Ternyata Claire juga telah terjerumus!Lelaki itu telah pergi meninggalkan ruangannya.“Claire!”Begitu membalikkan tubuhnya, dia langsung dipeluk oleh Candice. “Hmm, hmm, kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu nggak lagi di Perusahaan Vienna!”Candice terdiam sejenak. Tiba-tiba dia melepaskan Claire, lalu mengendus aroma di tubuh Claire. “Kenapa ada parfum cowok di tubuhmu?”Jantung Claire langsung berdegup kencang. Dia mengalihkan tatapannya, lalu berkata, “Apa iya?”“Iya!” Candice kembali mengendus aromanya, lalu mengerutkan keningnya. “Aroma parfum Gucci. Aku sangat familier dengan aroma ini. Ahh! Jangan-jangan aroma parfum Tuan Javier?”Claire menoel kepala Candice. “Kurasa ada yang salah dengan hidungmu. Untuk apa kamu mencariku?”“Sudah lama kita nggak berjumpa, apa kamu nggak kangen sama aku? Hmph! Ternyata kamu melupakan sahabatmu setelah memiliki lelaki.” Candice melipat kedua tangannya, lalu mendengus dingin.Claire berjalan duduk di depan meja kerjanya. “Hehe, bukannya
Bahkan Javier juga terpikat padanya. Pernah beberapa kali Imelda ingin melawan wanita murahan itu, pada akhirnya malah putrinya yang terkena imbas!Imelda berpikir beberapa saat. Sepertinya memang ada yang membantu Claire secara diam-diam. Jika tidak, mana mungkin Claire bisa bersikap begitu congkak! Bahkan, Javier juga bisa tergoda olehnya.Hal yang lebih mengejutkan adalah River yang terkenal akan kekuasaan besar di kalangan kelas atas itu malah mengakui Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan orang yang terus membantu Claire adalah River?Hanya saja, River juga telah berusia 40-an tahun. Umurnya hampir sebaya dengan Imelda. Dia malah menganggap Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan … gara-gara si Vina?Imelda berpikir sejenak. Dia memang tidak pernah bertemu dengan Vina, tapi dia pernah mendengar cerita tentang Vina.Waktu itu, Vina membantu Rendy merintis Perusahaan Vienna di ibu kota. Dia bisa membantu Rendy untuk mengembangkan kariernya, dapat diketahui bahwa Vina memilik
Jerry mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan suara gemasnya, “Jadi, kenapa kamu membantuku?”“Siapa yang lagi bantu kamu?” Louis mengerutkan keningnya. “Hei bocah, apa begini caramu berbicara dengan guru?”“Aku bukan bocah!” Jerry menggembungkan pipinya.Louis mengangkat tangannya untuk menunjuk tinggi badannya. “Kamu masih sependek ini, apa kamu bukan bocah?”Jerry langsung menjawab, “Memangnya aku nggak bisa tumbuh besar?”“Pftz, sekarang kamu masih bocah.” Louis menyadari anak kecil ini sangat pintar dan tidak takut pada dirinya, apalagi tadi dia mendapatkan nilai yang cukup bagus di dalam pertandingan. Dia semakin penasaran dengan bocah ini.Hanya saja, wajah bocah ini terlihat agak familier.“Aku mau pergi latihan dulu. Sampai jumpa, Pak Louis.” Jerry berkacak pinggang, lalu berjalan meninggalkannya.Melihat langkah Jerry semakin jatuh lagi, Louis semakin penasaran dengan anak kecil itu. Entah dari keluarga mana dia berasal.Setelah pulang sekolah, Jody dan Jessie menaiki mobil
Lelaki berengsek itu malah ingin Claire melahirkan anak untuknya?Jangan harap!“Dasar berengsek! Dasar nggak tahu malu! Setiap hari kerjaannya cuma menguasai tubuhku saja! Mimpi sana!” Claire merepet sambil melipat pakaiannya. Dia berencana untuk mengambil barang-barangnya, lalu tidur di kamar Jessie.Namun, Claire tidak menyadari ternyata si lelaki sedang menatapnya dari belakang. Mendengar suara makian dari wanitanya, Javier tidak merasa marah sama sekali. Hanya saja, ketika membahas dia ingin sekali menguasai tubuh Claire, semua itu memang kenyataan!Claire memeluk pakaiannya hendak keluar kamar, tiba-tiba dia malah tertegun. Ekspresinya terlihat kaku.Sialan!Claire sungguh ceroboh!“Sudah selesai marah-marahnya?” Kedua mata Javier terus tertuju pada diri Claire. Jujur saja, Claire tampak sangat bertenaga ketika sedang marah. Selain itu, dia juga kelihatan sangat imut.Claire pun terdiam sejenak, lalu berjalan keluar. “Malam ini aku tidur di kamar Jessie.”Javier juga tidak melara
Dulu ketika Kayla membuat keonaran, Rendy akan selalu membelanya. Sekarang Rendy malah mengabaikan putrinya. Semua ini gara-gara Claire!Imelda tidak berbicara. Dia hanya sedang memikirkan sesuatu.Selesai Kayla sarapan, Imelda baru masuk ke dalam ruang baca Rendy. Dia sungguh penasaran apa yang sedang dilakukan Rendy. Setelah mengubrak-abrik ruangan, Imelda pun merasa sangat kaget. Benda-benda lama itu adalah barang peninggalan Vina!Kedua mata Imelda memerah. Ternyata Rendy bersembunyi di dalam ruang baca untuk membereskan barang peninggalannya?Sialan! Ternyata si lelaki tua itu masih memikirkan wanita yang sudah mati itu!Imelda langsung membongkar barang peninggalan itu dan dia pun semakin terkejut lagi. Dia tidak menemukan satu lembar pun foto Vina, semuanya hanyalah barang-barang yang tidak diinginkan Vina lagi. Dia juga tidak tahu apa gunanya Rendy menyimpan barang-barang ini.Tiba-tiba Imelda menemukan sebuah kotak kayu merah. Kotak dibuka, lalu tampak sebuah gelang kuno yang
Claire pun terkejut. Dia spontan menunduk. “Kenapa kamu tiba-tiba bersedia untuk memberi tahu masalah ini kepadaku?”Dulu Rendy tidak bersedia untuk mengungkit masalah ibunya. Bahkan, Claire mengira dia telah melupakan mantan istrinya. Apalagi ketika melihat Rendy begitu melindungi Imelda dan Kayla, dia sungguh merasa sakit hati.Rendy dapat melihat kekecewaan di mata Claire. Dia pun berkata, “Aku tidak bersedia mengatakannya karena aku tidak ingin mengungkit masalah itu lagi.”“Aku sungguh penasaran kenapa kamu begitu membenci ibuku?”Padahal Vina telah membesarkan anak untuknya, pada akhirnya dia malah tidak bisa dibandingkan dengan Imelda?Rendy menggertakkan giginya. “Kamu tidak tahu masalah aku dengan ibumu. Apa kamu merasa aku benar-benar membencinya?” Claire memalingkan kepalanya dengan tidak acuh. Dia tidak berbicara.“Claire, sebenarnya kamu tidak tahu, aku dan ibumu menikah bukan karena memiliki perasaan. Ibumu yang datang mencariku.”Bukan karena memiliki perasaan?Claire t
Rendy menggunakan waktu dua tahun berharap bisa menggerakkan hati Vina. Selain buah hatinya, Vina tidak pernah mencintainya.Setelah Claire beranjak dewasa, kondisi tubuh Vina semakin memburuk. Waktu itu, Rendy baru tahu karena Vina tahu nyawanya tidak panjang lagi, dia baru memilih untuk memberikan seorang anak kepadanya.Ini adalah tebusan Vina terhadap Rendy, tebusan yang terdengar konyol. Bahkan, setelah Vina meninggal, Rendy masih membencinya!Sebab, sampai mati pun, Vina tidak meninggalkan ucapan apa-apa.Selama beberapa tahun ini, Claire semakin mirip dengan ibunya saja. Alhasil luka di hati Rendy semakin sakit lagi.Jadi, Rendy baru menjemput Imelda dan Kayla. Dia ingin mengalihkan perhatiannya ke diri Kayla. Namun, bukannya Rendy tidak peduli dengan Claire. Dia hanya tidak ingin dirinya mengingat sosok Vina lagi.Rendy duduk di sofa sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.Sementara, wajah Claire sudah terlihat pucat. Selama ini, dia mengira ayahnya telah berselingkuh, t
Jessie pun tertawa.“Anak haram, apa yang sedang kamu tertawakan?” Kayla semakin murung ketika mendengar suara tawa Jessie. Dia masih belum memberi pelajaran kepada mereka berdua.Candice mengadang Kayla. “Kayla, kamu mau ngapain? Ini restoran, kalau kamu ingin buat onar, jangan di sini! Jangan ganggu tamu lain.”Lelaki yang mengenakan headset menunggu di depan meja resepsionis awalnya datang untuk membeli makan siang. Ketika mendengar suara ricuh di dalam sana, dia spontan mengerutkan keningnya. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan dia. Dia juga tidak berencana untuk ikut campur. Namun, para tamu kelihatan terganggu dengan suara mereka. Pelayan maju untuk menenangkan, tapi dia malah dimarahi Kayla.Siapa sangka, saking geramnya Kayla, dia langsung menyiram kopi ke sisi Candice. Semua orang di dalam restoran sungguh syok.“Ibu!” Jody pun berdiri. Dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu menyiramkan segelas air ke wajah Kayla. Alhasil, riasan Kayla jadi berantakan.“Dasar anak kurang
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t