“Semua ini ulah dia. Tetangga juga melihatnya!” Lisa menangis kuat. “Kakak minta uang sama Ibu. Tapi Ibu nggak kasih, makanya dia celakai Ibu!”Paul menatap putrinya dalam waktu lama. Pada akhirnya, dia tetap memilih untuk keluar. Saat pintu rumah ditutup, Lisa dapat menyadari bahwa ayahnya masih tidak percaya dengan omongannya. Dia pun membanting gelas ke lantai.…Keesokan harinya, Jessie dan abangnya, Jerry, pergi mengunjungi Lisa. Dia mengetuk pintu, tapi tidak ada yang membuka pintu.Jessie melihat ke sisi abangnya. “Kakak, jangan-jangan Lisa lagi nggak di rumah?”“Tidak tahu juga. Seharusnya begitu.”Jerry membalikkan tubuhnya. “Ayo kita pergi.”Jessie mengangguk. Awalnya Jessie ingin melihat kondisi Lisa. Hanya saja, Lisa malah tidak di rumah. Dia pun terpaksa akan mencari Lisa sewaktu Lisa kembali sekolah nanti.Jessie dan Jerry berjalan ke kompleks perumahan. Kebetulan mereka bertemu dengan ayahnya Lisa. Jessie berlari menghampirinya. “Paman, aku Jessie, apa Lisa nggak di ruma
Hans tersenyum. “Pasti suka.”Mobil berhenti di depan Kediaman Jetmadi. Sepertinya Guffin dan Vilya telah mengetahui kabar itu, mereka pun sedang menunggu di ruang tamu. Ketika melihat Hans masuk bersama seorang wanita yang menggendong seorang anak, Guffin dan Vilya langsung merasa syok.Hans menggandeng tangan Ethan, lalu membawa Noni ke hadapan mereka. “Ayah, aku bawa cucu kalian dan Noni pulang ke rumah.”Ethan spontan berondok di belakang kaki Hans. Dia mencondongkan sedikit kepalanya untuk mengintip.Hati Vilya juga luluh ketika melihat keimutan si bocah. “Nak, ke sini.”Noni berjongkok berbicara sesuatu dengan Ethan. Ethan sempat ragu sejenak, baru berjalan mendekati Vilya. Vilya mengusap kepala si kecil, lalu berkata dengan tersenyum, “Anak pintar.” Kemudian, dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi Noni. “Noni, sudah merepotkanmu.”Noni tertegun sejenak. Dia hanya menggeleng saja.Guffin membangkitkan tubuhnya perlahan dengan tongkat. “Berhubung semuanya sudah pulang, aku suruh
Emir menunduk, tidak berbicara lagi.Emir berjalan keluar ruang tunggu. Kebetulan dia bertemu dengan Widya di koridor. Emir pun terkejut. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Widya juga tidak menyangka akan bertemu ayah tirinya di sini!Pada saat ini, Claire juga berjalan keluar. Saat melihat Emir sedang berbincang dengan Widya, Claire pun merasa bingung. “Apa Pak Emir kenal dengan Widya?”Tanpa menunggu balasan dari Emir, Widya segera berkata, “Paman Emir, aku … aku bekerja di Perusahaan Soulna.”Emir mengangguk. “Ternyata selama ini kamu kerja di Soulna?”Widya mengiakannya.Claire berjalan ke sisi Emir, lalu melihat ke sisi Widya. “Apa Pak Emir punya hubungan saudara dengan Widya?”Sebab, Widya juga bermarga Gozali.Widya menunduk dan tidak menjawab. Lebih tepatnya, dia tidak berani menjawab.Emir terdiam sejenak, lalu menjawab dengan tersenyum, “Dia adalah putri dari istriku.”Widya spontan merasa syok. Sepertinya ini pertama kalinya Emir memperkenalkan hubungan mereka kepada orang lain
Claire spontan tersenyum. “Kamu bahkan telah memikirkan apa yang mungkin dilakukan ayah tirimu. Sepertinya kamu melakukan semua ini memang demi dia.”Jujur saja, Claire cukup iri ketika melihat Widya bisa begitu memperhatikan Melia yang bukan merupakan saudara kandungnya. Dia spontan kepikiran dengan sosok Kayla ….Kayla juga bukan jahat sejak kecil. Claire masih ingat momen dia dan Imelda baru datang ke rumah. Kayla lebih tinggi sedikit daripada Claire. Rambutnya dikepang dua. Waktu itu dia kelihatan sangat pemalu. Ayah mendorong Kayla ke hadapan Claire, lalu memperkenalkannya, ‘Claire, kelak Kayla itu kakakmu.’Waktu itu Claire tidak begitu menyambut kedatangan Kayla. Sebab, ibunya Claire meninggal tak sampai satu tahun, ayahnya pun sudah mencarikan ibu tiri, bahkan seorang kakak untuknya. Saking kesalnya, Claire langsung berlari ke lantai atas.Sejak saat itu, Kayla tidak berani berbicara dengan Claire. Dia selalu bersikap waswas di rumah, tapi sebenarnya Claire tahu Kayla ingin ber
Jerry tahu jelas dengan karakter Jessie. Setelah dipikir-pikir, pada akhirnya Jerry memutuskan untuk tidak mengatakannya.Di sisi lain, tak lama kemudian Delon pun keluar dari rumah sakit. Paul yang menjemputnya pulang.Saat pulang ke rumah, Paul membujuk Delon untuk tidak membuat gara-gara lagi. Namun dia tetap tidak bisa menerima dipukul tanpa sebab.Ketika Lisa pulang sekolah, dia menyadari Delon sedang main gim di ruang tamu, raut wajahnya spontan berubah. Dia tidak menyapa Delon, langsung masuk ke kamar.Pintu kamar dibanting dengan kuat. Saking kuatnya, Paul yang sedang memasak di dapur pun melihat keluar ruangan. Dia tahu masalah kematian Stella telah menciptakan pukulan yang sangat kuat di hati Lisa. Hanya saja, Paul sudah mencari tahu dari pihak kepolisian. Masalah itu tidak ada hubungannya dengan Delon. Delon berutang banyak di luar sana, jadi orang-orang itu datang ke rumah untuk menagih utang. Saat tak sengaja menjatuhkan Stella, mereka terkejut berbondong-bondong meningga
Sepertinya Jessie memang tidak mengetahuinya.Kakak tingkat berkata dengan tersenyum, “Nanti akan ada banyak yang menyaksikan pertandingan. Kalau kamu ingin nonton, kami bisa ambilin tempat duduk buat kamu. Kami pasti akan ambilin tempat duduk terbagus buat kamu.”Hiro melihat ke sisi Jessie.Jessie merangkul lengan Lisa. “Apa aku boleh pergi bareng Lisa?”Si lelaki hanya mengundang Jessie sendiri saja. Hanya saja, ketika dihadapkan dengan pertanyaan Jessie, dia pun merasa bingung.Lisa bisa merasakannya. Dia segera menurunkan tangan Jessie, lalu berkata dengan tersenyum, “Jessie, kamu sendiri saja. Belum pasti aku bisa di hari itu.”“Aku ….”“Dik Jessie, kamu datang, ya.” Kakak tingkat mengundang dengan tulus. Jessie juga tidak enak hati untuk menolak, dia pun terpaksa menyetujuinya.Sejak meninggalkan perpustakaan, Hiro dan kedua kakak tingkat terus berjalan di sisi Jessie bagai pelindung saja. Lisa berjalan di belakang. Orang-orang di depan sana berbicara dengan gembira. Suasana ter
Saat Melia berpikir bagaimana memarkirkan mobil, tampak seorang lelaki turun dari mobil sebelah. Si lelaki mengenakan pakaian formal dengan celana berwarna cokelat. Dia juga sedang menenteng tas kerja. Intinya, si lelaki sangatlah tampan. Melia tidak pernah bertemu dengan lelaki rapi dan tampan ini sebelumnya.Pada saat ini, Melia menurunkan jendela mobilnya. “Pak.”Hendri menghentikan langkahnya. “Kamu lagi panggil aku?”Melia tersenyum canggung, lalu membuka pintu mobil. “Maaf, aku nggak bisa parkirin mobil. Apa kamu bisa bantuin aku?”Hendri melihat ke mobil Melia sejenak, lalu mengangguk. “Biar aku coba.”Melia memiringkan tubuhnya. “Terima kasih banyak, ya.”Hendri memasuki mobil, mengatur posisi bangku, lalu memundurkan mobil dengan perlahan. Dia tak berhenti memutar setir mobil untuk mengatur posisi badan mobil. Tak sampai lima menit, mobil pun sudah selesai diparkirkan.Hendri menyerahkan kunci mobil kepada Melia. “Selesai.”Melia mengambil kunci, lalu berkata dengan tersenyum,
Widya tidak meladeninya.Setelah Widya selesai memasak, Melia pun berlari ke rumah sebelah untuk mengetuk pintunya.Beberapa saat kemudian, Hendri baru membuka pintu. Sepertinya dia baru selesai mandi, masih tercium aroma sabun wangi di tubuhnya. Dia pun mengenakan kaos dan celana panjang santai. “Maaf, sudah menunggu lama.”“Nggak masalah. Kamu tinggal sendiri?” Usai berbicara, Melia sengaja mengintip ke dalam ruangan.Ruang tamu sangat luas dan bersih. Tidak tampak ada sepatu wanita di rak sepatu. Sepertinya dia memang tinggal sendiri!“Ergh ….” Hendri merasa canggung. “Masalah makan malam, aku rasa ….”Melia tidak memberinya kesempatan untuk menolak. Dia langsung menarik Hendri. “Aku sudah suruh adikku masak begitu banyak makan malam. Kalau kamu nggak makan, sia-sia dong.”Hendri dipaksa ke rumah sebelah. Saat Widya mendengar ada suara dari luar pintu, dia menengadah kepalanya, lalu bertatapan dengan Hendri. Sendok di tangannya hampir saja jatuh.Melia tidak memperhatikan ekspresi W