Claire berpikir sejenak, lalu membuka speaker ponsel. Kemudian, terdengar suara Imelda. “Claire, Nenek ingin menemuimu ….”Setelah panggilan diakhiri, Fendra merasa agak khawatir. “Bu Gabriana ingin menemuimu? Kali ini dia punya rencana buruk apa lagi? Bagaimana kalau aku temani kamu ke sana?”Claire pun tersenyum. “Tidak usah, Paman. Masih ada banyak pekerjaan di studio. Bu Gabriana dan Imelda juga nggak berani melakukan apa-apa sama aku.”Claire tiba di Hotel Sunset. Sebenarnya dia juga merasa penasaran. Kenapa mereka tidak menyuruh Claire untuk pulang ke Kediaman Adhitama, melainkan mengajaknya ke restoran? Apa yang sedang mereka rencanakan?Saat Claire masuk ke dalam ruangan, tampak Gabriana dan Imelda telah duduk di dalam sana.“Nek, ada urusan apa Nenek mencariku?”Melihat Claire bersikap begitu dingin, raut wajah Gabriana semakin muram lagi. “Dengar-dengar kamu ingin ayahmu mengalihkan Perusahaan Vienna kepadamu?”Claire tertegun sejenak, lalu menjawab dengan kebingungan, “Kenap
“Aku hanya mengikuti sikapmu saja. Lagi pula, sejak kecil kamu tidak pernah menganggapku sebagai cucumu. Kenapa kamu malah ingin aku bersikap hormat kepadamu?”Sejak Claire dilahirkan, Gabriana tidak pernah perhatian dan bahkan menggendongnya karena dia terlahir sebagai seorang perempuan.Dulu Claire masih kecil, banyak yang tidak dia mengerti. Saat pulang kampung di saat hari raya, Claire pun melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dia mempersulit ibunya.Hanya saja, respons Vina sangatlah dingin. Dia tidak mengindahkan perbuatan Gabriana. Mungkin karena itu, Gabriana baru merasa sikap Claire sama dengan ibunya.Tentu saja, Claire mengira ibunya bisa bersikap dingin terhadap Keluarga Adhitama juga karena ayahnya memiliki simpanan di luar sana.“Claire, kenapa kamu melawan nenekmu?” Imelda berusaha untuk mengambil hati Gabriana. Jadi, dia ingin dicap menjadi seorang menantu berbudi luhur oleh Gabriana.“Aku hanya sedang jujur.” Claire melipat lengannya, lalu melanjutkan dengan
Javier menyipitkan matanya. “Apa yang kamu takutkan? Siapa juga yang tidak tahu bahwa kamu adalah wanitaku?”Bukankah Javier telah mempublikasikannya? Apa mungkin ada yang tidak tahu?Claire mendorong tangannya, lalu membalas, “Setidaknya kita bisa merendah, ‘kan?” Bukannya Claire peduli dengan pandangan orang lain, lebih tepatnya dia tidak ingin bersikap mesra di hadapan publik. Namun di mata Javier, dia merasa Claire tidak menyukainya.Claire merasakan tenaga kuat sedang memegang lengannya. Kemudian, tampak tatapan Javier yang terlihat penuh dengan gairah. Jantung Claire hampir copot saat ini. Siapa tahu apa yang akan dilakukan lelaki ini? Bisa jadi dia akan tiba-tiba menciumnya di depan publik! Celaka!Ekspresi tegas Claire seketika berubah menjadi malu dan bahkan takluk. Dia berbisik, “Kita lagi di depan umum, setidaknya kita mesti bersikap lebih sopan.”Javier terdiam sejenak. Ternyata dia telah salah paham. Claire hanya ingin menunjukkan wibawanya di depan karyawannya. Jadi, dia
Claire melihat foto dengan saksama. Kemudian, dia baru menyadari bahwa River sedang berdiri di samping ibunya. Lebih tepatnya, sebenarnya River berdiri di belakang ibunya. Hanya saja, dari sudut pandang orang yang memotret, mereka kelihatan sedang berdiri berdampingan.Seandainya mereka adalah sepasang kekasih, mereka pasti akan kelihatan lebih mesra lagi. Hanya saja, Claire tidak menemukan gerakan mesra apa pun di antara mereka. Sepertinya dia hanya menghormati ibunya? Sebenarnya Paman River itu siapanya Ibu?Tiba-tiba laptop ditutup. Claire memalingkan kepalanya untuk menatap lelaki di sampingnya. Dia kelihatan sangat kaget. “Kamu hanya menemukan informasi sesedikit ini?”Begini saja?Javier menjulurkan lengan panjangnya di belakang Claire, lalu mendekatinya. “Cium aku, nanti baru aku beri tahu.”“Nggak mau beri tahu juga nggak apa-apa. Aku bisa selidiki sendiri.”Claire berdiri hendak berjalan pergi, tetapi Javier malah menarik Claire masuk ke pelukannya. Hanya saja, posisi Claire s
“Maksudmu Keluarga Gufree, ya?”River pun mengangguk, lalu melanjutkan dengan perlahan, “Mengenai masalah ibumu, aku akan beri tahu kamu suatu hari nanti. Claire, kalau kamu mengetahuinya, aku harap kamu tidak menyalahkan ibumu. Sebenarnya ibumu sangat menyayangimu. Dia tahu setelah kepergiannya, kamu pasti akan hidup menderita di Kediaman Adhitama. Itulah sebabnya kenapa aku bisa muncul di sisimu.”River mengantar Claire ke depan pintu, lalu Claire memasuki mobil. Saat ini, Kayla sedang duduk di dalam mobil mengamati gerak-gerik Claire. Kedua tangannya menggenggam erat setir mobil. Ketika melihat Claire keluar dari rumah seorang lelaki asing, Kayla langsung memotret dengan ponselnya.Sambil melihat foto di ponselnya, ekspresi Kayla semakin sinis lagi. Dasar wanita jalang! Akhirnya Kayla berhasil mendapatkan aibnya!Di Kediaman Adhitama.Imelda mengenakan piama seksi berjalan keluar kamar mandi. Sayangnya, Rendy sudah tidur. Rasa kesal seketika membaluti hati Imelda. Semalam dia tidak
“Jangan sampai kamu ditipu sama dia!” Kayla tidak lupa mengingatkan Javier.Benar! Di mata Kayla, Javier telah ditipu dengan kecantikan Claire. Claire adalah seorang siluman penggoda yang kerjaannya adalah menggaet hati para lelaki.Claire melipatkan kedua tangannya dan ekspresinya berubah datar. Sepertinya orang yang disebut Kayla tadi adalah dirinya sendiri?Javier mengangkat dagu Claire, lalu bertanya, “Benarkah?”Claire pun terdiam membisu. Hanya saja, di mata orang lain, mereka tidak dapat merasakan emosi dari diri Javier.Akhirnya Claire menghela napas. “Iya, semalam aku tinggal hampir satu jam di rumah lelaki itu.”Claire sendiri juga tidak menyangka dirinya telah mengakuinya. Dia lalu menambahkan, “Javier, coba kamu lihat apa aku telah membohongimu? Dia memang ….”“Apa yang kamu lakukan selama satu jam? Hmm?”“Aku sudah melakukan semua yang bisa aku lakukan.” Claire tersenyum.Semua orang menarik napas dalam-dalam. Sepertinya Claire memang cari gara-gara!Javier menggigit bibir
Ternyata Claire juga telah terjerumus!Lelaki itu telah pergi meninggalkan ruangannya.“Claire!”Begitu membalikkan tubuhnya, dia langsung dipeluk oleh Candice. “Hmm, hmm, kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu nggak lagi di Perusahaan Vienna!”Candice terdiam sejenak. Tiba-tiba dia melepaskan Claire, lalu mengendus aroma di tubuh Claire. “Kenapa ada parfum cowok di tubuhmu?”Jantung Claire langsung berdegup kencang. Dia mengalihkan tatapannya, lalu berkata, “Apa iya?”“Iya!” Candice kembali mengendus aromanya, lalu mengerutkan keningnya. “Aroma parfum Gucci. Aku sangat familier dengan aroma ini. Ahh! Jangan-jangan aroma parfum Tuan Javier?”Claire menoel kepala Candice. “Kurasa ada yang salah dengan hidungmu. Untuk apa kamu mencariku?”“Sudah lama kita nggak berjumpa, apa kamu nggak kangen sama aku? Hmph! Ternyata kamu melupakan sahabatmu setelah memiliki lelaki.” Candice melipat kedua tangannya, lalu mendengus dingin.Claire berjalan duduk di depan meja kerjanya. “Hehe, bukannya
Bahkan Javier juga terpikat padanya. Pernah beberapa kali Imelda ingin melawan wanita murahan itu, pada akhirnya malah putrinya yang terkena imbas!Imelda berpikir beberapa saat. Sepertinya memang ada yang membantu Claire secara diam-diam. Jika tidak, mana mungkin Claire bisa bersikap begitu congkak! Bahkan, Javier juga bisa tergoda olehnya.Hal yang lebih mengejutkan adalah River yang terkenal akan kekuasaan besar di kalangan kelas atas itu malah mengakui Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan orang yang terus membantu Claire adalah River?Hanya saja, River juga telah berusia 40-an tahun. Umurnya hampir sebaya dengan Imelda. Dia malah menganggap Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan … gara-gara si Vina?Imelda berpikir sejenak. Dia memang tidak pernah bertemu dengan Vina, tapi dia pernah mendengar cerita tentang Vina.Waktu itu, Vina membantu Rendy merintis Perusahaan Vienna di ibu kota. Dia bisa membantu Rendy untuk mengembangkan kariernya, dapat diketahui bahwa Vina memilik
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs