Jantung Jessie hampir copot. Ketika melihat nyali kecil Jessie, Jules pun tersenyum. Dia tidak mempermainkan Jessie lagi lantaran takut akan mengejutkannya.Jules mengusap kepala Jessie. “Sudahlah, bukannya kamu masih ada kelas. Pergi sana.”Jessie mendorong Jules, lalu melarikan diri.Saat melihat bayangan tubuh yang semakin menjauh, Jules mengusap ujung bibirnya. Cepat atau lambat Jessie pasti akan menjadi miliknya.Ketika Jessie sedang masuk kelas, dia pun kehilangan fokusnya. Dia terus menatap pena di tangannya sembari menatap jari tangannya. Dia seolah-olah bisa merasakan sisa kehangatan di jari tangannya.Saat Jules mencium jari tangannya, Jessie dapat merasakan bahwa Jules hendak melahapnya saja. Yang lebih parah lagi adalah Jessie malah terpesona dengan ketampanan Jules. Dia hampir saja masuk ke dalam “jebakan” Jules.Jessie segera mengangkat bukunya, lalu bersandar di atas meja. Wajah dan daun telinganya memerah saat ini.Jules memang berengsek!Saat ini, di Kediaman Tanzil.
Jules memainkan gelas kosong di tangannya, lalu menatap Lisa dengan kesal. “Sudah selesai ngomongnya?”Pundak Lisa gemetar. “Kak Jules, kamu mesti percaya sama aku. Aku benar-benar nggak lagi cari gara-gara sama Jessie. Selama empat tahun ini, aku selalu mendengar apa katamu. Aku benar-benar nggak pergi cari Jessie. Juliana, dia ….”“Lisa.” Jules mengangkat kepalanya untuk menatap Lisa. Raut wajahnya masih kelihatan dingin dan mengerikan.Wajah Lisa berubah pucat. “Kak Jules.”“Jangan panggil aku seperti itu. Aku merasa jijik.”Ucapan ini terasa menusuk di hati Lisa. Dia mengepal erat tangannya. Apa Jules juga merasa jijik ketika dipanggil seperti itu oleh Jessie? Jules memang pilih kasih! Kenapa dia tidak sayang terhadap Lisa! Atau … ingatannya sudah pulih?Lisa mencoba untuk bersuara. “Jadi … aku panggil apa, dong?”Jules menyeka bekas minuman di atas meja. “Kamu ikut panggilan pelayan saja.”“Tapi aku itu ….”“Setelah tinggal di rumah ini, apa kamu merasa kamu itu anggota Keluarga T
Ketika guru di bawah pentas menyadari Jessie bisa mengendalikan dirinya dengan cepat, dia pun mengangguk. Tidak dipungkiri, Jessie memang sangat unggul. Meskipun ada sedikit kesalahan, dia pun segera mengendalikannya.Juliana yang bersembunyi di pojok tidak menyangka Jessie akan melanjutkan tariannya. Sebenarnya dari mana kekuatan Jessie?Hanya saja, nilai Jessie dipotong dalam pertunjukan kali ini. Setelah musik berakhir, di bawah tepuk tangan para penonton, tetiba Jessie jatuh duduk di lantai.Guru yang berada di bawah pentas pun berdiri. “Ada apa?”Murid yang berdiri dekat dengan pentas dapat melihat gambaran itu. Dia pun berkata dengan syok, “Guru, ada darah di sepatunya!”Guru segera berlari ke atas pentas, lalu melepaskan sepatu Jessie untuk memeriksa. Ketika menyadari sesuatu, dia pun mengeluarkan paku kecil tersebut. Paku itu sudah dilumuri oleh darah.Jessie menarik napas dalam-dalam. Hanya saja, dia tidak putus asa, malah tersenyum. “Bu Guru, maaf, tapi aku sudah berusaha sem
Jessie menunduk, lalu melihat ekspresi tidak percaya Juliana. “Juliana mirip banget sama aku yang dulu. Sayangnya, kamu harus berpikir dengan jelas apa Lisa pantas untuk kamu berbuat seperti ini.”Juliana membangkitkan tubuhnya. “Jessie, kamu malah sok baik lagi. Aku sudah melakukannya, kamu bisa bongkar aku di hadapan guru.”“Bongkar? Biar kamu diskors? Apa ini akhir yang kamu inginkan?”Juliana kembali terbengong.Jessie melanjutkan dengan ekspresi datar, “Nanti kalau ayahmu nanya kenapa kamu bisa diskors, bagaimana kamu menjelaskannya?”Lagi-lagi Juliana tidak tahu harus berkata apa.“Juliana, kalau aku bersikap semena-mena dengan mengandalkan identitasku sebagai putri dari Keluarga Fernando, kemungkinan kamu diskors sangatlah besar. Aku nggak peduli apa yang sudah Lisa katakan di hadapanmu. Aku cuma bisa beri tahu kamu bahwa aku nggak pernah memperlakukannya dengan buruk. Apa Lisa berani beri tahu kamu apa yang pernah dia lakukan kepadaku? Kalau aku perhitungan dengan masalah waktu
Jules menghentikan langkah kakinya, lalu merapikan lengan pakaiannya dengan acuh tak acuh. “Apa ucapanmu berguna?”Jerremy berjalan ke hadapan Jules, lalu bertatapan dengannya. “Kalau Keluarga Tanzil tidak menjaga Lisa dengan baik, aku pasti akan beri pelajaran kepada kalian nanti.”Kening Jules tampak berkerut. Dia tidak berbicara sama sekali.…Keesokan harinya.Jessie pergi ke kantor, lalu meminta guru untuk mencabut hukumannya terhadap Juliana. Sang guru pun menatapnya dengan syok. “Tapi dia sudah melakukan kesalahan. Apa kamu yakin kamu tidak mempermasalahkannya lagi?”“Dia sudah minta maaf sama aku. Jadi, aku ingin beri dia satu kesempatan untuk berubah. Aku yakin dia pasti akan merenungkan kesalahannya.”Berhubung Jessie sudah membuat keputusan, guru juga setuju untuk mencabut hukumannya terhadap Juliana.Di gedung bawah, Juliana bergegas ke kantor guru. Kebetulan dia bertemu dengan Jessie.Juliana pun mendengus. “Nggak seharusnya aku percaya sama omonganmu.”Jessie mengerutkan
Sepertinya karena menemukan ada bayangan di kaca jendela. Si wanita pun terkejut spontan melepaskan headset melihat ke sisi Jessie.Jessie juga terbengong sejenak.Wanita di hadapannya kelihatan biasa-biasa saja, tidak tergolong sangat cantik. Hanya saja, dia tipikal wanita semakin dilihat semakin enak dipandang. Jessie tersenyum dengan canggung. “Maaf, tadi aku sudah ketuk pintu, tapi kamu nggak kedengaran.”Wanita itu melihat ke sisi Jessie sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. Sikapnya kelihatan acuh tak acuh. “Aku lanjut latihan gitar dulu.”“Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu kamu lagi.” Jessie pun meninggalkan ruangan.Keesokan harinya, ada kelas akting. Jessie memikul ranselnya sembari berjalan ke dalam aula dengan kaki terpincang-pincang. Luka di ujung jari kakinya semakin membengkak di hari ketiga. Bahkan, Jessie merasa sakit ketika berjalan.Setibanya di depan pintu aula, tetiba tampak Jules sedang berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan itu tak lain adalah teman s
Jules mengusap ujung mata Jessie. “Sekarang kamu lagi kesal. Jelas sekali kamu lagi cemburu.”“Aku nggak lagi kesal!”“Kamu sendiri tidak sadar kalau kamu lagi cemburu.”Jessie tidak tahu bagaimana menjelaskannya lagi.Tatapan Jules tertuju pada bibir Jessie.Tatapan membara itu membuat Jessie merespons. Dia memalingkan kepalanya. “Dasar berengsek.”Jules pun tersenyum. “Kenapa aku malah jadi berengsek?”“Apa kamu juga bersikap seperti ini terhadapnya?” Jessie semakin marah saja. Dia merasa ada yang berbeda dengan Jules. Dia berubah menjadi semakin kurang ajar saja.Jules menyipitkan matanya. “Terhadap siapa?”“Teman satu asramaku,” gumam Jessie.Jules tertegun sejenak. Dia menatap sosok perhitungan Jessie, lalu spontan tersenyum. “Dasar bodoh, ini namanya bukan cemburu?”Jessie merasa kesal dan tidak berbicara lagi.Jules mengangkat pipi Jessie, lalu mengusap kulit putih mulusnya. “Dacia itu adik sepupuku.”Jessie merasa bingung. “Tapi dia nggak mirip blasteran?”Dacia tidak mirip sep
Jessie menyadari sepertinya Dacia tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain. Jangan-jangan semua karena gosip yang beredar?Gosip itu masih belum diketahui kebenarannya. Semua yang didengar belum pasti adalah kenyataan. Bagaimanapun, orang yang bersangkutan pasti akan lebih jelas.Jessie dan Dacia telah tinggal satu asrama selama satu minggu. Hanya saja, tidak banyak interaksi di antara mereka. Biasanya Dacia hanya menjawab pertanyaan Jessie saja. Cedera Jessie sudah sembuh. Dia mengikuti ujian ulang dan akhirnya mendapat nilai tinggi.Saat keluar aula, Jessie menyadari ada seorang lelaki berumur 20-an tahun yang mengenakan jas sedang mengusik Dacia.Jessie berjalan menghampirinya, lalu mengulurkan tangan mencengkeram lengan Dacia yang ditarik oleh si lelaki. “Tuan, kamu bukan murid sekolah kami. Kalau kamu nggak lepasin dia, aku bakal panggil sekuriti.”Si lelaki mengamati Jessie sekilas. Tatapannya seketika menjadi muram. “Siapa kamu? Kenapa kamu malah ikut campur!”Jessie m
“Hujan terlalu lebat. Kami tidak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka itu preman.”Jules melihat ke sisi kamar pasien. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Kalian jaga dia dengan baik.”“Yang Mulia, tenang saja.”Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Dia sungguh merasa geram. Saking geramnya, dia memukul setir mobil. Urat hijau kelihatan menonjol di punggung tangannya. Hanya saja, saat ini Jules semakin yakin lagi bahwa masalah ini berhubungan dengan pengurus rumah Keluarga Taylor.Namun sekarang Derrick belum siuman. Mereka tidak memiliki bukti untuk melaporkan masalah ini kepada pihak berwajib. …Beberapa hari kemudian, sebuah rekaman suara dipublikasikan oleh peretas. “Transaksi” Reyhan dan anggota menteri yang tidak diketahui orang-orang viral di internet dan menggemparkan semua orang.Mereka memang sudah menghabiskan banyak uang untuk menekan berita itu. Hanya saja, berita itu sudah dicetak di majalah dan juga sudah terjua
Usai berbicara, Benn mengangkat kepalanya untuk melihat orang-orang itu. “Jadi, anak dan istri Pangeran baik-baik saja. Untuk apa Pangeran balas dendam?”Semua menteri di dalam ruangan terdiam membisu. Jika benar seperti itu, Jules memang tidak memiliki kemungkinan untuk meracuni narapidana. Silvia memecahkan suasana tegang. “Kalian semua juga sudah mendengarnya. Aku sangat memahami putraku. Seandainya aku memilih untuk melindunginya, untuk apa aku membiarkannya diselidiki oleh pihak kepolisian? Kalau putraku dan menantuku dipersulit, apa tidak seharusnya aku maju?”“Urusan negara memang adalah urusanku. Tapi, urusan keluargaku juga urusanku. Kalau aku tidak sanggup untuk mengurus keluargaku, apa aku sanggup untuk mengurus urusan negara? Aku menerima banyak tekanan sejak aku duduk di posisi ini. Apa ini yang dinamakan rasa setia kalian? Atau aku mesti menyerahkan posisiku kepada kalian?”“Yang Mulia, kami tidak bermaksud seperti itu ….”“Tidak bermaksud seperti ini? Sudah berapa banya
Pria tua itu mempersilakan Derrick memasuki rumah. Istri dari pria tua itu menyuguhkan segelas teh hangat untuk Derrick. Si pria menyuruh istrinya untuk istirahat dulu, lalu bertanya, “Kira-kira apa yang ingin Tuan tanyakan?”“Begini, beberapa waktu lalu Brayden dibunuh. Aku menerima perintah atasanku untuk menyelidiki alasan kematian Tuan Brayden.”Ketika pria tua itu mendengar masalah kematian Brayden, dia pun terbengong. “Apa? Brayden sudah mati?”Derrick mengangguk. “Aku dengar-dengar sebelumnya kamu pernah menjadi tetangga Brayden. Apa kamu tahu masalah Tuan Brayden, termasuk masalah keluarganya?”Hujan di luar sana semakin deras saja.Setelah beberapa saat kemudian, Derrick berpamitan dengan pria tua itu. Saat dia berjalan ke depan mobilnya, dia menyadari ada yang aneh dengan sekitar, dia segera menghentikan langkahnya.Di tengah hujan, beberapa pria berpakaian hitam mendekati Derrick.Lampu di dalam ruang baca Keluarga Taylor kelihatan menyala. Reyhan berdiri di belakang jendel
Raut wajah Reyhan berubah muram. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Sissae. Wanita itu yang memanfaatkan Sissae. Sissae tidak mungkin melakukan hal yang akan mencelakai keturunan keluarga kerajaan.”“Oh, ya?” Silvia mengangkat cangkir teh. Tatapannya tertuju pada teh yang bening itu. “Kalau begitu, kenapa putraku dianggap sebagai tersangka ketika memeriksa penyebab kematian pengurus rumah itu?”“Yang Mulia, semua yang Pangeran adalah demi balas dendam terhadap istrinya. Pangeran mengutus anggotanya untuk mencari pelaku pembunuhan. Hanya saja, orang itu malah ditemukan dalam kondisi mati mengenaskan. Dalam masalah ini, Pangeran memang patut dicurigai.”“Kalau Jules patut dicurigai, memangnya Nona Sissae tidak patut untuk dicurigai?”Raut wajah Reyhan berubah tegang.Silvia mengangkat kepalanya untuk menatap Reyhan. Setiap ucapan yang dilontarkan sangat jelas. “Tahanan wanita itu memperalat Nona Sissae? Apa mungkin? Apa keuntungan baginya deng
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun