Edwin mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja, setelah menjawab, dia merasa ada yang aneh dengan raut wajah Jerremy. Dia pun bertanya, “Tuan, jangan-jangan cowok yang kamu maksud kamu sendiri ….”“Orang lain,” sela Jerremy.Edwin mengiakan. “Kalau begitu, aku keluar dulu.” Tanpa menunggu balasan dari Jerremy, Edwin yang sadar diri itu langsung meninggalkan ruangan.Jerremy bersandar di bangku sembari merenung.Apa Dacia juga berpikir seperti ini? Apa dia takut Jerremy tidak akan mengakui anak mereka? Itulah sebabnya Dacia minum pil KB?Sepertinya memang tidak seharusnya Jerremy menyalahkan Dacia. Semua itu memang adalah masalah Jerremy.Jerremy tidak menggunakan alat kontrasepsi, tidak mempertimbangkan masa depan Dacia. Seharusnya Dacia merasa Jerremy adalah pria tidak bertanggung jawab?Saat Edwin kembali ke ruangannya, dia menyadari ada yang sedang menunggunya.Edwin tertegun sejenak. “Nona Yunita?”Yunita berdiri dengan perlahan. “Edwin.”Edwin berjalan ke depan meja, lalu dudu
Jules juga sudah pulang. Begitu menginjakkan kaki ke dalam rumah, dia dapat mencium bau gosong.Kening Jules berkerut. Dia segera berlari ke dalam dapur.Asap putih mengepul di dalam dapur. Baunya sungguh menyengat hidung. Mesin pengisap asap dapur juga tidak dinyalakan. Jessie tak berhenti terbatuk di dalam kepulan asap.Raut wajah Jules berubah serius. Dia segera menarik Jessie berjalan keluar dapur, lalu membuka mesin pengisap asap, kemudian bergegas menutup kompor.Jessie berdiri di tempat dengan tidak berdaya. Wajahnya kelihatan sangat berminyak saat ini.Jules berdiri di dalam dapur untuk membersihkan kompor. Dia tidak berbicara sama sekali. Semakin Jules tidak berbicara, Jessie pun semakin ketakutan.Pada akhirnya, Jessie menunduk dan berkata, “Maaf, aku hanya ingin masak makan malam buat kamu.”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Jessie. “Aku sudah pernah bilang sebelumnya. Kamu tidak usah bikin makan malam.”Jessie mengangkat kepa
Jules duduk di depan laptop dengan menyilangkan kedua kakinya. Dia mengetuk jari tangannya di atas meja.Pada saat ini, Derrick mengirim pesan. [ Tuan, dari informasi tepercaya, katanya Tom masih hidup. ]Kening Jules seketika berkerut ketika membaca pesan itu. Jules memang sudah menduga masalah Tom masih hidup. Hanya saja, setelah masalah itu dipastikan, dia pun merasa agak tegang.Tom adalah lawan yang sangat tangguh bagi Jules. Dia bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Charles. Dengan tidak gampangnya, Jules menjebloskan Tom ke penjara. Baru saja ditahan selama setengah tahun, dia malah berhasil melarikan diri.Pihak kepolisian juga telah melakukan pencarian bersama anjing pelacak. Dia menyadari ada seragam tahanan Tom di bawah jurang. Pakaian itu dinodai dengan darah dan juga rusak parah. Hanya saja, masih tidak ditemukan jasad sama sekali. Hingga saat ini, hidup matinya Tom masih tidak bisa dipastikan. Berhubung Tom sudah memutuskan untuk melarikan diri, dia pasti tidak mungkin
Terlintas ekspresi kecewa di wajah Jessie. Hanya saja, ketika kepikiran ucapan Dacia, dia pun menggigit bibir bawahnya, lalu memberanikan dirinya. “Kak Jules, apa aku boleh tanya satu pertanyaan?”Jules mengiakan. Dia sungguh tidak tahu bagaimana menghadapi Jessie.Jessie menatapnya dengan sangat serius. “Apa kamu nggak sanggup?”Tiba-tiba suasana di dalam kamar menjadi hening dan tertekan.Jules memalingkan kepala untuk menatapnya. Tatapannya kelihatan kalut. “Apa?”Jessie mengalihkan pandangannya. Wajahnya kelihatan merona. “Aku sudah mengetesmu, tapi kamu tetap nggak tergoda. Apa kamu ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, Jules langsung menindihnya, lalu mengusap bibir Jessie. “Jadi, kamu merasa ada masalah dengan diriku?”Jessie merasa gugup tidak berani bertatapan dengan Jules.Jules mengangkat dagu Jessie. Tatapannya sedikit muram. “Jessie, jangan sembarangan meragukan kemampuan seorang cowok. Kalau tidak, kamu akan menyesal nantinya.”“Kenapa bisa menyesal?” Tatapan
Setelah Jerremy tiba-tiba pergi dengan marahnya pagi hari itu, dia tidak menampakkan diri lagi. Entah apa alasan Jerremy mencari Dacia hari ini.Mereka berdua berjalan ke sisi koridor. Dacia menghentikan langkahnya. “Tuan Jerry ada urusan apa?”Jerremy menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Dacia. “Kelak … jangan minum obat lagi.”Dacia terbengong di tempat. Jangan-jangan Jerremy telah mengetahuinya? Kenapa Jerremy tidak memperbolehkan Dacia untuk minum obat? Apa Jerremy ingin dirinya hamil?Jerremy terdiam beberapa saat, lalu menambahkan, “Aku akan menggunakan alat kontrasepsi.”Kali ini, Dacia kembali terkejut. Dia melirik sekeliling, lalu berkata, “Jerry, apa kamu gila? Kenapa kamu datang ke sini hanya untuk membahas masalah seperti ini?”Jerremy malah merasa tidak ada salahnya. “Apa kamu takut didengar orang lain?”Saking marahnya, Dacia pun tersenyum. “Kamu kira aku nggak tahu malu seperti kamu?”Tiba-tiba Jerremy mendekatinya. Telapak tangannya menindi
“Oh, padahal aku masih belum mencarimu, kamu malah datang duluan.” Jerremy menggerakkan bola matanya. Dia menyilangkan kakinya. “Perusahaan Teknologi Yarnis itu perusahaan teknologi yang kamu dirikan dengan saham Tom, kan? Kamu memang pintar untuk menyembunyikannya.”Jari tangan Jules mengusap mulut cangkir. “Hanya sebuah perusahaan kecil saja. Aku juga tidak usah menampakkan diri.”Jerremy melipat kedua tangannya. “Para pemegang sahamnya terdiri dari banyak bos besar. Apa perusahaanmu tergolong perusahaan kecil?”Usai berbicara, Jerremy menatap Jules. “Apa maksudmu menggunakan nama Perusahaan Teknologi Yarnis untuk bekerja sama dengan Grup Angkasa?”“Tidak ada maksud apa-apa.”Jerremy terdiam, berusaha untuk menebak-nebak kebenaran ucapan Jules.Jules meletakkan cangkir tehnya. “Tapi hari ini aku ke sini bukan demi masalah ini.”Jerremy menatapnya. “Terus terang saja.”“Tom masih hidup. Besar kemungkinan dia sedang mencari tahu keberadaanku. Aku tidak bisa menampakkan diri di ibu kota
Yunita duduk menunggu di meja makan. Tidak lama kemudian, Jerremy dan Edwin pun tiba.Setelah duduk, Jerremy bertanya, “Nona Yunita, ada apa?”Yunita menyerahkan sebuah tablet kepada Jerremy. Di layar tablet, terpampang cuplikan layar dari berita yang baru diekspos. Jerremy menerima tablet itu, lalu melirik layarnya sekilas. Kemudian, tatapannya menjadi agak dingin.Sebelum Jerremy sempat berbicara, Yunita menatapnya dan terlebih dahulu berkata, “Aku menyadari berita ini cukup cepat dan langsung hubungi orang untuk menurunkan beritanya. Aku tahu berita seperti ini akan berdampak buruk bagi Tuan Jerry.”Jerremy memicingkan matanya dan bertanya, “Apa Nona Yunita begitu memperhatikan berita semacam ini?”Yunita tertegun sejenak, lalu menunduk dan bertanya balik, “Apa Tuan Jerry merasa aku yang melakukannya?”“Tidak.” Jerremy menaruh tablet itu di atas meja, lalu lanjut bertanya, “Tapi, aku tetap harus berterima kasih pada Nona Yunita karena sudah membantuku menurunkan beritanya.”Jika hub
Baru saja Dacia hendak naik ke mobil, ada sebuah tangan yang tiba-tiba menarik lengannya. begitu menoleh, dia bertemu pandang dengan tatapan mendalam Jerremy. Jerremy sedang menatap Dacia, tetapi kata-katanya ditujukan kepada Levin. “Tuan Levin, aku ada urusan dengan Bu Dacia. Bagaimana kalau kamu gantikan aku antarkan Nona Yunita pulang?”Levin pun bertanya dengan terkejut, “Apa?”Apa Jerremy menganggapnya sebagai sopir?Sebelum Dacia sempat mengatakan apa-apa, Jerremy sudah menariknya pergi.Yunita melihat mereka berjalan ke arah mobil lain dan menggigit bibirnya. Ekspresinya juga menjadi muram untuk sejenak, tetapi segera kembali menjadi semula. Dia menatap Levin dan berkata sambil tersenyum, “Maaf jadi harus repotin Tuan Levin.”Levin memicingkan matanya dan menatap Yunita untuk sejenak. Kemudian, dia mengangkat bahunya dan menjawab, “Ya sudah. Naiklah ke mobil.”Di sisi lain, Dacia duduk di kursi penumpang depan dan menatap ke luar jendela.Jerremy meliriknya dan bertanya, “Apa k