Jalanan kota Northern, di setiap jalanan kota Vale, terdapat banyak sekali jajanan yang murah meriah dan nikmat. Jalanan ini sangat sepi di siang hari, namun sesampainya pada malam hari, jalanan ini penuh hiruk-pikuk, dan di kedua sisi jalannya dipenuhi dengan warung-warung yang berjualan. Nathan dan Lily duduk di sebuah warung dan memesan beberapa makanan cemilan sambil menunggu. Karena sedang ramai, maka memasaknya juga membutuhkan waktu yang lebih lama. “Nathan, Fortuner tadi benar-benar sangat nyaman, apakah itu punya temanmu?” Lily bertanya pada Nathan dengan bersemangat. “Tentu saja, untuk apa aku membohongimu, yang menyetir tadi adalah supir temanku….” Nathan juga tidak termasuk sedang berbohong, meskipun Ryzen adalah bawahannya, tapi juga bisa dibilang sebagai temannya. “Temanmu ini punya bisnis apa? Dia sangat hebat!” Lily penasaran bisnis apa yang dimiliki oleh temannya Nathan. “Aku juga tidak terlalu paham, sepertinya sesuatu seperti perdagangan. Emm, dia masih lajang
Debra menghela nafasnya dan berkata. “Tidak heran kalau tidak ada yang memberitahumu, Merlin yang mengadakannya, dia dan Julio sudah berpacaran sekarang!”Setelah mendengar nama Julio, sekujur tubuh Lily gemetaran, wajahnya juga terlihat penuh kemarahan. Tatapan matanya seakan-akan dipenuhi api yang membara.Nathan melihat ekspresi Lily dan bertanya pada Debra. “Julio? Siapa pria itu?”Debra tidak langsung menjawab Nathan, dia menatap Lily sesaat, kalau Lily menyetujuinya dia baru akan menjawab.“Julio adalah mantan kekasihku!” Lily menjawab sendiri pertanyaan itu dengan kesal.“Oh, si brengsek yang menipu uangmu itu?” Nathan tahu, Lily menjadi penari juga karena ditipu oleh mantan pacarnya, dia mengambil pinjaman dari rentenir dan menjadi seperti itu.Lily menganggukkan kepalanya.“Lily, Julio menipu uangmu?!” Debra tidak tahu tentang itu, dan dia bertanya dengan terkejut. Setelah Debra mendengarnya, dia menjadi marah. “Sejak awal aku sudah yakin kalau dia bukan orang baik-baik, Merl
Segera, River berlari kabur, dan Nathan menatap Lily dan Debra seolah tidak terjadi apa-apa. “Ayo duduk, kita lanjut makan!”“Makan apalagi? Cepat kabur, kamu tidak tahu siapa orang itu? Dia adalah penguasa di jalanan ini, dan memiliki belasan bawahan, kenapa kamu malah memukulnya?!” Debra panik, dia seperti cacing kepanasan, dan tidak punya selera makan lagi.“Tenang saja, kita makan saja, tidak perlu takut padanya,” Nathan tersenyum santai.Melihat Nathan sama sekali tidak merasa takut, Debra bertanya pada Lily dengan kebingungan. “Lily, pacarmu ini siapa? Apa dia mempunyai dekingan?”Perlu diketahui dengan status pria itu, Nathan yang tidak merasa takut sedikitpun membuat Debra merasa kalau Nathan pasti punya dekingan, kalau tidak dia tidak mungkin setenang itu.“Kami bekerja bersama, juga sudah menjadi tetangga sejak kecil, dia tidak memiliki dekingan apapun,” Lily berkata sambil mengernyitkan keningnya.“Tidak mungkin, kalau tidak memiliki dekingan kenapa dia tidak takut sedikitp
Melihat jari telunjuk pria di hadapan, River terlihat murka. “Bajingan, apa maksud jarimu itu, hah?!” Debra yang juga melihat jari itu langsung panik. “K-kak River, mungkin dia sedang stress karena baru saja bebas dari penjara!” Dia sedang membantu Nathan untuk mendapatkan belas kasihan.“Baru bebas dari penjara?” River tercengang. “Pantas saja berani langsung memukuli orang, nyalinya juga lumayan, aku tidak peduli dia baru bebas atau tidak!”Debra melihat River yang menolak hanya bisa berkata pada Nathan. “Apa-apaan kamu ini, hah?! Apa kamu ingin mati disini?!”!”“Tentu tidak!” Nathan menggeleng. Nathan berkata sambil mengeluarkan sebuah koin dan memutarkannya dengan pelan di tangannya. “Jika kamu menginginkan uang, ambil ini!”.Melihat Nathan hanya melemparkan uang koin ke arahnya, River seketika mengamuk. “Sialan, berani mempermainkanku, aku akan membunuhmu!”Debra juga seketika mengamuk. “Nathan, apa maksudmu? Aku sedang membantumu memohon belas kasihan, kamu malah tidak tahu di
“Baiklah, kalau begitu, aku akan menunggunya, bagaimana Kak Richard yang kamu banggakan itu akan membunuhku!” Nathan berkata dengan ekspresi jijik. Sedangkan Debra yang ada disamping kembali memucat ketika mendengar nama Kak Richard, dia segera berbisik pada Lily. “Lily, kamu bujuklah Nathan, kita pergi saja, jangan mengira kemampuannya itu sudah sangat hebat dan tidak takut pada siapapun! Aku beritahu, Kak Richard itu adalah tangan kanan Ruis, pemimpin Klan Martyr, dia sangat hebat, dan juga sangat kejam, kalau dia benar-benar datang, maka Nathan bisa mati!” Lily yang mendengarnya juga ketakutan, dia segera mengangguk, dan segera menghampiri Nathan dan berbisik. “Nathan, kita pergi saja. ya? I-ini sudah terlalu nerlebihan!” Lily tidak memberitahu kehebatan Richard pada Nathan, karena dia tahu kalau Nathan sudah menggebu-gebu, kalau dia memberitahunya dengan jujur, Nathan pasti tidak akan mau pergi. Nathan menatap Debra lalu menatap Lily dan berkata. “Lily, kamu dan Debra pulang d
Di dalam area perumahan, Lily berdiri didepan pintu menunggu Nathan dengan cemas, Debra langsung pergi setelah mengantar Lily pulang. “Lily, kenapa tidak masuk, sedang menunggu siapa?” Mary yang melihat Lily sudah pulang tapi tidak masuk kerumah bertanya padanya. “Ibu, masuk saja dulu, aku sedang menunggu Nathan!” Lily terlihat sangat cemas. “Ada apa dengan Nathan? Bukankah kalian pulang bersama?” Melihat Lily yang begitu gelisah, Mary juga bertanya dengan khawatir. “Dia—” Lily tercengang, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada ibunya. “Lily, dimana Nathan? Bukankah kalian pulang bersama?” Pada saat itu, Maria dan David juga menghampiri. Melihat Maria dan David, Lily takut mereka akan cemas dan segera berkata. “Kak Nathan ada sedikit urusan, katanya dia akan pulang sedikit terlambat!” “Anak ini, entah apa yang dia sibukkan, sudah pulang kerja pun masih ada saja yang dikerjakan!” Maria menggerutu. “Bibi, kalian masuk saja dulu, aku akan menunggu Kak Nathan disini!” L
Keesokan harinya, Nathan mengendarai Civic bekasnya menuju perusahaan, biarpun mendapatkan hinaan dari sekelompok orang, Nathan sama sekali tidak peduli. Begitu juga dengan Lily yang memilih untuk tidak mendengarkan hinaan itu, dia saat ini merasa sangat senang karena bisa berangkat kerja bersama dengan Nathan setiap harinya. “Nathan, kamu harus berhasil menagih hutang hari ini, kalau tidak berhasil, enyahlah!” Baru mulai bekerja belum lama, Andrew sudah menemukan cara untuk memerintah Nathan. Masalah kemarin membuat Andrew merasa sangat membenci Nathan, memukuli dirinya dan mempermalukannya di depan umum, Andrew tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Nathan menatap Andrew dengan dingin dan tidak memperdulikannya, Lily yang merasa gelisah kemudian berkata. “Pak Andrew, hutangnya banyak sekali, bagaimana mungkin bisa ditagih dalam sehari? Kalau seperti ini bukankah Anda sedang mempersulit Nathan?” Nathan tidak berkata apapun, hanya Lily yang mengutarakan ketidakadilan terhadap N
“Ahh, tentu saja itu berkat manajer kami!” Lisa tiba-tiba tersadar dan segera menjawab. Hal sebaik ini tentu harus dilimpahkan kepada Andrew, mungkin saja kali ini Andrew bisa dipindahkan menjadi manajer departemen pembelian. “Pak Andrew benar-benar hebat!” Theresa tersenyum. “Sudah dulu, aku mau memeriksa piutang-piutang ini dengan Pak Andrew!” Theresa berjalan menuju ruangan Andrew, dan seluruh orang yang ada di departemen pemasaran menjadi heboh. “Wah, siapa yang sehebat itu berhasil menagih kembali semua piutang itu?” “Luar biasa, piutang sebanyak itu, sudah ditagih bertahun-tahun, sangat sulit untuk dibayarkan!” “Apa ini ulah Nathan? Lihatlah dia yang begitu yakin tadi, sepertinya dia sudah tahu kalau piutang itu akan dibayarkan hari ini!” “Tidak salah? Mana mungkin dia bisa menagih semua hutang itu? Apa kamu tidak dengar kalau semua perusahaan berinisiatif sendiri untuk membayar, mana mungkin ada hubungannya dengan dia!” “Kalau begitu, dia benar-benar beruntung, sepertin
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b
“Kita hanya punya waktu tiga menit. Cepat, ruangannya ada di ujung sana!” peringatan Kaidar menggema, menyatu dengan desiran napas Nathan yang semakin cepat.Dengan langkah tergesa, Nathan berlari menuju sel paling ujung. Di balik pintu jeruji, pandangannya bertemu dengan sosok yang membuat seluruh tubuhnya tersentak: Sarah, terbaring di ranjang dengan fasilitas mewah yang tak seharusnya ada di penjara bawah tanah.“Sarah!” teriak Nathan, suaranya penuh kelegaan dan harapan.Mendengar panggilannya, Sarah melompat dari ranjang dan segera meraih tangan Nathan dengan erat, senyuman cemas tersamar di wajahnya. “Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” tanyanya dengan penuh kekaguman dan kekhawatiran, meski rasa lega karena melihatnya selamat mulai muncul.“Aku dibawa oleh seseorang,” jawab Nathan singkat, menahan diri dari mengungkapkan terlalu banyak agar tidak membuat Sarah khawatir. Namun, mata Nathan berkilau dengan aura membunuh yang hampir tak terselubungi, seolah mengancam.“Sial, auram
“Bayarannya, kamu harus menemani kami ke pulau Draken!” ujar Kaidar, suaranya berubah datar namun penuh misteri.Nathan tercengang, dia tak pernah menyangka bayaran yang diminta setinggi itu. “Pergi ke pulau Draken?” tanya Nathan, nada suaranya mengandung keheranan. “Naga Yang dan naga Yin di sana telah melewati masa kemunculan, dan aku telah menaklukkan naga Yang. Batu mata naganya kini milikku. Lantas, untuk apa kita kembali ke sana?”Kaidar menatap tajam, tak mau menunda lagi. “Kamu tak perlu tahu seluk-beluknya. Cukup jawab, bersedia atau tidak! Ingat, kekuatan kalian di sini masih jauh dari puncak. Kalau kalian menyerangku, aku tidak akan menahan diri.”Dalam sekejap, bayangan kekuatan beberapa sosok seorang puncak penguasa Ingras tingkat akhir, dan Ramos yang setidaknya berada pada tahap puncak penguasa Ingras tingkat akhir, menyeruak dalam pikiran Nathan. Dia sadar betul bahwa melawan mereka bukanlah pilihan.“Tenanglah, hanya aku dan Tuan Ramos yang akan ikut. Jika kelak kami
“Kedatanganku kali ini bukan untuk mengganggumu, melainkan untuk membantumu,” jawab Kaidar sambil tersenyum samar, seakan mencoba menenangkan ketegangan yang mulai terasa.“Membantuku? Bagaimana caramu?” Nathan mengernyit, waspada.Baru saja Bachira datang dengan peringatan, dan kehadiran Kaidar terasa terlalu kebetulan.“Saudara Nathan, aku sudah berjalan jauh. Bukankah lebih baik berbicara di tempat yang nyaman daripada di halaman terbuka?” ujar Kaidar, seraya melangkah masuk bersama rombongannya ke dalam kamar Nathan.Begitu memasuki ruangan, mata Kaidar langsung tertuju pada lukisan aliran sunyi di hamparan yang abadi. Tatapan yang tadinya ramah berubah menjadi penuh keserakahan. Merasakan bahaya, Nathan segera menyembunyikan lukisan itu ke dalam cincin ruang yang dikenakannya.Kaidar menatap cincin ruang tersebut dengan mata yang semakin menyala."Tuan Muda Kaidar, apakah kamu tidak ingin memperkenalkan rombonganmu?" tanya seorang pria pendek di sampingnya.Kaidar pun segera memp
Percaya diri yang semula menyelimuti Nathan perlahan berubah. Bagi Nathan, selama tidak ada kejutan yang tak terduga, Ryuki bukanlah tandingannya dalam pertarungan kali ini.Namun, perdebatan semakin memanas. Milan bertanya dengan nada tajam. “Tuan Nathan, apa rencanamu? Di atas arena, aturan seolah tak berlaku. Apakah aku harus menemui Tuan Ryujin dan memintanya untuk memberi peringatan? Kau hanya akan memukul Ryuki, dan jika Tuan Ryujin angkat bicara, Keluarga Zellon tidak akan tinggal diam.”Milan jelas ingin menghindari pertarungan yang brutal, dan sepertinya strategi pihak lawan sudah diperhitungkan matang-matang.“Tak perlu dipikirkan, jika mereka ingin bertarung, biarkan saja terjadi!” ujar Nathan dengan nada tegas, sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir keraguan.“Aku akan mengasingkan diri beberapa hari. Bila tidak ada urusan penting, jangan cari aku!” lanjutnya.Milan mengangguk singkat sebagai tanda setuju.Tak lama kemudian, seorang anggota polisi bergegas mendekat.