Javier memeluk Claire dari belakang. Detak jantungnya berdetak kencang. “Tiga tahun lalu, kamu di seberang, sedangkan aku di sini.”Setelah berbicara, Javier membenamkan kepala ke dalam leher Claire. “Tiga tahun lalu, kamu datang untuk melelang perhiasan. Tapi malam ini, aku ingin beri kamu perhiasan yang paling bagus.”Acara lelang akhirnya dimulai. Di atas panggung sedang dipajang barang lelang pertama, yaitu berlian merah muda dari Negara Anggara. Para hadirin mulai membuka harga.Claire melihat Javier yang tidak bergerak sama sekali. Sepertinya tujuan kedatangan Javier bukan demi berlian ini. Dia juga mulai penasaran perhiasan apa yang hendak Javier hadiahkan kepadanya.Setelah beberapa produk dilelang, Javier masih saja tidak membuka harga. Claire yang penasaran itu segera mendekatinya. “Aku mulai penasaran.”Javier mendekati telinganya. “Penasaran, ya?”Claire tersenyum. “Apa mungkin aku nggak penasaran? Aku lihat pelelangan di bawah sana nggak begitu sengit. Sepertinya ada baran
Javier memeluk Claire. “Bagaimana cara kamu berterima kasih?”Claire menjinjit ujung kakinya, lalu mencium bibir Javier. “Ini adalah hadiah yang paling aku sukai dari semua jenis hadiah. Aku akan menyimpannya untuk selamanya.”Javier mengecup kening Claire. “Yang penting Claire gembira.”Keesokan harinya, di akademi musik.Bunga-bunga tampak telah bermekaran menghiasi seisi taman. Orang-orang tampak lalu lalang di koridor. Saat ini, para guru sedang mengobrol. “Dengar-dengar Angie akan kembali mengajar lagi? Seingatku, dia jurusan nari balet, ‘kan?” “Memangnya kenapa kalau dia belajar nari balet? Dia pernah dapat banyak penghargaan atas bakat pianonya. Wajar kalau dia kembali jadi mentor di sini.”“Dengar-dengar dia itu satu angkatan dengan Louis. Dia itu bunga kampus angkatan musik modern. Seandainya mereka jadian di masa kuliah dulu, sepertinya mereka akan menjadi pasangan yang paling serasi. Sayangnya, waktu itu Louis nggak punya pemikiran seperti ini.”Guru wanita di samping berd
Candice tertegun.Johan berjalan ke hadapan Candice, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Candice, kita tidak bisa mengharapkan orang lain. Saat orang lain merasa musik tradisional itu membosankan, kamu pun harus membuktikannya kepada orang lain.”Setelah mendengar masukan dari Johan, Candice yang tadinya bingung pun mulai berpikiran jernih.Candice tersenyum. “Aku mengerti. Terima kasih, Pak Johan.”Candice memberi hormat kepada Johan, lalu meninggalkan ruangan. Johan menatap kepergian Candice dengan tersenyum puas.Beberapa hari kemudian, Candice mengumpulkan beberapa murid jurusan musik tradisional. Mereka semua kelihatan sangat bingung. “Bu Candice, kenapa kamu panggil kami ke sini?”Candice melihat lirik lagu di tangannya sembari tersenyum. “Kita bikin grup musik saja!”Seorang wanita merasa bingung. “Grup musik?”Wanita yang satunya lagi menghela napas. “Kita hanyalah murid jurusan musik tradisional, memangnya bisa bikin grup seperti apa? Sepertinya murid jurusan musik modern bakal ter
“Tapi semua itu adalah instrumen musik luar negeri. Kalian semua belajar instrumen mereka untuk mengembangkan reputasi negara orang lain. Kemudian, kalian bakal bangga ketika mengatakan bahwa negara kita nggak ada alat musik yang bisa dibanggakan, gitu?”Candice tersenyum sinis. “Alat musik seperti kecapi sudah memiliki sejarah selama 2.500 tahun. Selain itu, seruling awalnya muncul di negara kita sekitar abad ke-3 Masehi. Seruling juga memiliki sejarah panjang. Suaranya jernih dan gagah, memiliki daya tarik yang kuat. Apa ada instrumen musik modern yang bisa dibandingkan dengan warna dan karakteristik seruling? Apakah saksofon bisa dibandingkan dengan seruling?”Seorang murid yang belajar saksofon pun terkejut. Dia menggeleng dengan bingungnya.Kali ini, Candice kembali tersenyum lagi. “Padahal sejarah alat musik tradisional jauh lebih lama daripada alat musik modern, atas dasar apa musik tradisional diremehkan orang-orang.”Seusai berbicara, Candice melompat ke bawah panggung, lalu b
Seusai berbicara, Candice menepis tangan Louis, lalu berkata dengan serius, “Aku nggak suka lihat sikap arogan mereka. Heh!”Louis mencubit pipi Candice yang menggembung. “Kalau aku tidak datang, sepertinya kalian bakal berantem?”Candice menatapnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini, dia pun tidak berbicara lagi.Pada saat ini, seorang wanita cantik dengan berpakaian terusan panjang berdiri di dekat mereka. Tampak senyuman manis di wajahnya. “Kak Louis.”Candice melihat Louis sekilas. Sepertinya banyak sekali teman lawan jenis Louis. Wanita yang berjalan kemari masih kalah cantik jika dibandingkan dengan Chelsea. Namun, dia cukup berwibawa.Tanpa perlu menebak, Candice juga tahu siapa wanita ini. Sepertinya dia adalah guru wanita yang sering diperbincangkan dalam beberapa hari ini, Angie.Chelsea adalah model terkenal di ranah internasional. Dia cantik dan berwibawa. Sementara, Angie mendalami balet. Dia kelihatan sangat lembut.Louis melihat wanita itu beberapa kali, lalu b
Louis mengagumi “pertunjukan” Candice, lalu berkata, “Kamu juga bisa panggil aku seperti itu.”Candice merasa jijik. “Aku nggak mau.”Louis mencondongkan tubuhnya untuk mendekati Candice. “Bukannya lebih mesra kamu ketika panggil aku ‘Suamiku’?”Candice pun terkejut. Dia segera mengalihkan pandangannya. “Oh ya? Aku nggak panggil, kok. Kamu pasti salah dengar.”Kedua tangan Louis mencubit pipi Candice. Dia memaksa Candice untuk bertatapan dengannya. “Kamu malah pura-pura bego? Hah?”Belum sempat Candice membalas, Louis langsung menunduk untuk menciumnya. Candice merasa syok, spontan memukulnya. “Berengsek! Kamu malah …. Uhm!”Louis juga tidak peduli dirinya sedang di mana. Dia langsung menindih Candice di tembok, lalu melahap kemanisan di bibirnya.Saat menyadari ada yang melewati, Candice segera mendorongnya, lalu membalikkan tubuhnya. Dia mengibaskan tangannya berusaha untuk memudarkan rasa panas di wajahnya.“Pak Louis.” Murid sedang menyapanya.Louis mengiakan.Candice bersembunyi d
Keesokan harinya, Candice mengenakan kaus longgar Louis duduk bersila di atas sofa. Dia sedang menunggu pakaiannya.Setelah mendengar suara bel, Candice pergi membukakan pintu dengan riang. Namun, ketika melihat wanita di luar sana adalah Chelsea, raut wajah Candice langsung menjadi muram. “Kenapa kamu ke sini?”Chelsea mengamati Candice sekilas, lalu tersenyum. “Wah, ada pengantin baru.”Saat Candice hendak menutup pintu, pintu malah ditahan oleh Chelsea. Kemudian, dia memasukkan kantongan pakaian merek terkenal ke dalam pelukan Candice. “Ambillah, kalau bukan karena Louis, aku juga nggak ingin ke sini.”Seusai berbicara, Chelsea mengenakan kacamata hitam, lalu berjalan pergi. Candice terbengong di tempat, lalu membuang kantongan ke lantai. Saking emosinya, dia mengentakkan kakinya. “Louis, aku ingin habisi kamu!”Seusai melampiaskan amarahnya, Candice kembali memungut pakaiannya. Sudahlah, dia juga tidak ada pilihan lain!Setelah Chelsea kembali ke mobil, dia menerima pesan masuk dar
Candice terjatuh ke lantai. Telapak tangannya terluka akibat terkena pecahan batu. Dia merintih kesakitan sembari mengepalkan tangannya.Guru wanita itu melipat kedua tangannya. “Sandiwara lagi! Baru saja didorong sedikit, malah jatuh?”“Jangan-jangan kamu bakal ngadu kalau kami menindasmu? Jelas-jelas kamu jatuh sendiri, malah salahin kami.”“Kalian ….” Baru saja Candice hendak memaki. Seorang wanita berjalan mendekat dengan membawa ponsel. “Maaf semuanya, tadi aku nggak sengaja merekam gambaran yang sangat seru. Apa video ini bisa jadi bukti nona yang satu ini?”Candice memalingkan kepalanya, lalu terbengong sejenak. Kenapa Chelsea bisa ke sini?Raut wajah guru wanita yang tadi pun berubah.Ketika melihat kedatangan Chelsea, Angie pun tersenyum. “Kak Chelsea, kenapa kamu bisa kemari?”Angie berjalan ke sisi Chelsea. “Kak Chelsea, kamu jangan salah paham. Dia jatuh sendiri.”Candice pun berdiri.Chelsea memalingkan kepalanya untuk melihat Angie. “Apa aku dekat sama kamu?”Senyuman di