naskah di depan meja. Dacia juga tidak mengganggunya.Jessie menyadari Dacia sedang sibuk di depan laptopnya. Dia pun kepikiran dengan kotak obat tadi. Sebenarnya Jessie ingin bertanya, tetapi dia tidak berani untuk menanyakannya.Mungkin Dacia dan Jerremy masih muda, mereka masih tidak menginginkan anak. Hanya saja, Jessie sungguh tidak menyang
Jules tertegun sejenak. Keningnya spontan berkerut. “Dia lagi minum obat?”Jessie menunduk. “Seharusnya Kak Jerry dan Dacia masih belum ingin punya anak, makanya Dacia minum obat itu.”Jules menatapnya. Dasar bodoh! Ternyata Jessie masih cukup lugu dalam hal itu. Jika bukan karena kondisi sekarang tidak memungkinkan, sepertinya dia akan menjelaskan lebih detail kepada Jessie.Jadi, Jules hanya menepis hidungnya. “Dasar bodoh, minum obat sangat tidak bagus bagi kesehatan. Obat itu juga akan berdampak terhadap kandungan wanita. Kalau kakakmu peduli dengan Dacia, dia pasti tidak akan mengizinkan Dacia minum obat.”Jessie terbengong sejenak. “Jangan-jangan … Kak Jerry nggak tahu Dacia lagi minum obat?”Jules mengangguk. “Seharusnya begitu.”Pada larut malam, Jules sedang berdiri di depan jendela sembari memandang halaman gelap dan hening di luar sana. Tatapannya seketika beralih ke pesan masuk di layar ponselnya.[ Maaf, Tuan Jules. Sampai saat ini, kami masih belum menemukan jasad Tom. ]
Jessie malah tertawa. Dia langsung memperlihatkan hasil rekamannya ke hadapan Jessie. “Entah bagaimana reaksi Kak Raffa setelah melihat rekaman ini?”Raut wajah Kerin langsung berubah. Dia melangkah maju hendak merampas ponsel. Namun, Jessie malah melangkah mundur, lalu menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya.Kerin yang tidak berhasil mengambilnya, langsung menjerit, “Jessie, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku sudah minta ampun sama kamu. Kenapa kamu malah nggak bersedia untuk lepasin aku?”Jessie menyimpan ponselnya, lalu menatapnya. “Apa kamu memelas dengan tulus? Kamu hanya merasa nggak berdaya karena dipergoki, makanya kamu memelas sama aku, ‘kan?”Kedua mata Kerin merona. “Apa bedanya? Jessie, aku sudah dibekukan. Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”“Iya, padahal kamu sudah dibekukan, kamu malah masih nggak jera.” Jessie tersenyum. “Jadi, kenapa aku mesti memenuhi kemauanmu?”Jessie berjalan ke depan meja kerja, lalu menghubungi resepsionis. Wajah Kerin semakin puc
Dacia mendorongnya, lalu berkata dengan ketus, “Aku juga nggak berharap dibikinin sarapan sama kamu.”Jerremy menatap Dacia berjalan pergi. Tatapannya kemudian tertuju pada laci itu.Saat Dacia turun ke lantai bawah, dia menyadari sarapan sudah dihidangkan di atas meja. Jujur saja, dia sungguh merasa kaget. Dia tidak menyangka Jerremy akan mempersiapkan sarapan untuknya. Dia lebih tidak menyangka Jerremy akan turun tangan sendiri untuk memasak semua ini.Sepertinya selain mulutnya, tidak ada lagi kekurangan dari diri Jerremy.Jerremy menuruni tangga dengan perlahan sembari menatap wanita yang sedang menyantap sarapan. Raut wajahnya kelihatan agak rumit.Ternyata Dacia mengonsumsi obat bukan karena sedang sakit, melainkan karena tidak ingin mengandung. Jerremy memang masih tidak kepikiran soal anak, tetapi jika dia memiliki anak, dia juga bisa menerimanya. Kenapa Dacia menolak untuk mengandung?Dacia menyadari Jerremy berdiri di tempat dengan ekspresi wajah aneh. Dia tertegun sejenak, l
Syuting program acara TV dimulai. Jessie duduk di atas pentas menjawab pertanyaan yang diberikan pembawa acara. Dia menjawab dengan sangat lancar.Sesuai dugaan, pembawa acara akan menanyakan masalah pasangan Jessie. Jessie pun membalas dengan tersenyum, “Aku dan dia sudah kenal sejak kecil.”Pembawa acara terkejut. “Kalian teman dari kecil?”Jessie menjawab, “Iya, tapi kamu sempat berpisah dalam waktu yang sangat panjang.”Pembawa acara kembali bertanya, “Apa kalian bisa menikah karena diatur oleh keluarga atau memang karena perasaan?”Jessie pun tersenyum. “Kami bukan pernikahan bisnis. Semua murni karena kami punya perasaan.”“Kalau kalian sudah mendaftarkan pernikahan kalian, kenapa kamu masih tidak memilih untuk memublikasikannya? Apa kalian khawatir akan berdampak terhadap privasi kalian?” tanya pembawa acara.Jessie bercanda. “Karena suamiku terlalu unggul. Aku nggak berharap identitasnya terekspos. Gimana kalau sainganku bertambah? Aku tetap berharap semuanya jangan memperhatik
Edwin mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja, setelah menjawab, dia merasa ada yang aneh dengan raut wajah Jerremy. Dia pun bertanya, “Tuan, jangan-jangan cowok yang kamu maksud kamu sendiri ….”“Orang lain,” sela Jerremy.Edwin mengiakan. “Kalau begitu, aku keluar dulu.” Tanpa menunggu balasan dari Jerremy, Edwin yang sadar diri itu langsung meninggalkan ruangan.Jerremy bersandar di bangku sembari merenung.Apa Dacia juga berpikir seperti ini? Apa dia takut Jerremy tidak akan mengakui anak mereka? Itulah sebabnya Dacia minum pil KB?Sepertinya memang tidak seharusnya Jerremy menyalahkan Dacia. Semua itu memang adalah masalah Jerremy.Jerremy tidak menggunakan alat kontrasepsi, tidak mempertimbangkan masa depan Dacia. Seharusnya Dacia merasa Jerremy adalah pria tidak bertanggung jawab?Saat Edwin kembali ke ruangannya, dia menyadari ada yang sedang menunggunya.Edwin tertegun sejenak. “Nona Yunita?”Yunita berdiri dengan perlahan. “Edwin.”Edwin berjalan ke depan meja, lalu dudu
Jules juga sudah pulang. Begitu menginjakkan kaki ke dalam rumah, dia dapat mencium bau gosong.Kening Jules berkerut. Dia segera berlari ke dalam dapur.Asap putih mengepul di dalam dapur. Baunya sungguh menyengat hidung. Mesin pengisap asap dapur juga tidak dinyalakan. Jessie tak berhenti terbatuk di dalam kepulan asap.Raut wajah Jules berubah serius. Dia segera menarik Jessie berjalan keluar dapur, lalu membuka mesin pengisap asap, kemudian bergegas menutup kompor.Jessie berdiri di tempat dengan tidak berdaya. Wajahnya kelihatan sangat berminyak saat ini.Jules berdiri di dalam dapur untuk membersihkan kompor. Dia tidak berbicara sama sekali. Semakin Jules tidak berbicara, Jessie pun semakin ketakutan.Pada akhirnya, Jessie menunduk dan berkata, “Maaf, aku hanya ingin masak makan malam buat kamu.”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Jessie. “Aku sudah pernah bilang sebelumnya. Kamu tidak usah bikin makan malam.”Jessie mengangkat kepa
Jules duduk di depan laptop dengan menyilangkan kedua kakinya. Dia mengetuk jari tangannya di atas meja.Pada saat ini, Derrick mengirim pesan. [ Tuan, dari informasi tepercaya, katanya Tom masih hidup. ]Kening Jules seketika berkerut ketika membaca pesan itu. Jules memang sudah menduga masalah Tom masih hidup. Hanya saja, setelah masalah itu dipastikan, dia pun merasa agak tegang.Tom adalah lawan yang sangat tangguh bagi Jules. Dia bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Charles. Dengan tidak gampangnya, Jules menjebloskan Tom ke penjara. Baru saja ditahan selama setengah tahun, dia malah berhasil melarikan diri.Pihak kepolisian juga telah melakukan pencarian bersama anjing pelacak. Dia menyadari ada seragam tahanan Tom di bawah jurang. Pakaian itu dinodai dengan darah dan juga rusak parah. Hanya saja, masih tidak ditemukan jasad sama sekali. Hingga saat ini, hidup matinya Tom masih tidak bisa dipastikan. Berhubung Tom sudah memutuskan untuk melarikan diri, dia pasti tidak mungkin