“Tuan Nathan, aku memohon sedikit petunjuk untuk anak ini!” Setelah Wenford menunjukkan keterampilannya dalam kekuatan Spiritual Roots, Alfred berkata dengan hormat kepada Nathan. Nathan menganggukkan kepalanya. “Teknik ini kuat dan ganas, memang bagus, tapi sayangnya peningkatan kekuatannya mengorbankan kecepatannya, pukulan ini terlalu lambat. Kamu harus tahu, tidak peduli betapa kuatnya kamu kalau kamu tidak bisa memukuli lawanmu, itu sia-sia!” Alfred yang mendengarnya mengangguk, pukulan Wenford ini memang sangat bertenaga dan kuat, dia sengaja meningkatkan kekuatan setiap pukulan dan tendangannya, dan ini membuat kecepatannya menurun. Wenford yang mendengar Nathan mengatakan bahwa kekuatan Spiritual Roots nya lambat, seketika menjadi tidak senang, ditambah dengan kemarahan yang sudah berada dalam hatinya, dia akan segera meledak. Dengan raut wajah tenggelam, dia berkata pada Nathan. “Bocah, kalau kamu benar-benar punya kemampuan, bertarung denganku! Biar aku tunjukkan pad
Kali ini, dia benar-benar menggunakan dua tinjunya, tapi sayang sekali, tidak peduli seberapa cepat tinjunya, dia tetap tidak bisa menyentuh sudut pakaian Nathan. Hanya dalam beberapa menit, Wenford sudah melayangkan lebih dari 100 pukulan, tapi tidak satu pun pukulan itu mengenai sasaran. "A-aahh …." Kemudian, Wenford berhenti, dia terengah-engah dan keningnya sudah dipenuhi dengan keringat dingin, tubuhnya juga sudah hampir kehabisan energi. Pada saat itu, Nathan masih melipat dua tangannya di belakang, dan tidak terlihat lelah, dia tersenyum ringan dan berkata. “Sekarang, apa kamu percaya kalau tinjumu itu lambat?” “Hmm, kamu hanya mengandalkan fleksibilitas mu saja, apa kamu berani beradu denganku? Dengan tubuhmu itu, satu pukulanku sudah bisa membuat semua tulangmu patah!” dengus Wenford yang masih belum puas. Mendengar itu, Nathan tersenyum. “Sekarang kamu saja sudah kehabisan energi, bagaimana bisa beradu denganku?” Bam! Setelah berkata, Nathan menghentakkan kakinya deng
Setelah mereka tiba, sebuah mobil hitam kecil melaju, dan seorang lelaki tua berambut putih yang mengenakan kacamata baca sambil memegang tongkat di tangannya berjalan keluar dari mobil. Stefano yang melihat itu bergegas menyambutnya. “Tuan Alan, hati-hati saat melangkah!” Melihat sikap Stefano, dia sangat menghormati lelaki tua itu, dan membantunya dengan hhati-hat. “Stefano, aku hanya memberi ayahmu muka, kalau tidak, aku yang sudah setua ini sudah tidak sanggup berlarian kesana kemari. Aku akan membantumu memeriksanya sekali ini, aku juga sudah harus pensiun!” “Tuan Alan, kalau kamu pensiun, maka akan menjadi kerugian bagi dunia perjudian batu giok!” Stefano bergegas memujinya. “Aku sudah tua, tubuhku tidak sanggup lagi!” Alan mengibaskan tangannya. “Hanya saja, aku dengar jumlah kali ini sangat besar, walaupun aku memandang wajah ayahmu, biayanya juga tidak boleh terlalu sedikit, paling sedikit ini!” Alan mengulurkan satu jarinya, dan menunjukkannya pada Stefano. “Satu milia
"Baik," Alan mengangguk, dan mengeluarkan kaca pembesar, lalu sebuah palu kecil, dan mulai berjalan ke tumpukan batu dan memilih secara acak. Ada begitu banyak batu kasar, kalau memeriksanya satu per satu itu tidak masuk akal. Jadi, Stefano hanya bisa memilih belasan batu secara acak, dan membiarkan Alan memeriksanya. Dan belasan batu itu tidak mewakili kualitas batu dari seisi mobil tadi, siapa pun tidak bisa memastikan, ini semua tergantung pada keberuntungan, perjudian batu giok sendiri juga mengandalkan keberuntungan. Dan saat Alan memeriksa batu-batu kasar dengan hati-hati, Nathan tiba-tiba mengernyit, dia berjalan ke tumpukan batu kasar lalu membungkuk dan mulai memilah. Melihat itu, Hagen melirik Nathan, dan tidak menghentikannya, dia mengira Nathan adalah bawahan yang dibawa oleh Stefano. Nathan terus memungut batu kasar yang ada di depannya, dan tidak lama kemudian, sebuah batu dengan permukaan halus dan berbentuk oval muncul di hadapan Nathan. Ada keterkejutan di mata Na
“Tuan Alan, aku sangat berterima kasih padamu, aku akan menelponmu lagi mengenai pembayaranmu nanti,” Stefano berkata dengan bersemangat. Alan mengangguk, dan kembali ke tempat duduknya, lalu mulai beristirahat, sepuluh miliar ini benar-benar mudah didapatkan. “Tuan Muda Stefano, aku sudah bilang kalau tumpukan batu ini adalah barang bagus, kalau kamu membelinya pasti akan menghasilkan keuntungan besar!” Hagen berkata pada Stefano. Stefano tersenyum. “Tuan Hagen, coba Anda buka harga, berapa harga satu mobil batu ini?” “Peraturan lama, Kristal Ruby dua kali lebih mahal daripada batu kasar lainnya, jadi seisi mobil ini harganya sekitar 100 milyar, tidak bisa dinegosiasikan. Kalau kamu membukanya dan menemukan beberapa Giok Zamrud, bahkan Kristal Ruby, modalmu pasti sudah kembali. Selain itu, biaya pengiriman untuk Kristal Ruby sangat tinggi,” Hagen menunjukkan jarinya sambil berkata. Stefano ragu-ragu lalu memandang Nathan, karena sekarang Nathan adalah pemegang saham terbesar, da
“Tuan Alan, karena kamu menginginkannya, maka aku juga akan memberikan diskon, cukup bayar 80 miliar. Namun, aku mau kamu mentransfernya langsung, aku tidak memberikan pinjaman!” “Tidak masalah, aku akan segera mentransfernya untukmu!” Alan seketika merasa senang, dia bisa mendapatkan penawaran besar ini bahkan dengan 20 miliar lebih murah. Karena uangnya sendiri tidak cukup, Alan mulai menelpon untuk meminjam uang, lalu memanggil orang kemari untuk mengangkut batu kasar itu. Sekitar satu jam kemudian, uang Alan akhirnya terkumpul dan mentransfernya langsung kepada Hagen. Melihat batu-batu kasar itu, Alan menjadi sangat bersemangat, dia menatap Stefano dengan dingin. “Hari ini aku akan menunjukkan kepada kalian wahai anak muda, apa itu batu-batu yang berkualitas. Batu-batu yang sudah kuperiksa masih ada yang berani mengatakan itu sampah?!” Setelah berkata, Alan memerintahkan seseorang untuk memotong belasan batu yang dia lihat tadi. Saat batu itu dipotong, Alan memperlihatkan waja
“Tuan Nathan, kita mau kemana?” Dalam perjalanan, Stefano bertanya pada Nathan. “Pergi mencari batu-batu, bawa aku melihat semua batu giok yang ada di Kota Boulmer, aku sekarang kekurangan uang!” Nathan berkata tanpa ragu-ragu. “Baik!” Stefano tampak bersemangat dan membawa Nathan pergi ke jalanan tempat penjualan batu-batu giok. Setelah berkeliling sepanjang sore, Stefano dan Nathan menyapu jalanan di Kota Boulmer, tidak peduli batu kasar seperti apa, mereka bisa membuka batu yang berisi giok berharga. Setelah melihat hampir seluruh batu kasar yang ada di Kota Boulmer, seperti giok sapphire, kristal ruby, giok zamrud, dan lain-lain. Stefano akan menjual batu-batu itu langsung di tempat, dan langsung menukarnya dengan uang. “Hebat! Tuan Nathan, hari ini kita sudah berhasil menghasilkan dua triliun!” dalam perjalanan mengantar Nathan pulang ke rumah, Stefano berseru dengan girang. Nathan bersandar pada kursi, dan beristirahat dengan mata yang sedikit terpejam. Uang dua triliun ma
Keesokan harinya. Saat matahari mulai menampakkan dirinya, Nathan menelpon Nicole dan mentransferkan uang yang ada di rekeningnya pada Nicole. "Nicole, bawa uang ini menuju Unique Care, untuk sisanya, aku akan mencarinya. Minta mereka untuk memberikan beberapa hari lagi." [Baik, Tuan!] Terdengar suara wanita itu di ujung telepon. "Terima kasih, maaf sudah merepotkanmu!" Setelah berkata itu, Nathan langsung menutup telepon, dan pergi menemui Ryzen. Saat tahu Nathan dan Sarah hendak pulang ke Kota Vale, Ryzen bergegas mengendarai mobil dan menjemput Nathan. “Ryzen, kamu tidak perlu pulang, cari saja seseorang yang bisa dipercaya untuk mengurus Nocturnal!” Nathan tahu, saat ini Ryzen dan Nicole berada di saat yang sangat penting, jadi dia ingin mereka berdua bersama dan menumbuhkan lebih banyak perasaan. Ryzen tahu maksud Nathan, dan wajahnya sedikit memerah. “Tuan Nathan, kali ini aku pulang juga sekalian mengurus Nocturnal, dan saat kamu kembali ke Kota Boulmer, aku a
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u