Charles tersenyum, lalu menaikkan jendela mobil dengan perlahan. “Kalau begitu, sepakat, ya! Aku akan datang jemput kalian besok.”Keesokan harinya, di restoran mewah Lumiere.Suasana di dalam restoran sangatlah nyaman. Ada meja bar di depan sana. Cahaya lampu berwarna kuning membuat suasana terasa hangat dan berkelas.Charles bersama Jessie dan Dacia berjalan ke depan meja enam orang. Di atas meja sudah disediakan peralatan makan dan juga minuman.Dari tadi, sudah ada dua orang sedang duduk di depan meja. Orang itu tak lain adalah orang tuanya Dacia dan Charles.Lidya yang berusia 45 tahun itu merawat dirinya dengan sangat bagus. Dia juga sangat memperhatikan penampilannya. Aksesori yang dikenakannya adalah perhiasan mewah. Hanya saja, dia memiliki aura yang dingin membuat orang-orang kesulitan untuk mendekatinya.Di sisi lain, Daniel yang duduk di samping Lidya yang dingin itu kelihatan lebih bersahabat.Charles duduk sembari menyapa, “Ayah, Ibu.”Lidya melihat ke sisi Jessie dengan
”Aku hanya beri sedikit peringatan kepada kalian para anak muda saja, memangnya kenapa?” Lidya kembali mengangkat gelas anggurnya, lalu menggoyangnya dengan perlahan. “Perasaan itu hal yang sangat tidak bisa diandalkan di dunia ini. Kamu memang menyukainya sekarang, tapi bukan berarti kelak kamu masih akan menyukainya. Ujung-ujungnya, keuntungan adalah hal yang paling penting.”Pelayan menghidangkan makanan ke atas meja. Lidya meletakkan gelas anggur di samping, lalu mengangkat garpu dan pisaunya. “Sudahlah, ayo makan dulu.”Jessie tidak bergerak sama sekali. Dia terdiam beberapa saat, lalu berkata, “Aku merasa ada yang aneh dengan ucapanmu. Kalau kamu merasa perasaan itu tidak bisa diandalkan, kenapa kamu memilih untuk menikah?”Ekspresi Lidya seketika menjadi kaku. “Apa menikah ada hubungannya dengan perasaan? Kamu terlalu lugu.”Jessie menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Daniel yang tidak bersuara dari tadi. “Paman, apa kamu juga beranggapan seperti itu?”“Emm ….” Daniel spontan
Suara Lidya terdengar serius. “Dacia, coba saja kalau kamu berani pergi!”Langkah kaki Dacia berhenti. Pada akhirnya, dia membawa Jessie meninggalkan tempat.Lidya menatap bayangan punggung mereka yang semakin menjauh. Raut wajahnya semakin muram lagi. “Sepertinya setelah dia memiliki Keluarga Fernando sebagai sandaran, dia semakin arogan saja.”Awalnya Lidya ingin mengandalkan Dacia untuk menjalin hubungan baik dengan Jessie. Sekarang Dacia malah tidak mengulurkan bantuan, malah merusak hubungan mereka.Charles menyeka mulut dengan saputangan. “Ibu, kamu tidak usah buru-buru. Kamu juga sudah lihat sendiri, bukannya putri Tuan Javier itu sangat memercayai Dacia?”“Memangnya kenapa? Apa kamu tidak jelas dengan temperamen Dacia?” Seandainya Lidya tahu putrinya akan bersikap seperti ini, dia pasti tidak akan melahirkan Dacia.Charles mengangkat kepalanya. “Bagaimanapun ceritanya, dia tetap adalah anggota keluarga kita. Aku akan membuatnya menuruti kemauan kita.”Namun, Lidya tetap merasa
Tom meletakkan cerutu di atas asbak. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil kartunya. “Apa kamu sudah menduga masalah kematian Stanley?”“Tidak, aku sendiri juga tidak menyangka Stanley akan meninggal.” Jules berkata dengan tenang, “Sebaliknya, ada yang ingin menggunakan masalah kematian Stanley untuk menimbulkan konflik di antara kita.”Gerakan Tom berhenti. Dia mengangkat kepalanya menatap Jules tanpa berbicara.Jules membalas tatapan Tom dengan tenang. “Orang yang membunuh Stanley sengaja ingin mengarahkan opini publik ke dirimu. Tapi bukannya kamu tidak menyentuh Nona Sarah?”Tom tidak menyentuh Sarah. Itu berarti tidak ada konflik di antara Stanley dengan Tom. Jadi, untuk apa Tom membunuh Stanley?Orang-orang di luar sana berasumsi Sarah pernah menolak Tom. Tom merasa gusar, kemudian memberi pelajaran.Asalkan Sarah tidak disentuh oleh Tom, gosip pun akan disingkirkan. Setelah dipikir-pikir, Jules pun telah membantu Tom untuk membersihkan reputasinya.Tom merenungkan ucapan Jules.
Semua busana dibuat oleh desainer ternama dan merupakan edisi terbatas. Sebelum kondisi keluarga Sarah melarat, Sarah tidak suka ada yang menyentuh pakaiannya. Saat menghadiri acara, dia pun akan merasa kesal apabila ada selebritas yang tidak sengaja menginjak kaki gaunnya.Sarah tidak membalas sama sekali, melainkan terus mengoyak pakaiannya.Charles berdiri, lalu mengibaskan tangannya untuk memanggil pelayan. “Bawa dia untuk mandi.”Pelayan berjalan maju untuk menarik Sarah. Namun, reaksi Sarah sangatlah besar. Dia meronta dengan gilanya. “Awas! Jangan sentuh aku!”Alhasil, pelayan juga kehabisan akal.Charles melipat lengan kemejanya, lalu maju untuk menjambak rambut Sarah. Dia menyeret Sarah ke depan kolam renang, kemudian menekannya kepalanya ke dalam kolam. Sarah kesulitan untuk bernapas dan tidak berhenti meronta.Orang di samping juga tidak berani untuk menghalanginya.Ketika menyadari Sarah tidak meronta lagi, Charles pun menariknya untuk berdiri. Sarah terbatuk-batuk sembari
Di dalam asrama.Jessie sedang berbaring di atas ranjang. Dia sedang mengirim pesan singkat kepada Jules.Setelah menunggu beberapa saat, Jessie masih tidak mendapat balasan dari Jules. Dia bolak-balik di atas ranjang sembari menatap ke atas langit-langit. Padahal mereka baru saja tidak bertemu beberapa hari, Jessie malah sudah merindukannya.Dacia baru saja kembali dari membeli camilan. Ketika menyadari pintu kamar Jessie terbuka, dia pun berjalan ke sisi pintu. “Lho, ternyata kamu di sini.”Jessie duduk di tempat. Dia melihat ada banyak kantongan plastik di tangan Dacia.“Aku beli kacang rebus. Kamu mau?”Mereka berdua duduk di sofa sembari menyantap kacang rebus. Tetiba Jessie kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya untuk bertanya, “Apa belakangan ini Jules sibuk sekali?”Dacia pun tersenyum. “Kenapa kamu nggak tanya dia?”“Dia nggak balas pesanku.”“Ck, kamu memang wanita yang lagi terjerumus dalam kasmaran.” Dacia mengunyah kacang dengan menunduk. “Dia nggak ada kelas sore.
Sekretaris menggaruk pipinya. “Dia nggak mengatakannya. Tapi dia sudah menunggu cukup lama.”Jules langsung berdiri, lalu meninggalkan ruangan dengan buru-buru. Sekretaris dan Derrick juga lekas mengikuti langkahnya.Di lobi, Jessie yang sudah menunggu lama itu mulai mengantuk. Dia sudah tidak bisa menunggu lagi. Jadi, dia pun berdiri hendak meninggalkan tempat tanpa ragu sama sekali.Jessie berjalan keluar gedung, lalu melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi. Tetiba ada seseorang mendekatinya dari belakang, lalu menariknya.Jessie yang ditarik itu langsung menabrak pelukan Jules. Dia sungguh merasa syok, spontan mendongakkan kepalanya. Sepertinya Jules berlari tadi. Buktinya napasnya terengah-engah. “Kenapa kamu tidak telepon aku?”“Kamu saja nggak balas pesanku. Bukannya kamu lagi rapat?” Jessie menunduk. “Aku takut akan mengganggu ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, Jules menekan Jessie di dalam pelukannya hingga tampak urat hijau menonjol di punggung tangannya.
“Oh ya?” Jules menunduk melihat daun telinga Jessie yang sudah memerah. “Sepertinya kamu lain di hati, lain di mulut?”Jessie membalikkan tubuhnya, lalu mendorong dada Jules. Dia tidak tahu ke mana matanya hendak menatap. “Bukannya kamu lagi sibuk?”Jules menempelkan kening di atas kepala Jessie. Napas hangat mengembus ke wajahnya. Rasanya hangat dan juga geli.Bulu mata Jessie bergetar. Detak jantungnya juga tidak karuan. Jessie kembali mendesak. “Kamu pergi sibuk sana.”Jules menatap reaksi polos Jessie. “Jessie ….” Suara Jules terdengar sangat menggoda.Jessie mengiakan. Belum sempat Jessie menunggu kalimat selanjutnya, tetiba bibirnya terasa hangat.Napas Jessie berhenti beberapa detik. Tangan yang diletakkan di depan dada Jules dikepal erat. Sepertinya Jessie semakin menyukai ciuman yang diberikan Jules. Ciuman itu terasa sangat memabukkan. Ketika menyadari Jessie kehabisan napas, Jules pun melepaskannya. Dia mengusap bibir Jessie. “Dasar bodoh, kenapa kamu tidak mengambil napas?