Emir mengenakan sandal, lalu berdiri di tempat. “Apa kata dokter?”“Dia bilang … kalau aku mempertahankannya, risikonya cukup besar,” balas Giselle tanpa melirik Emir.Emir terdiam sejenak. “Ikuti arus saja. Kalau memang tidak bisa, aku juga tidak mempermasalahkannya. Kita juga sudah memiliki anak perempuan.”Giselle menatap Emir dengan syok. Selama bertahun-tahun menikah, Giselle mengira Emir tidak akan memahaminya. Dia memang cukup terkejut atas perubahan sikapnya terhadap Widya waktu itu. Tak disangka, Emir benar-benar telah berubah.Saat ini, kedatangan juga “kabar bahagia” dari Widya. Dia juga sedang mengandung.Saat Claire mendapat berita itu, dia segera pergi mengunjungi Widya. Tak lupa juga dia memberi ucapan selamat kepada Hendri.Berhubung ini adalah kehamilan pertama Widya, dia pun merasa sangat tidak nyaman. Dia selalu memuntahkan apa yang dimakannya. Jadi, dia terpaksa meminta izin selama beberapa hari ini.Saat Claire datang menjenguk Widya, dia pun membawa beberapa manis
Sikap ramah Julie membuat Jessie merasa tidak enak hati. Dia mengusap bulu Alaksan di pelukannya, lalu menjawab, “Namanya Rezeki.”“Re … Rezeki?” Senyuman di wajah Julie spontan terkaku.Kenapa malaikat secantik dan seimut ini malah memberi nama yang begitu kampungan?Jerry dan Jody menepuk keningnya. Mereka sungguh ingin mengganti nama pemberian adik mereka.Jody menopang dagunya sembari mengamati Julie. Entah kenapa dia merasa dirinya pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya.Tetiba muncul gambaran di benak Jody. Jody kepikiran dengan wanita yang datang bersama Hiro sewaktu di restoran waktu itu. “Kamu … Tante, ‘kan? Istrinya Paman Dimas?”“Tante?” Jessie dan Jerry merasa syok.Istrinya Paman Dimas?Julie menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kalian akan lebih imut kalau nggak panggil aku istrinya Paman Dimas.”Julie mentraktir mereka makan di restoran. Anjing peliharaan sementara dititipkan di dalam toko. Berhubung Julie adalah senior mereka,
Gara-gara Jules, Jessie pun bersedih selama hampir setengah bulan. Awalnya mereka mengira Jules telah meninggal, mereka juga tidak berani mengungkit masalah Jules di hadapan adik mereka. Sekarang, ternyata Jules mengalami amnesia, melupakan semua memorinya.Jody berkata, “Dia sebaya sama kita, tapi dia sudah mulai mengambil alih Keluarga Tanzil. Benn pernah berkata pada Kakek Buyut, beberapa tahun kemudian, Jules pasti akan menjadi saingan tangguh kita.”Jerry menggertakkan giginya. “Hanya dengan kemampuannya?”“Jerry, kamu jangan remehin dia. Kita memang terus melatih diri demi menjadi kuat, tapi apa yang dia alami lebih banyak daripada kita. Apalagi, dia memegang perusahaan dalam usia belianya. Aku dengar-dengar, Akademi Bisnis Victoria merekrutnya tanpa persyaratan apa pun. Sepertinya tak lama kemudian, dia sudah sanggup untuk mengalahkan kita.”Akademi Bisnis Victoria adalah akademi keluarga bangsawan Negara Hyugana. Akademi itu juga merupakan akademi dengan banyak mahasiswa unggul
Melia melebarkan matanya dengan perlahan. Gilbert mendekatinya, lalu menarik Melia ke dalam pelukannya. “Sudah hampir ketiduran, ya.”Suara Melia sangatlah kecil. “Tapi nyaman sekali.”Gilbert mencium pipinya, lalu beralih ke bawah.Kali ini Melia langsung menyadarkan dirinya. Dia mengangkat kepala, lalu mendorong dada Gilbert. “Gilbert!”Gilbert pun tersenyum, tetapi dia tidak menghentikan gerakannya. “Hari ini kamu pergi mengunjungi adikmu?”“Emm, iya ….”Widya dan Hendri ingin merayakan Hari Raya di Kota Jimbar. Kebetulan Melia juga sedang berada di Kota Jimbar. Dia pun pergi mengunjungi Widya. Saat ini, usia kehamilan Widya sudah memasuki bulan keempat. Kedua keluarga memutuskan untuk melangsungkan resepsi pernikahan setelah anak dilahirkan.Ketika menyadari Melia sedang melamun, Gilbert membenamkan kepalanya di atas leher Melia. Rambut pendek Gilbert mengenai kulit halus Melia. Alhasil, Melia merasa geli dan mengelak. “Gilbert!”Gilbert bertanya, “Kapan kita melangsungkan resepsi
Roger menggertakkan giginya. “Bisa tidak kamu ….”“Hei, wanita di depan sana, sebentar!”Belum sempat Roger menyelesaikan omongannya, ada orang yang memotong ucapannya.Sekelompok orang datang mengerumuni mereka. Tampak seorang lelaki berpakaian jaket macan dengan merokok berjalan keluar kerumunan. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi Izza. “Kamu hebat sekali, ya. Gimana kalau kamu bergabung ke dalam klubku? Aku jamin kamu pasti akan mendapatkan uang yang lebih banyak daripada 2 miliar itu.”Berhubung ada pertandingan tinju, ada banyak orang kaya yang datang untuk bertaruh, lalu menaruh taruhan yang cukup besar. Jika mereka menang, mereka pun akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi.Malam ini Izza mengalahkan semua tandingannya. Tentu saja mereka tidak ingin melepaskan petinju andal seperti Izza.Hanya saja, Izza malah membalasnya dengan tatapan sinis, “Nggak tertarik.”Izza hanya tertarik dengan permainan tinju. Namun, bukan berarti Izza menginginkan kedudukan di dunia
Pada akhirnya mereka berdua memasuki mobil. Mobil pun melaju pergi.Biasanya ada banyak mobil yang lalu lalang di jalanan. Berhubung sedang Hari Raya, pengguna jalan sangatlah sedikit.Izza menopang keningnya, lalu bersandar di jendela mobil dengan malasnya. Dia melirik Roger sekilas. “Aku kira kamu ingin tarik waktu sampai besok pagi.”Ujung bibir Roger melengkung ke atas. “Aku tidak tertarik untuk berkelahi selama itu.”“Kalau Tuan Javier dalam bahaya, dengan kecepatanmu, sepertinya dia akan tiada sebelum kamu berhasil menyelamatkannya.”Roger tersenyum. “Kalau Tuan Javier dalam bahaya, bukan aku yang seharusnya menyelamatkannya. Aku itu sekretarisnya, bukan pengawalnya.”Lagi pula, apa Javier perlu diselamatkannya?Izza berdecak. “Pemikiranmu jelas sekali, ya.”Roger tersenyum. “Ini namanya aku tahu pekerjaanku. Berkelahi itu tugas pengawal. Ngapain aku rebutan nafkah sama mereka? Tidak bagus juga.”“Aku sudah merekamnya.”Tetiba Roger menginjak pedal rem. Dia memalingkan kepala mel
Setelah Roger berjalan jauh, dia baru menyadari Izza masih di belakang. Dia berjalan ke belakang dengan ekspresi tidak berdaya. “Nanti kalau kamu hilang, aku tidak akan cari kamu.”Izza menunduk. Dia berusaha menyingkirkan ekspresi muram di wajahnya. “Aku juga bisa pulang sendiri.”Roger melipat kedua lengannya. “Kamu ingin main apa?”Sepertinya Izza tidak ingin pulang secepat ini. Meski dia tidak mengatakannya, Roger juga bisa menerkanya.Hari Raya adalah hari berkumpulnya keluarga. Roger tidak memiliki orang tua, biasanya dia selalu merayakan Hari Raya di Kediaman Fernando. Bagi Roger, Keluarga Fernando adalah anggota keluarganya.Orang tua Izza berada di luar negeri. Wajar dia merasa kesepian di saat seperti ini.“Aku nggak pernah main kembang api,” ucap Izza sambil menatap Roger.Roger tertegun sejenak. “Apa?”Izza mendengus dingin. “Aku nggak pernah main kembang api.”Roger kepikiran sesuatu, lalu mengangguk. “Kamu tunggu aku di sini.”Setelah Roger meninggalkannya, Izza pun duduk
Di Kediaman Morales.“Plak!”Andri menampar wajah Julie. Saat ibunya Julie, Asti, mendengar suara itu, dia bergegas menuruni tangga. “Suamiku, kamu lagi ngapain?”Julie yang ditampar juga tidak menangis maupun marah. Sepertinya dia tidak merasa sakit dengan tamparan itu.Andri membuang foto di atas meja dengan gusar. “Padahal kamu sudah menikah dengan Dimas, kamu malah berkencan dengan lelaki lain. Apa kamu ingin aku emosi hingga mati!”Asti berjalan ke sisi Julie, lalu memungut foto-foto tersebut. Semua foto itu hasil jepretan paparazi. Isinya adalah foto Julie sedang berkencan dengan lelaki lain.“Julie, kenapa ….” Asti mengangkat kepalanya, lalu tampak wajah sedikit membengkak Julie. Dia pun menelan kembali kata-kata kasarnya.Tidak dipungkiri, Julie bisa menjadi seperti ini juga tidak luput dari tanggung jawab Asti dan Andri.“Sudah selesai marahnya?” Julie mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, lalu tertawa. “Kalian menyuruhku menikah. Oke, aku sudah menikah, aku sudah menurut