Rambut Sarah dijambak hingga terasa sakit. Dia menatap raut gusar di hadapannya. Kedua mata Sarah memerah. “Kamu sudah membunuh ayahku. Sekarang kamu malah ingin melarikan diri? Aku tidak akan membuatmu kesampaian. Charles, orang sepertimu seharusnya mati!”“Kalau aku mati, gimana sama kamu?” Charles mendekati Sarah, lalu melanjutkan dengan nada menghina, “Keluarga Zirma bisa seperti sekarang juga karena akibat dari ulahmu sendiri. Apa kamu yakin Jules benar-benar akan membantumu? Dia hanya lagi memanfaatkanmu saja. Jangan lupa, kalau aku tidak merusak wajahmu, kamu pun sudah jatuh ke tangan Tom. Hidupmu pasti akan sangat menderita.”Sarah meludah di wajahnya.Charles memalingkan wajahnya. Dia sungguh merasa geram saat ini. Saking geramnya, dia pun menampar wajah Sarah.Darah segar tampak mengalir dari ujung bibir Sarah. Disusul, dia pun tertawa keras. “Setidaknya, aku dapat melihat wajah aslimu. Meskipun aku jatuh ke tangan Tom, aku pun akan merasa lebih aman daripada berada di sisimu
Charles sangat berambisi, tapi pada akhirnya dia pun dikalahkan oleh sikap arogannya. Selama bertahun-tahun menerima banyak hinaan dari Keluarga Zirma, Charles juga sudah memiliki banyak koneksi kalangan atas.Seandainya Charles tidak serakah, apalagi bisa segera menghalangi Sarah untuk melawan Jessie, Keluarga Zirma juga tidak akan hancur.Ketika seseorang melakukan keputusan seperti ini, seharusnya dia juga sudah memikirkan akibat yang akan ditanggungnya. Sebenarnya jika Charles memilih memanfaatkan Sarah untuk mendapatkan warisan yang ditinggalkan Stanley, Charles juga bisa menggunakan uang itu untuk kembali membangkitkan Keluarga Zirma.Namun, Charles tidak puas. Dia malah membunuh Stanley, mengakibatkan perseteruan di antara dirinya dengan Tom, bahkan hendak menargetkan Jessie.“Kamu pasti merasa tidak nyaman sekarang.” Jules mengangkat kepalanya. Ekspresinya kelihatan tenang. “Seandainya kamu tidak membawa kabur Nona Sarah, mungkin kamu masih ada kesempatan lagi.” Charles langsu
Jerremy melangkah maju untuk menarik Lidya. Lidya tidak berhasil berdiri tegak, alhasil dia pun jatuh di kaki ranjang. Dacia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari terbatuk-batuk.Suster khawatir Lidya akan bersikap di luar batas lagi. Dia terpaksa memapah Lidya. Kondisi Lidya kelihatan tidak begitu stabil. Dia tak berhenti bergumam entah siapa yang memaksa siapa untuk mati, kenapa yang mati bukan kamu ….Tatapan Dacia sangat muram. Dari mata ibunya, dia dapat melihat betapa terpukulnya dia atas kematian Charles. Padahal Dacia juga adalah putrinya, tapi hanya Charles yang bisa membuat ibunya bersedih dan putus asa.Sebenarnya apa gunanya Dacia dilahirkan di dunia ini?“Bu Lidya, kamu sungguh keterlaluan.” Jessie tidak sanggup mendengarnya lagi. “Dacia itu juga anakmu. Kamu malah ingin putrimu menebus nyawa putramu?”Lidya kelihatan linglung. Dia bagai telah kehilangan arwahnya saja. “Aku hanya menginginkan putraku ….”Saat Jessie hendak mengatakan sesuatu, Dacia pun ber
Daniel tidak berbicara.Jessie pun tidak bertanya lagi. Dia membalikkan tubuhnya, lalu berjalan pergi. Kemudian, pada saat ini, Daniel berkata, “Aku maklum jika Dacia membenci kami. Tapi hidupnya lebih bebas daripada Charles. Asalkan dia bisa hidup bebas dan melewati kehidupan yang diinginkannya, aku pun merasa tenang.”Tatapan Jessie tertuju pada diri Daniel. Dia tidak berbicara lagi, lalu berjalan pergi.Acara ulang tahun akademi sudah berakhir. Dalam sekilas mata, waktu setengah bulan pun sudah berlalu.Selesai Jessie tampil di pentas, dia pun pergi ke ruangan sebelah untuk mencari Dacia.Ujian susulan di ruang sebelah baru saja selesai. Mahasiswa mulai meninggalkan ruangan. Ketika melihat Dacia berdiri di paling belakang, Jessie pun melambaikan tangannya.Saat Dacia berjalan mendekati Jessie, Jessie baru bertanya, “Gimana? Apa nilaimu lewat?”“Sepertinya aku mesti ujian ulang lagi.” Dacia mengangkat-angkat pundaknya. Dia menerima hasil ujian dengan lapang dada. “Anggap saja jadi ak
Si pria berambut cepak merasa terpukul dan juga kaget. “Apa?”Namun, Jerremy sudah meninggalkan tempat.Sore harinya, di Kompleks Vila Bagya.Sebuah mobil berhenti di depan vila. Jules sedang bersandar di badan mobil sembari melihat jam tangannya.Suara langkah kaki semakin mendekat. Kali ini, Jules baru mengangkat kepalanya. Jessie melompat ke hadapan Jules, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Apa kamu sudah menunggu lama?”Rambut panjang hitam Jessie dikuncir tinggi. Dia mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan rok pendek dan tas selempang. Dia kelihatan sangat energik hari ini.Jules memeluk Jessie. “Kamu dandan hari ini?”Jessie menunduk, lalu berbisik, “Hari ini aku akan makan di rumahmu. Sudah seharusnya aku meninggalkan kesan baik di hati keluargamu.”Jules pun tertawa. “Kamu juga sudah pergi ke rumah.”“Beda, dong!” Jessie mendengus dingin. Waktu itu, dia menghadiri acara pesta di rumahnya, bukan makan dengan keluarganya saja.Mobil melaju ke Kediaman Tanzil. Jessie
Ada dua bangku di meja itu. Tidak kelihatan ada orang yang duduk di sana, tetapi malah ada peralatan makan di atas meja. Makanan itu bahkan tidak disentuh sama sekali. Selain itu, ada sebuah tas laptop di atas bangku yang satu lain. Jelas sekali, meja itu sudah ditempati orang lain.Dacia berjalan ke sana, lalu meletakkan nampan yang berisi makanan di atas meja. “Siapa sih kurang ajar banget?”Baru saja Dacia menyelesaikan omongannya, tetiba ada sesosok bayangan berhenti, lalu menyerahkan minuman ke hadapannya.Dacia mengangkat kepalanya. Ternyata si Jerremy.Jerremy mengambil tas laptop, lalu duduk di tempatnya. Dia mulai menyantap makanannya.Dacia melirik sekeliling. Dia tidak menemukan tempat kosong lagi. “Apa ada orang di sini?”Jerremy mengunyah dengan perlahan. Tanpa mengangkat kepalanya, dia menjawab, “Tidak ada.”“Jadi, kamu malah duduk dua tempat?”“Aku tidak suka makan sama orang asing.” Tetiba Jerremy mengangkat kepalanya, lalu menatap Dacia dengan tenang. “Apa ada masalah
Jessie sudah selesai menyantap makan malamnya. Dia pun ingin jalan-jalan di luar vila. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya pada pelayan di mana kamarnya Jules.Pelayan menunjukkan jalan. Jessie berjalan ke kamar Jules. Begitu pintu kamar dibuka, tampak lampu di dalam kamar dalam keadaan menyala, tetapi malah tidak kelihatan batang hidung siapa pun di dalam sana.Kamar Jules sangatlah luas dengan dibaluti warna abu-abu dan putih yang kelihatan mewah. Sebuah dinding penyekat berukir memisahkan kamar tidur dengan ruang kerja. Ruang kerja tersebut tertata sangat rapi, bahkan tidak terlihat ada barang-barang yang tidak perlu di rak-raknya.Awalnya Jessie ingin mengunjungi kamar Jules secara diam-diam. Siapa sangka ada sesosok bayangan tubuh yang mendekati Jessie, lalu berbisik di telinganya, “Lagi lihat apa?”Jessie merasa kaget spontan menoleh. Hidung mancungnya tak sengaja mengenai pipi Jules. Jules masih mempertahankan posisi membungkuk untuk mendekati Jessie. Dia mengangkat-angk
Jules hanya melirik sekilas saja.Derrick mengangkat kepalanya. Kebetulan dia menyadari Jules sedang menatap ponselnya sembari tersenyum. Dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Nona Jessie, ya?”“Siapa lagi selain dia?” Tidak ada yang berani mengirim pesan begitu banyak sekaligus kepada Jules, selain Jessie.Tetiba pintu ruangan diketuk. Jules menurunkan ponselnya. “Masuk.”Sekretaris memasuki ruangan, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna biru dengan kedua tangannya. “Tuan Muda Jules, ada undangan dari kerajaan.”Tatapan Jules tertuju pada undangan logo kerajaan itu. Dia mengambilnya dengan perlahan. Ternyata itu adalah kartu undangan pesta di istana.…Sore harinya, tak lama setelah Dacia dan Jessie berpisah, Dacia berjalan ke bawah gedung asrama. Dia tertegun sejenak ketika mendengar ada yang memanggilnya. Beberapa saat kemudian, Dacia menoleh menatap Daniel dengan wajah tak berekspresi. “Ada urusan apa?”Daniel mengeluarkan selembar kartu undangan berwarna biru dari tasnya. “