Bahkan Javier juga terpikat padanya. Pernah beberapa kali Imelda ingin melawan wanita murahan itu, pada akhirnya malah putrinya yang terkena imbas!Imelda berpikir beberapa saat. Sepertinya memang ada yang membantu Claire secara diam-diam. Jika tidak, mana mungkin Claire bisa bersikap begitu congkak! Bahkan, Javier juga bisa tergoda olehnya.Hal yang lebih mengejutkan adalah River yang terkenal akan kekuasaan besar di kalangan kelas atas itu malah mengakui Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan orang yang terus membantu Claire adalah River?Hanya saja, River juga telah berusia 40-an tahun. Umurnya hampir sebaya dengan Imelda. Dia malah menganggap Claire sebagai keponakannya. Jangan-jangan … gara-gara si Vina?Imelda berpikir sejenak. Dia memang tidak pernah bertemu dengan Vina, tapi dia pernah mendengar cerita tentang Vina.Waktu itu, Vina membantu Rendy merintis Perusahaan Vienna di ibu kota. Dia bisa membantu Rendy untuk mengembangkan kariernya, dapat diketahui bahwa Vina memilik
Jerry mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan suara gemasnya, “Jadi, kenapa kamu membantuku?”“Siapa yang lagi bantu kamu?” Louis mengerutkan keningnya. “Hei bocah, apa begini caramu berbicara dengan guru?”“Aku bukan bocah!” Jerry menggembungkan pipinya.Louis mengangkat tangannya untuk menunjuk tinggi badannya. “Kamu masih sependek ini, apa kamu bukan bocah?”Jerry langsung menjawab, “Memangnya aku nggak bisa tumbuh besar?”“Pftz, sekarang kamu masih bocah.” Louis menyadari anak kecil ini sangat pintar dan tidak takut pada dirinya, apalagi tadi dia mendapatkan nilai yang cukup bagus di dalam pertandingan. Dia semakin penasaran dengan bocah ini.Hanya saja, wajah bocah ini terlihat agak familier.“Aku mau pergi latihan dulu. Sampai jumpa, Pak Louis.” Jerry berkacak pinggang, lalu berjalan meninggalkannya.Melihat langkah Jerry semakin jatuh lagi, Louis semakin penasaran dengan anak kecil itu. Entah dari keluarga mana dia berasal.Setelah pulang sekolah, Jody dan Jessie menaiki mobil
Lelaki berengsek itu malah ingin Claire melahirkan anak untuknya?Jangan harap!“Dasar berengsek! Dasar nggak tahu malu! Setiap hari kerjaannya cuma menguasai tubuhku saja! Mimpi sana!” Claire merepet sambil melipat pakaiannya. Dia berencana untuk mengambil barang-barangnya, lalu tidur di kamar Jessie.Namun, Claire tidak menyadari ternyata si lelaki sedang menatapnya dari belakang. Mendengar suara makian dari wanitanya, Javier tidak merasa marah sama sekali. Hanya saja, ketika membahas dia ingin sekali menguasai tubuh Claire, semua itu memang kenyataan!Claire memeluk pakaiannya hendak keluar kamar, tiba-tiba dia malah tertegun. Ekspresinya terlihat kaku.Sialan!Claire sungguh ceroboh!“Sudah selesai marah-marahnya?” Kedua mata Javier terus tertuju pada diri Claire. Jujur saja, Claire tampak sangat bertenaga ketika sedang marah. Selain itu, dia juga kelihatan sangat imut.Claire pun terdiam sejenak, lalu berjalan keluar. “Malam ini aku tidur di kamar Jessie.”Javier juga tidak melara
Dulu ketika Kayla membuat keonaran, Rendy akan selalu membelanya. Sekarang Rendy malah mengabaikan putrinya. Semua ini gara-gara Claire!Imelda tidak berbicara. Dia hanya sedang memikirkan sesuatu.Selesai Kayla sarapan, Imelda baru masuk ke dalam ruang baca Rendy. Dia sungguh penasaran apa yang sedang dilakukan Rendy. Setelah mengubrak-abrik ruangan, Imelda pun merasa sangat kaget. Benda-benda lama itu adalah barang peninggalan Vina!Kedua mata Imelda memerah. Ternyata Rendy bersembunyi di dalam ruang baca untuk membereskan barang peninggalannya?Sialan! Ternyata si lelaki tua itu masih memikirkan wanita yang sudah mati itu!Imelda langsung membongkar barang peninggalan itu dan dia pun semakin terkejut lagi. Dia tidak menemukan satu lembar pun foto Vina, semuanya hanyalah barang-barang yang tidak diinginkan Vina lagi. Dia juga tidak tahu apa gunanya Rendy menyimpan barang-barang ini.Tiba-tiba Imelda menemukan sebuah kotak kayu merah. Kotak dibuka, lalu tampak sebuah gelang kuno yang
Claire pun terkejut. Dia spontan menunduk. “Kenapa kamu tiba-tiba bersedia untuk memberi tahu masalah ini kepadaku?”Dulu Rendy tidak bersedia untuk mengungkit masalah ibunya. Bahkan, Claire mengira dia telah melupakan mantan istrinya. Apalagi ketika melihat Rendy begitu melindungi Imelda dan Kayla, dia sungguh merasa sakit hati.Rendy dapat melihat kekecewaan di mata Claire. Dia pun berkata, “Aku tidak bersedia mengatakannya karena aku tidak ingin mengungkit masalah itu lagi.”“Aku sungguh penasaran kenapa kamu begitu membenci ibuku?”Padahal Vina telah membesarkan anak untuknya, pada akhirnya dia malah tidak bisa dibandingkan dengan Imelda?Rendy menggertakkan giginya. “Kamu tidak tahu masalah aku dengan ibumu. Apa kamu merasa aku benar-benar membencinya?” Claire memalingkan kepalanya dengan tidak acuh. Dia tidak berbicara.“Claire, sebenarnya kamu tidak tahu, aku dan ibumu menikah bukan karena memiliki perasaan. Ibumu yang datang mencariku.”Bukan karena memiliki perasaan?Claire t
Rendy menggunakan waktu dua tahun berharap bisa menggerakkan hati Vina. Selain buah hatinya, Vina tidak pernah mencintainya.Setelah Claire beranjak dewasa, kondisi tubuh Vina semakin memburuk. Waktu itu, Rendy baru tahu karena Vina tahu nyawanya tidak panjang lagi, dia baru memilih untuk memberikan seorang anak kepadanya.Ini adalah tebusan Vina terhadap Rendy, tebusan yang terdengar konyol. Bahkan, setelah Vina meninggal, Rendy masih membencinya!Sebab, sampai mati pun, Vina tidak meninggalkan ucapan apa-apa.Selama beberapa tahun ini, Claire semakin mirip dengan ibunya saja. Alhasil luka di hati Rendy semakin sakit lagi.Jadi, Rendy baru menjemput Imelda dan Kayla. Dia ingin mengalihkan perhatiannya ke diri Kayla. Namun, bukannya Rendy tidak peduli dengan Claire. Dia hanya tidak ingin dirinya mengingat sosok Vina lagi.Rendy duduk di sofa sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.Sementara, wajah Claire sudah terlihat pucat. Selama ini, dia mengira ayahnya telah berselingkuh, t
Jessie pun tertawa.“Anak haram, apa yang sedang kamu tertawakan?” Kayla semakin murung ketika mendengar suara tawa Jessie. Dia masih belum memberi pelajaran kepada mereka berdua.Candice mengadang Kayla. “Kayla, kamu mau ngapain? Ini restoran, kalau kamu ingin buat onar, jangan di sini! Jangan ganggu tamu lain.”Lelaki yang mengenakan headset menunggu di depan meja resepsionis awalnya datang untuk membeli makan siang. Ketika mendengar suara ricuh di dalam sana, dia spontan mengerutkan keningnya. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan dia. Dia juga tidak berencana untuk ikut campur. Namun, para tamu kelihatan terganggu dengan suara mereka. Pelayan maju untuk menenangkan, tapi dia malah dimarahi Kayla.Siapa sangka, saking geramnya Kayla, dia langsung menyiram kopi ke sisi Candice. Semua orang di dalam restoran sungguh syok.“Ibu!” Jody pun berdiri. Dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu menyiramkan segelas air ke wajah Kayla. Alhasil, riasan Kayla jadi berantakan.“Dasar anak kurang
Lagi pula, siapa pun tahu ibunya Louis adalah nona besar dari keluarga konglomerat di Negara Shawana.Louis menatap si wanita dengan tidak acuh. Sebenarnya Louis tidak ingin meladeninya, tetapi Kayla malah menarik tangannya. “Maaf, tadi aku terlalu gegabah. Aku ingin berterima kasih sama kamu karena kamu telah menghentikanku ….”“Lepaskan ….”Tiba-tiba tatapan galak Louis tertuju pada gelang di tangan kanan Kayla dan tatapannya pun berubah. Dia tiba-tiba meraih pergelangan tangan Kayla dan bertanya, “Dari mana asal gelang ini?”Kayla pun terkejut. Kenapa Louis menanyakan masalah gelang?“Jawab pertanyaanku!”“Ini … ini ….” Kayla merasa Louis sangat peduli dengan gelang ini. Jangan-jangan dia memiliki hubungan dengan ibunya wanita jalang itu?Berhubung seperti ini, Kayla pun … menjawab, “Ini pemberian ibuku.”Louis menatapnya, lalu bertanya, “Ibumu itu Vina?”Kayla merasa gugup. Mana mungkin ibunya adalah Vina? Hanya saja, apa hubungan Vina dengan Keluarga Kenata?Kayla bertanya dengan
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs