“Tunggu!” Nathan melangkah maju dan meletakkan tangannya pada kening Martin.Heryani menatap Nathan dengan bingung, dan saat itu Kevin teringat kalau Nathan mampu menyembuhkan penyakitnya.“Nyonya Heryani, Nathan mampu menyembuhkanku, biarkan dia memeriksanya!” Kevin menjelaskan kepada Heryani.Mendengar itu, Heryani hanya mengangguk, dia masih ragu-ragu pada Nathan, keningnya sudah berkeringat dingin.Setelah Nathan memeriksa Martin, raut wajahnya menjadi sangat serius, dan keningnya mengernyit erat.“Nathan, apakah keadaan Walikota Martin sangat parah?” Melihat ekspresi Nathan, Kevin sedikit panik.Kalau sesuatu sampai terjadi pada Martin, dimana lagi bisa menemukan pemimpin seperti dia."Tuan Martin baru saja pingsan karena darahnya tinggi, bukan masalah besar!" Nathan menggelengkan kepalanya, saat ini Nathan mengkhawatirkan hal lain.Ada seseorang yang menggunakan teknik fushi di dalam tubuh Martin, dan ini membuat Nathan yakin kalau orang yang melakukannya adalah investor ber
“Nathan apakah yang kamu katakan benar? Kamu yakin?” Kevin bertanya pada Nathan. Nathan menganggukkan kepalanya.Kevin yang melihat Nathan mengangguk juga segera berkata pada Martin. “Walikota Martin, Nathan mengerti tentang energi spiritual, dia juga bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh orang biasa seperti kita, sebaiknya kamu—”“Diam!” Martin mengernyitkan keningnya. “Kevin, percuma kamu ssudah berusia tua seperti ini, kenapa kamu percaya saja pada anak muda yang berbicara sembarangan seperti ini? Teknik fushi?! Dimana jiwaku sekarang?”“Walikota Martin, dengarkan dulu penjelasanku, benar—”“Kevin, kalau kamu masih membahas hal ini, jangan salahkan aku langsung mengusirmu, ini jelas hanya omong kosong!”Ekspresi Martin menjadi dingin, dia jelas jijik dengan apa yang dikatakan Nathan. Lagipula, dalam posisinya, bagaimana mungkin dia bisa percaya pada dewa dan hantu.Kevin tidak berani berkata-kata lagi, Nathan juga menggelengkan kepalanya dan tidak bersuara lagi."Sayang,
Kediaman Luther.Martin yang sedang tidur siang tiba-tiba membuka matanya, tidak ada jejak cahaya di matanya, dan dia hanya menatap lurus ke langit-langit atap. Segera, Martin bangkit berdiri dan mengenakan jaketnya, lalu berjalan keluar.Sedangkan Heryani yang sedang beres-beres melihat Martin yang bangun, bertanya padanya. “Martin, apa terjadi sesuatu? Kenapa tidak tidur siang?”Martin tidak menjawab, dia membuka pintu rumah dan berjalan keluar.“Orang ini, apa dia mengigau?” Heryani menggerutu lalu tidak mempedulikannya dan kembali berberes-beres rumah.Martin berjalan keluar dari rumah dan masuk kedalam mobil lalu melaju pergi.“Tuan, lihat,” Ryzen melihat Martin yang keluar segera membangunkan Nathan. “Tuan Martin keluar menaiki mobilnya.Nathan kembali duduk tegak, dan melihat sikap Martin dia langsung mengerti apa yang terjadi dan berkata pada Ryzen. “Ikuti!”Ryzen menyetir dan mengikuti di belakangnya, mobil berbelok-belok di Kota Vale lalu pada akhirnya sampai di depan sebuah
“Kamu tidak perlu tahu siapa aku!” Nathan melihat Martin yang mematung, lalu memasukkan energi spiritual melalui kening Martin, seketika tubuh Martin bergetar dan tatapan matanya memiliki energi spiritual.“I=ini…. dimana aku?” Martin tersadar dan bertanya dengan kaget.“Walikota Martin, kamu dikontrol menggunakan teknik fushi untuk datang kesini!” Nathan berkata pada Martin.Kali ini, Martin tidak langsung menegur Nathan, dia melihat kearah dua investor Kota Arial yang sudah tersungkur di lantai, dan Ling yang terlihat panik. Hatinya sangat terkejut, seluruh pikirannya kosong sekarang, pikirannya kacau.“Kalian beritahukan kepada Walikota Martin, apa yang sebenarnya terjadi,” Nathan berkata lalu menunjuk kedua investor yang sedang tersungkur.“Katakan!” Ryzen meletakkan pedang yang ada di tangannya pada leher kedua investor itu.Saat ini, kedua tubuh investor itu bergetar hebat, dan saat mereka hendak membuka mulut, Ling tiba-tiba mengeluarkan sebuah kain dan mengguncangnya dengan
“Tuan, bagaimana dengan tiga orang ini?” Ryzen bertanya kepada Nathan setelah Martin pergi. "Aku punya ide, bagaimana jika kita bawa ke penangkaran buaya?""Penangkaran buaya?!""A-apa maksudmu?!"Mendengar penangkaran buaya dari mulut Ryzen, membuat tiga orang ini ketakutan.“Tuan Natgan, mohon ampuni nyawa hamba!” Ling berkata dengan gemetaran. "Saya disini memiliki uang sebesar 10 miliar di rekeningku, saya akan memberikan semuanya padamu!"Nathan yang mendengarnya seketika matanya berbinar, bagaimanapun tiga orang ini memiliki identitas yang khusus dan tidak bisa dibunuh. Jadi, kalau bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan uang juga tidak buruk, karena Nathan juga sedang membutuhkan uang.“Melihatmu yang tidak mudah dalam berkultivasi, kirimkan 10 miliar itu padaku lalu enyah sekarang juga!” Nathan berkata dengan dingin.Ling yang mendengarnya merasa sangat senang, tidak masalah harus mengeluarkan uang sebanyak apapun asalkan dia bisa menyelamatkan nyawanya, uang bisa dicari
“Marc, aku akan memberimu penawaran istimewa!” Cahaya dingin melintas di mata Frans, suaranya begitu dingin dan penuh dengan aura balas dendam. "Jika kamu berhasil menghabisi bocah itu, aku akan menyerahkan Sarah padamu!" Kali ini, dia tidak bisa membiarkan Nathan begitu saja, dia tidak akan bisa tidur dengan tenang sebelum membalaskan dendamnya ini. “Benarkah?” Marc tergerak saat mendengar penawaran itu. “Tentu saja, kamu boleh merekam pembicaraan kita ini!” Frans berkata dengan pasti. "Dan untuk masalah keluargamu, aku akan mencari caranya!" “Baiklah kalau begitu, kirimkan saja informasi tentang bocah itu padaku, berani sekali dia merebut wanitaku! Aku, Marc Juventus, akan membuatnya lebih memilih mati dibandingkan tetap hidup!” Marc berkata dengan keji lalu menutup teleponnya. Marc adalah seorang Tuan Muda dari Keluarga Juventus di Kota Boulmer, dia, Sarah dan Frans adalah teman satu sekolah, dan keduanya sama-sama menyukai Sarah saat di sekolah dulu, hanya saja Sarah tid
“Tante Elisa?" Nathan tampak terkejut melihat wanita paruh baya itu. "Sejak kapan kalian kemari?” “Kami sudah datang sejak tadi, tidak disangka kamu masih tidur didalam kamar, sampai tidak turun dan menyambut kami!" Elisa meliriknya sekilas lalu langsung duduk di sisi sofa. Nathan tidak memperdulikannya lagi dan menatap Maria dengan wajah kebingungan. Maria menarik Nathan ke samping lalu berkata dengan canggung. “Aku yang mengundang mereka kemari, a-aku hanya ingin mereka melihat kalau kita sudah tinggal dirumah yang besar, tidak disangka mereka datang dengan membawa begitu banyak orang dan membuat rumah menjadi kacau balau, bagaimana menyampaikan hal ini pada Sarah?” Maria mengira kalau rumah ini dipinjamkan oleh Sarah pada Nathan, untuk mereka tinggali, dia tidak tahu kalau rumah ini sudah dihadiahkan kepada Nathan. “Ma, tidak apa-apa, biarkan saja mereka melihat-lihat, kalau kotor dan kacau tinggal cari seseorang untuk membereskannya,” Nathan yang mendengarnya segera m
Tiago merupakan salah satu pegawai pemerintahan, koneksinya luas dan membuatnya mengembangkan kepribadian yang bisa meremehkan orang lain. Di samping kiri Tiago, Elisa yang merupakan istrinya, mengenakan riasan tebal seperti badut. Dan putranya, Harvey, duduk disamping Elisa, Harvey hanya lebih muda beberapa bulan dibandingkan dengan Nathan. Di samping kanan Tiago, seorang pemuda dengan setelan jas duduk, wajahnya terlihat sangat sombong, dia adalah Brandon, suami dari kakak sepupunya Nathan. Ayah Brandon adalah seorang direktur di salah satu dina kesehatan pemerintahan, yang juga merupakan atasan langsung dari Tiago. Dan kakak sepupunya Nathan, Alice, duduk disamping suaminya, Brandon. Dia mengenakan pakaian dari merek-merek ternama, kukunya juga sangat panjang dan terawat, tampak seperti seorang nyonya dari keluarga kaya. “Nathan, sejak kapan kamu mengenal teman yang begitu kaya? Bisa tinggal di Villa Ascalon dan meminjamkannya dengan royal kepada kalian? Teman seperti ini haru
Tak lama setelah sambutan itu, sebuah vas kaca setinggi lebih dari seorang manusia dengan pola berbunga yang anggun dibawa ke panggung. Saat itu, mata Zayn langsung menyala. Dalam satu ronde pertarungan sengit di antara penawaran, Zayn berhasil memenangkan vas itu dengan harga mencapai 200 juta. Ronde demi ronde berlangsung, barang kedua, ketiga, dan seterusnya sampai Zayn tak mampu menahan kegembiraannya dan mulai menawar dengan semangat seperti orang gila.Penawarannya yang agresif membuat mata Zayn bahkan mulai merah, dan suasana ruangan pun dipenuhi sorak-sorai kekaguman. Bahkan para hadirin kaya yang hadir pun terlihat terpesona, begitu pula Kaidar yang tampak terkejut.Sentinel yang duduk di baris depan tak bisa menyembunyikan tatapan tajam penuh perhitungan kepada Zayn.“Sungguh, kakek, sudah cukup! Berapa banyak yang telah kau habiskan? Uang yang Nathan berikan sudah lenyap semua,” ujar Beverly dengan segera sambil menarik sudut baju Zayn.Terpana oleh teguran Beverly, Zayn te
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b
“Kita hanya punya waktu tiga menit. Cepat, ruangannya ada di ujung sana!” peringatan Kaidar menggema, menyatu dengan desiran napas Nathan yang semakin cepat.Dengan langkah tergesa, Nathan berlari menuju sel paling ujung. Di balik pintu jeruji, pandangannya bertemu dengan sosok yang membuat seluruh tubuhnya tersentak: Sarah, terbaring di ranjang dengan fasilitas mewah yang tak seharusnya ada di penjara bawah tanah.“Sarah!” teriak Nathan, suaranya penuh kelegaan dan harapan.Mendengar panggilannya, Sarah melompat dari ranjang dan segera meraih tangan Nathan dengan erat, senyuman cemas tersamar di wajahnya. “Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” tanyanya dengan penuh kekaguman dan kekhawatiran, meski rasa lega karena melihatnya selamat mulai muncul.“Aku dibawa oleh seseorang,” jawab Nathan singkat, menahan diri dari mengungkapkan terlalu banyak agar tidak membuat Sarah khawatir. Namun, mata Nathan berkilau dengan aura membunuh yang hampir tak terselubungi, seolah mengancam.“Sial, auram
“Bayarannya, kamu harus menemani kami ke pulau Draken!” ujar Kaidar, suaranya berubah datar namun penuh misteri.Nathan tercengang, dia tak pernah menyangka bayaran yang diminta setinggi itu. “Pergi ke pulau Draken?” tanya Nathan, nada suaranya mengandung keheranan. “Naga Yang dan naga Yin di sana telah melewati masa kemunculan, dan aku telah menaklukkan naga Yang. Batu mata naganya kini milikku. Lantas, untuk apa kita kembali ke sana?”Kaidar menatap tajam, tak mau menunda lagi. “Kamu tak perlu tahu seluk-beluknya. Cukup jawab, bersedia atau tidak! Ingat, kekuatan kalian di sini masih jauh dari puncak. Kalau kalian menyerangku, aku tidak akan menahan diri.”Dalam sekejap, bayangan kekuatan beberapa sosok seorang puncak penguasa Ingras tingkat akhir, dan Ramos yang setidaknya berada pada tahap puncak penguasa Ingras tingkat akhir, menyeruak dalam pikiran Nathan. Dia sadar betul bahwa melawan mereka bukanlah pilihan.“Tenanglah, hanya aku dan Tuan Ramos yang akan ikut. Jika kelak kami
“Kedatanganku kali ini bukan untuk mengganggumu, melainkan untuk membantumu,” jawab Kaidar sambil tersenyum samar, seakan mencoba menenangkan ketegangan yang mulai terasa.“Membantuku? Bagaimana caramu?” Nathan mengernyit, waspada.Baru saja Bachira datang dengan peringatan, dan kehadiran Kaidar terasa terlalu kebetulan.“Saudara Nathan, aku sudah berjalan jauh. Bukankah lebih baik berbicara di tempat yang nyaman daripada di halaman terbuka?” ujar Kaidar, seraya melangkah masuk bersama rombongannya ke dalam kamar Nathan.Begitu memasuki ruangan, mata Kaidar langsung tertuju pada lukisan aliran sunyi di hamparan yang abadi. Tatapan yang tadinya ramah berubah menjadi penuh keserakahan. Merasakan bahaya, Nathan segera menyembunyikan lukisan itu ke dalam cincin ruang yang dikenakannya.Kaidar menatap cincin ruang tersebut dengan mata yang semakin menyala."Tuan Muda Kaidar, apakah kamu tidak ingin memperkenalkan rombonganmu?" tanya seorang pria pendek di sampingnya.Kaidar pun segera memp