Pada saat itu di dalam ruangan Andrew, Andrew yang tadi sempat minum alkohol saat makan siang tadi sedang memejamkan matanya dan bersiap untuk tidur siang sejenak. Mendengar pintu ruangannya terbuka, dia juga tidak membuka matanya, karena dia tahu di departemen pemasaran ini tidak ada orang yang berani menerobos masuk kedalam ruangannya. Dan yang berani melangkah masuk kedalam ruangannya hanyalah Lisa seorang, kalau orang lain masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu pasti akan dihukum olehnya.“Lisa, kebetulan sekali kamu kemari, cepat bantu aku untuk memijat kepalaku, rasanya sakit sekali,” Andrew berkata dengan matanya yang masih terpejam.Sarah menatap Andrew dengan wajah muram. “Kamu sedang menyuruhku memijat kepalamu?”Baru saja Sarah menyelesaikan pertanyaannya, Andrew langsung membuka matanya. Dan saat dia melihat Sarah sedang berdiri dihadapannya dan menatapnya dengan muram, raut wajah Andrew langsung memucat.Andrew terkejut dan segera berdiri dengan panik, dia sampai terjat
“Oh iya, kenapa Paman dan Bibi tidak tinggal di Villa Ascalon lagi? Bukankah lingkungan disana cukup baik?” Sarah tiba-tiba teringat kalau ayah dan ibunya Nathan bersikeras meninggalkan Villa Ascalon langsung menanyakannya.“Itu, aku juga tidak tahu!” Nathan menggelengkan kepalanya, Nathan sampai sekarang tidak tahu kenapa orang tuanya bersikeras meninggalkan Villa Ascalon dan mengatakan hal-hal itu kepadanya. “Hanya saja, aku rasa ada orang yang mengatakan sesuatu pada mereka, makanya mereka memutuskan untuk pergi!”Setelah mendengar penjelasan Nathan, Sarah seketika menyadari sesuatu. “Sepertinya, pasti ini ulah Anton, keterlaluan sekali, dia kira dengan melakukan hal ini akan membuatku suka padanya, dia sudah melewati batasnya!”“Anton?” Nathan tercengang. “Manajer umum itu?”Nathan sekarang juga paham, kenapa saat dia sedang wawancara, Antonius tiba-tiba muncul dan memutuskan untuk menerimanya, ternyata dia sudah mengetahui identitasnya, tahu hubungannya dengan Sarah.“Benar, dia
“Lily, ayo ikut bersamaku!” Lisa menghentikan mobilnya dan melambaikan tangannya kepada Lily.Lily berjalan ke arah ke mobil wanita itu dengan langkah yang anggun dan tersenyum pada Lisa. “Terimakasih banyak Kak Lisa.”“Untuk apa sungkan-sungkan, duduk yang benar ya,” Selesai berkata, Lisa langsung menginjak pedal gasnya dengn kuat.Mobil itu melesat dengan cepat, membuat Lily terkejut dan berteriak. “Eh, Kak Lisa, Nathan …. dia belum naik ke mobil,” Lily mengira kalau Lisa akan sekalian mengantar Nathan, tapi tidak disangka dia langsung melajukan mobilnya dengan cepat.“Aku tidak mau dia menaiki mobilku!” Lisa berkata dengan pedas. “Jangan sampai mobilku kotor karenanya, lebih baik dia naik mobil orang lain atau naik taksi saja!”Lily juga tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya bisa terdiam menatap Nathan dari kaca spion. Dan pada saat Lisa melaju pergi, orang-orang yang dibelakang juga ikut melajukan mobilnya melewati Nathan, tidak ada seorang pun yang memberhentikan mobilnya dan m
Pada saat Nathan sedang menuju Kafe Valley, di dalam ruangan kantor mewah di Kafe Valley, seorang pria paruh baya dengan janggut sedang duduk di kursi kebesarannya.Pria paruh baya itu memiliki bekas luka di sudut matanya, dan dia sedang memegang cerutu di tangannya, di belakang pria paruh baya itu ada empat pria kekar dengan wajah yang garang dan dingin.Pria paruh baya itu adalah manajer Kafe Valley, Richard Stanley, yang juga merupakan seorang master di yayasan milik Klan Martyr, bisa menjadi pengurus Kafe Valley menunjukkan kalau Richard sangat dipandang oleh Ruis. Dan dihadapan Richard, manajer utama SW Company, Antonius Wijaya, juga sedang duduk disana. Tatapan mata Antonius terasa sedikit canggung, di sampingnya terletak sebuah koper hitam, dan melihat orang-orang yang ada di hadapannya membuat Antonius merasa gugup.Richard sedang merapikan cerutunya lalu menyalakannya dan berkata. “Ada urusan apa mencariku, cepat katakan!”“T-tuan Richard, saya ingin meminta bantuanmu untuk m
“Apa kamu tidak punya telinga? Aku pasti akan sampai terlebih dulu dibandingkan denganmu!” Nathan menatap Andrew sambil menyeringai dingin.Yang lainnya juga menatap Nathan dengan terkejut dan menghela nafas.“Nathan, kamu terbang kemari ya?”“Bajingan, apa kamu mengambil jalan pintas? Kenapa kamu bisa cepat sekali!”“Ini benar-benar mencengangkan, bagaimana dia bisa sampai terlebih dulu dibandingkan dengan kita?”Mereka semua menatap Nathan dengan tatapan tidak percaya dan bertanya padanya.“Aku melihat Nathan datang kemari dengan mobil Fortuner! Jadi, jangan berbicara sembarangan!” Lily mengatakan kalimat itu dengan rasa bangga.Saat mereka mendengar kalau Nathan naik Fortuner untuk kemari, tentu saja mereka tidak percaya, Andrew juga mendengus. “Apa dia pantas untuk menaiki mobil Fortuner? Bahkan, aku yakin dia saja tidak tahu bentuk mobil Fortuner itu seperti apa, pasti dia menyewa taksi dan mengambil jalan pintas, hal seperti itu saja berlagak sekali!”“Tapi, Nathan benar-benar n
Nathan tahu kalau Antonius tidak menyetujui Andrew untuk memecatnya, karena Antonius memutuskan untuk mempertahankannya, dia pasti tidak akan memecatnya begitu saja. “Apa katamu? Aku ini manajer departemen pemasaran, di departemen pemasaran hanya kata-kataku yang berlaku, kenapa aku tidak bisa memecat karyawan kecil sepertimu? Kamu kira karena Pak Anton ingin mempertahankanmu, lalu aku tidak bisa memecatmu, hah?!” dengus Andrew mengangkat alisnya mendekati Nathan. “Jika aku ingin memecatmu, aku pasti bisa melakukannya, di departemen pemasaran aku adalah raja!” Andrew berteriak dengan marah kepada Nathan sambil menunjuk keningnya. Brak! Namun, setelah dia selesai berteriak, pintu ruangan tiba-tiba terbuka, Antonius melangkah masuk. Melihat Antonius masuk, Andrew terkejut sampai berkeringat dingin, perkataannya barusan sedikit keterlaluan, dia bahkan tidak menganggap Antonius. “Pak Anton ….” Andrew gemetaran hebat, dan segera berinsiatif menarikkan kursi untuk Antonius. “Pak Antoniu
Nathan duduk di kursi itu, Andrew hanya bisa dengan pasrah duduk di kursi sebelah kiri Antonius, dan Lisa duduk disebelah Andrew. Kedua mata Lisa menatap Nathan dengan kebencian, kalau bukan karena Nathan, pasti dia sudah duduk disebelah Antonius. Dan jika hari ini dia bisa menyenangkan Antonius, bisa jadi Andrew diangkat menjadi manajer departemen pembelian, dan dia sendiri bisa menjadi manajer departemen pemasaran. Sekarang, dalam hati Lisa penuh dengan penyesalan karena sudah memasukkan Nathan ke perusahaan, kalau tahu akan seperti ini, dia tidak akan pernah merekomendasikan Nathan, ini sama saja dengan menambah bebannya sendiri! “Nathan, kalau bukan karena Pak Anton, apakah kamu bisa bergabung dengan perusahaan? Apa kamu bisa duduk dan makan disini? aku beritahu, dengan kemampuanmu itu, seumur hidup pun tidak akan bisa makan di Kafe Valley, dasar sampah!” Andrew memaki Nathan dengan wajah muram. Ini adalah saatnya untuk Andrew mengangkat dan menunjukkan kesetiaannya kepada Anton
Lisa terus mengusap wajah Andrew yang sudah bengkak dan memelototi Nathan dengan tatapan mata yang dingin. Segera, beberapa orang pelayan berjalan masuk dan menghidangkan lauk-pauk yang mewah dan segar. Semua lauk itu tidak ada yang murah, dan begitu menggugah selera. Setelah melihat meja yang penuh dengan hidangan, mata mereka akhirnya beralih dari Nathan, dan mereka semua seolah meneteskan air liur. Nathan mengangkat sumpitnya dan mulai makan terlebih dulu. Sikap Nathan membuat mereka sangat ingin mengomentarinya tapi tidak ada yang berani buka suara, apalagi karena Antonius juga tidak mengatakan apapun, jadi mereka hanya bisa diam. “Ayo semuanya, silahkan dimakan, tidak usah malu-malu,” Setelah Antonius berkata seperti itu, mereka yang sudah tidak bisa menahan diri langsung mulai melahap makanannya, bagaimana pun mereka hanyalah karyawan biasa, mereka tidak pernah memakan makanan semewah ini. Mata Lily yang melihat makanan lezat di hadapannya juga memanas, tapi dia masih bisa m
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b
“Kita hanya punya waktu tiga menit. Cepat, ruangannya ada di ujung sana!” peringatan Kaidar menggema, menyatu dengan desiran napas Nathan yang semakin cepat.Dengan langkah tergesa, Nathan berlari menuju sel paling ujung. Di balik pintu jeruji, pandangannya bertemu dengan sosok yang membuat seluruh tubuhnya tersentak: Sarah, terbaring di ranjang dengan fasilitas mewah yang tak seharusnya ada di penjara bawah tanah.“Sarah!” teriak Nathan, suaranya penuh kelegaan dan harapan.Mendengar panggilannya, Sarah melompat dari ranjang dan segera meraih tangan Nathan dengan erat, senyuman cemas tersamar di wajahnya. “Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” tanyanya dengan penuh kekaguman dan kekhawatiran, meski rasa lega karena melihatnya selamat mulai muncul.“Aku dibawa oleh seseorang,” jawab Nathan singkat, menahan diri dari mengungkapkan terlalu banyak agar tidak membuat Sarah khawatir. Namun, mata Nathan berkilau dengan aura membunuh yang hampir tak terselubungi, seolah mengancam.“Sial, auram
“Bayarannya, kamu harus menemani kami ke pulau Draken!” ujar Kaidar, suaranya berubah datar namun penuh misteri.Nathan tercengang, dia tak pernah menyangka bayaran yang diminta setinggi itu. “Pergi ke pulau Draken?” tanya Nathan, nada suaranya mengandung keheranan. “Naga Yang dan naga Yin di sana telah melewati masa kemunculan, dan aku telah menaklukkan naga Yang. Batu mata naganya kini milikku. Lantas, untuk apa kita kembali ke sana?”Kaidar menatap tajam, tak mau menunda lagi. “Kamu tak perlu tahu seluk-beluknya. Cukup jawab, bersedia atau tidak! Ingat, kekuatan kalian di sini masih jauh dari puncak. Kalau kalian menyerangku, aku tidak akan menahan diri.”Dalam sekejap, bayangan kekuatan beberapa sosok seorang puncak penguasa Ingras tingkat akhir, dan Ramos yang setidaknya berada pada tahap puncak penguasa Ingras tingkat akhir, menyeruak dalam pikiran Nathan. Dia sadar betul bahwa melawan mereka bukanlah pilihan.“Tenanglah, hanya aku dan Tuan Ramos yang akan ikut. Jika kelak kami
“Kedatanganku kali ini bukan untuk mengganggumu, melainkan untuk membantumu,” jawab Kaidar sambil tersenyum samar, seakan mencoba menenangkan ketegangan yang mulai terasa.“Membantuku? Bagaimana caramu?” Nathan mengernyit, waspada.Baru saja Bachira datang dengan peringatan, dan kehadiran Kaidar terasa terlalu kebetulan.“Saudara Nathan, aku sudah berjalan jauh. Bukankah lebih baik berbicara di tempat yang nyaman daripada di halaman terbuka?” ujar Kaidar, seraya melangkah masuk bersama rombongannya ke dalam kamar Nathan.Begitu memasuki ruangan, mata Kaidar langsung tertuju pada lukisan aliran sunyi di hamparan yang abadi. Tatapan yang tadinya ramah berubah menjadi penuh keserakahan. Merasakan bahaya, Nathan segera menyembunyikan lukisan itu ke dalam cincin ruang yang dikenakannya.Kaidar menatap cincin ruang tersebut dengan mata yang semakin menyala."Tuan Muda Kaidar, apakah kamu tidak ingin memperkenalkan rombonganmu?" tanya seorang pria pendek di sampingnya.Kaidar pun segera memp
Percaya diri yang semula menyelimuti Nathan perlahan berubah. Bagi Nathan, selama tidak ada kejutan yang tak terduga, Ryuki bukanlah tandingannya dalam pertarungan kali ini.Namun, perdebatan semakin memanas. Milan bertanya dengan nada tajam. “Tuan Nathan, apa rencanamu? Di atas arena, aturan seolah tak berlaku. Apakah aku harus menemui Tuan Ryujin dan memintanya untuk memberi peringatan? Kau hanya akan memukul Ryuki, dan jika Tuan Ryujin angkat bicara, Keluarga Zellon tidak akan tinggal diam.”Milan jelas ingin menghindari pertarungan yang brutal, dan sepertinya strategi pihak lawan sudah diperhitungkan matang-matang.“Tak perlu dipikirkan, jika mereka ingin bertarung, biarkan saja terjadi!” ujar Nathan dengan nada tegas, sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir keraguan.“Aku akan mengasingkan diri beberapa hari. Bila tidak ada urusan penting, jangan cari aku!” lanjutnya.Milan mengangguk singkat sebagai tanda setuju.Tak lama kemudian, seorang anggota polisi bergegas mendekat.