Di dunia bernama Mongodean, perang besar baru saja berakhir. Semua itu berkat kerja sama yang baik antara Kerajaan Besar Mongolion dan Pusat Menara Pelindung Dunia. Terutama karena adanya Tetua Leander yang berperan penting dalam menangkal serangan besar dari musuh. Karena dirinya memiliki kemampuan regenerasi mutlak yang mana hampir mustahil untuk ada di dunia ini.
Dengan kontribusi besarnya dalam menyelamatkan dunia tersebut, pemimpin Pusat Menara Pelindung Dunia menyuruh Leander untuk membuat sebuah permintaan. Dan Leander meminta kepadanya untuk memberikan seluruh informasi tentang cara kembali ke masa lalu. Dan pemimpin pusat menara pun saling pandang dengan para tetua lainnya.
Seperti yang dipikirkan Leander, mereka tidak akan mengabulkannya. Namun, ternyata dugaannya itu salah besar. Karena mereka semua dengan senang hati mengabulkan permintaannya tersebut. Bahkan, mereka tidak hanya akan memberikan informasinya saja tapi, juga berniat untuk langsung membantunya kembali ke masa lalu dalam waktu dekat ini.
"Kami semua sepakat akan membuatkan lingkaran pengembali waktu untukmu," ucap Clovis, sang Pemimpin Pusat Menara.
"Benarkah itu?" tanya Leander dengan sangat terkejut.
"Tentu saja. Apakah kamu pernah melihatku berbohong saat sedang dalam keadaan serius?" balas Clovis sambil tersenyum.
"Tidak ... tentu saja tidak ...."
Leander nampak gembira. Tak disangka bahwa keinginannya untuk bertemu kembali dengan orang tua serta sahabatnya itu akan terkabul. Dan melihat raut wajah bahagia dari Leander, pemimpin menara pun ikut senang.
"Malam ini aku akan mempersiapkan lingkarannya bersama dengan para tetua lainnya di ruang bawah tanah menara. Dan besuk pagi datanglah ke sana," lanjut Clovis lalu pergi meninggalkan ruang makan yang kini tinggal Leander sendiri di sana.
Dan Leander melanjutkan makannya dengan lahap. Malam ini, dia tidak akan bisa tidur karena terlalu senang.
_______
Esok harinya ....
Dengan tergesa-gesa Leander berlari menuju ruang bawah tanah menara. Karena di sana Clovis dan yang lainnya sudah menunggu. Dia bahkan menggunakan kemampuan kilat ungu untuk menambah kecepatan larinya.
Srek!
Sampailah kini Leander di ruang bawah tanah yang dikelilingi bebatuan berlumut. Dan saat dia masuk ke dalam ruangan yang dituju, dia dikejutkan dengan keadaan para tetua yang terkapar tak sadarkan diri di sana.
"Yoo! Akhirnya kau datang," ucap Clovis yang duduk di atas bebatuan dengan keadaan lemah.
"Ini ... apa yang terjadi?"
"Seperti yang kau lihat, para tetua kehabisan seluruh energinya. Karena lingkaran pengembali waktu ini memang menguras banyak energi dari kami semua," jawab Clovis sambil tersenyum.
Mendengar hal itu Leander jadi merasa bersalah. Dan apa yang dipikirkannya itu dapat dibaca dengan mudah oleh Clovis lewat raut wajahnya. Melihat hal itu, Clovis jadi ingin menjahilinya sedikit sebelum dia kembali ke masa lalu.
"Yah, ini semua karenamu para tetua jadi kehabisan energi ...."
Leander mengeratkan kepalan tangannya sambil mengigit bibir bawah.
'Dari awal permintaanku ini memang berlebihan ...." batin Leander.
Clovis tersenyum. Dia memang sudah mengenal Leander dengan baik.
"Tapi itu tidak masalah. Ambillah tanggung jawab besar ini dan ubahlah masa lalumu menjadi lebih baik. Lalu lindungilah Dunia Mongodean di masa depan," ujar Clovis.
Mendengar hal itu, Leander langsung tersentuh. Dia tahu bahwa niat Clovis saat ini adalah untuk membuatnya merasa lebih baik. Demi ras asing seperti Leander, mereka benar-benar melakukan hal besar. Dan Leander tidak akan pernah melupakan kebaikan mereka. Dia pasti akan membalasnya dipertemuan selanjutnya.
"Baik pemimpin, saya berjanji akan melakukannya," balas Leander.
Clovis mengangguk. Lalu dia berusaha berdiri dengan sekuat tenaga mendekat ke arah lingkaran pengembali waktu.
"Sekarang, masuklah ke dalam lingkarannya."
Dengan patuh Leander mengikuti intruksi dari Clovis. Kemudian Clovis berdiri di depan Leander sambil menyentuh kedua bahunya.
"Kembali ke masa lalu bukanlah hal yang mudah. Banyak risiko yang akan kamu hadapi. Karena terkadang ada hal yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan kekuatan. Jadi, lakukanlah yang terbaik," ucap Clovis mengingatkan Leander. Dan Leander mengangguk dengan percaya diri. "Baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa lagi di masa depan," lanjutnya.
Lalu saat Clovis mulai mengaktifkan lingkaran pengembali waktu itu, Leander meninggalkan sebuah janji kepada Clovis.
"Di masa mendatang, saya akan melamar Sevenian."
Clovis langsung melongo mendengar ucapan Leander tersebut. Dia tertawa renyah.
"Haha, kenapa kamu baru mengatakannya sekarang? Aku jadi tidak bisa menghajarmu, nak. Datanglah dengan benar di masa depan nanti. Karena aku tidak akan melepaskan putriku begitu saja kepada pria yang tak layak untuknya," balas Clovis lalu mundur ke belakang.
Cahaya terang mulai mengelilingi Leander. Lalu dia tersenyum tipis. "Tentu saja. Saya akan datang dengan keren di masa depan nanti."
Setelah dia mengatakan hal itu, cahaya terang melahap dirinya. Dia memasuki dimensi waktu.
'Sevenian, terima kasih karena telah menolongku saat pertama kali aku terlempar ke dunia ini. Dan pemimpin, terima kasih karena telah membantuku untuk mendapatkan kekuatan ini. Juga kepada para tetua, terima kasih telah menerimaku menjadi rekan kalian walaupun aku berasal dari dunia lain dan merupakan seorang manusia. Aku akan terus mengingat jasa kalian seumur hidup. Sampai jumpa kembali di masa depan,' ucap Leander dalam hati dengan tulus.
_______
Di sebuah rumah sakit....
"... Nder!!"
'Siapa?'
"... Ander!!"
Samar-samar, Leander mendengar seorang wanita memanggil namanya.
"Leander, bangun!" panggil orang itu. Kemudian dengan cepat dia membuka mata. Dan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah seorang wanita paruh baya. Wajah yang tak asing, salah satu alasan Leander memilih kembali ke masa lalu. Salah satu keluarga berharganya yang ingin dia selamatkan.
"Ibu ...."
"?? Bangun dulu, nak. Ini sudah saatnya makan siang. Ayo kita semua makan sebelum perawat mengambil piringnya kembali," ucap sang ibu.
Sret!
Dengan gerakan cepat, Leander langsung memeluk ibunya yang juga mengenakan baju pasien sama sepertinya saat ini.
"Bu, aku merindukanmu!!"
__________ "??? Nak, kamu kenapa?" tanya sang ibu yang kebingungan. Dan Leander hanya menggelengkan kepalanya. 'Aku benar-benar kembali ke masa lalu,' batin Leander. "Hei, kak! Cepatlah makan dan jangan merepotkan ibu!" ucap seorang gadis yang duduk di ranjang pasien sebelah kirinya. Leander lalu melepaskan pelukannya pada ibunya. Dia kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan. Seorang pria berambut hitam bercampur warna putih uban ada di ranjang pasien di depannya. Dan sosok itu yang dikenalinya sebagai ayahnya sedang menatap heran ke arahnya. Lalu pandangannya bergulir ke sebelah ayahnya. Di sana ada adik laki-lakinya yang sibuk memakan jatah makan siangnya. Dan terakhir, pandangannya jatuh pada adik perempuannya yang menatap galak ke arahnya. Tiba-tiba setetes air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Leander. Sang ibu pun langs
________ Semuanya mendadak tercengang mendengarkan pernyataan gila dari Leander. "Ternyata benar katamu, kak. Apa yang kamu katakan tidak masuk akal!" ucap Leksa, adik perempuannya itu. Melihat hal itu, Leander mewajarkannya. Karena memang benar bahwa manusia biasa bisa memiliki kekuatan seperti itu sangatlah tidak masuk akal. Namun, itu adalah pemikiran Leander beberapa tahun yang lalu sebelum merasakan pahitnya dunia. "Hahh... kau benar, Leksa," balas Leander dengan tersenyum. Dan mendadak, Leksa merasa seperti telah melakukan suatu kesalahan. Dia membuang muka ke samping. "A-Aku hanya mengatakan yang sebenarnya...." "Apa yang kamu katakan itu tidak salah. Dan semua yang ada di sini pasti juga sependapat denganmu. Tapi, aku akan mengatakannya sekali lagi. Aku... benar-benar memiliki kekuatan spesial yang ada di luar nalar itu," ucap
________ "Apa sekarang kalian semua percaya kepadaku?" tanya Leander. "Apakah ini nyata?" ujar Leksa masih kebingungan. Semuanya nampak melongo. Dan tak lama kemudian, Finn langsung turun dari ranjang pasiennya menuju Leander. Dengan wajah serius, dia memegang kedua bahu putranya itu. "Nak...!! Apakah yang barusan ayah lihat itu kenyataan? Bisakah kamu melakukannya sekali lagi?" pinta Finn yang dibalas tatapan malas oleh Leander. Tapi mau tak mau akhirnya dia menyetujui permintaanya tersebut. "Hahh... baiklah aku akan melakukannya sekali lagi," balasnya. Kemudian Leander langsung duduk bersila di atas ranjangnya. Dan dengan tenang dia memposisikan tangannya di depan dada seperti meraup udara bebas. Lalu dia menutup matanya. "Mekarlah... Dark Ice!!" ucapnya kemudian. Dan seketika pecahan-pecahan es hitam mengkilat mulai
________ Semuanya berjajar rapi di depan ranjang pasien milik Leander. Dan dengan serius mereka menatap ke arahnya. Dia kemudian turun dari ranjang. "Apakah kalian mengizinkanku untuk melakukannya?" Mereka mengangguk bersamaan. "Apakah kalian percaya kepadaku?" Dan meski mereka sedikit ragu, mereka tetap memilih untuk mempercayainya. Semuanya kemudian mengangguk sekali lagi. Dengan respon tersebut, layar skill milik Leander langsung muncul di depannya. [Syarat telah terpenuhi.] [Skill Darah Pembangkit dapat diaktifkan.]
________ Tak butuh waktu lama untuk Leander menyembuhkan semua keluarganya. Dan kini mereka tengah loncat-loncat kegirangan karena keajaiban tersebut. Bahkan sakitnya sama sekali tak terasa lagi. Mereka benar-benar sembuh total. "Yayyy!! Akhirnya aku sembuh!!" teriak Aleksi. Dan untung saja Leander masih menutup pintu dan jendela dengan bunga esnya. Jadi, pembicaraan mereka tak akan terdengar sampai luar ruangan. "Kakak, terima kasih!" "Haha, sama-sama, Aleksi," balas Leander ikut bahagia. Sudah lama sekali dia tidak merasakan suasana seperti ini, karena dulu dia terus-terusan berada dalam medan perang. Entah melawan monster sungguhan, manusia, atau musuh Dunia Mongodean. 'Berterima kasih kepada orang-orang di Dunia Mongodean, akhirnya aku bisa kembali lagi berjumpa dengan keluargaku.' Perasaan Leander menghangat melihat mereka semua tersenyum senang.
Naga dimensi itu terbang tinggi di atas langit dengan membawa keluarga Arcaka. Dan mereka semua bergetar ketakutan kecuali Leander. Bagaimana tidak, jika terpeleset sedikit saja bisa membuat mereka terjun bebas ke bawah dari ketinggian tersebut. "Kak, apakah kakak tidak takut jatuh?" tanya Aleksi yang sejak tadi berpegangan kencang pada baju Leander. "Tidak." "..." Aleksi akhirnya diam. Dia melihat sekeliling yang mana hanya ada langit biru luas tanpa awan. "Leander, tidakkah kamu pikir orang lain bisa saja melihat kita?" tanya sang ayah dengan tatapan yang fokus ke depan. "Tidak, ayah. Meskipun kita bisa melihat pemandangan kota di bawah sana, tapi sebenarnya kita berada di jalur dimensi yang berbeda. Dan orang lain tidak bisa melihat kita," jawabnya jujur. "Jadi, begitu. Baguslah! Dan ayah tak habis pikir bagaimana bis
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
Suasananya semakin meningkat. Ini tentang perkataan Leander yang menurut mereka sedikit aneh. Dia seakan-akan berkata layaknya orang yang tahu tentang masa depan dan sudah mendalami pengetahuan tentang kekuatan super tersebut. Padahal, Leander juga baru mendapatkan kekuatan itu beberapa hari yang lalu. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu tidak menemukan jawabannya. Karena mau bagaimanapun, saat ini mereka masih awam dengan pandangan Leander dari sisi dirinya yang baru ini. Mungkin masih membutuhkan lebih banyak waktu lagi untuk sekedar mengetahui salah satu titik jawaban dari hal tersebut. "Baiklah. Lalu kapan kita akan memulainya?" balas Finn. "Besuk." Finn langsung manggut-manggut mengerti. "Tapi, apakah tidak masalah jika ada orang lain yang melihatnya nanti?" "Tentu saja itu akan bermasalah untuk saat ini." "Kalau begitu--" "Tapi tenang saja, ayah. Aku memiliki cara sendiri untuk itu," potong Leander.
Criekk! Leksa membuka pintu sebuah ruangan yang diyakininya adalah sebuah kamar. Kemudian mereka semua menanti pintu itu terbuka sepenuhnya. Dan betapa terkejutnya mereka berempat saat melihat kilau mewah memancar dari dalam ruangan. "Ughh! Apakah ini benar-benar sebuah kamar?" ujar Leksa tak percaya. "Tentu saja," jawab Leander yang muncul dari arah belakang. Kemudian dia berjalan melewati yang lain dan masuk ke dalam kamar. Melihat hal itu, keluarganya pun ikut masuk ke dalam. Mereka semua melihat ke kanan kiri dan atas bawah, karena merasa takjub dengan isinya. Sebuah kasur besar dengan tekstur lembut dan nyaman di permukaannya. Dengan selimut mewah yang menangkup di atasnya. Interior elegan yang luar biasa enak di pandang. Dan bahkan ada televisi pribadi di depannya sekaligus kamar mandi mewah layaknya hotel bintang lima di sisi samping. "Wow! Ini sangat keren!" ucap Aleksi keceplosan. "Kali ini aku
"Apa setelah melihatnya secara langsung kamu dapat mengerti tentang orang itu?"Dion langsung menengok ke arah ayahnya. Dan melihat senyuman miring terpampang jelas di wajah Sean, Dion langsung mendengus kalah disertai senyuman tipis."Tidak sama sekali. Aku hanya merasa bahwa dia adalah orang yang berbahaya dan mengerikan.""Kau benar. Bahkan ayah tidak mengetahui detailnya tentang Leander. Meskipun sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya, yang bisa ditemukan hanyalah kondisi biasa yang tak perlu diperhatikan.""Lalu, sebenarnya apa yang membuat ayah begitu tertarik kepadanya? Sampai-sampai ayah memberikan bayaran awal sebuah mansion kepadanya. Tidakkah itu terlalu berlebihan untuk seorang pengawal?"Sean tertawa ringan."Kau akan segera tahu nanti. Karena Leander sendiri yang akan menunjukkan kelayakannya di depanmu.""Hmm ...."Dion kemudian menghadap ke luar jendela mobil. Dan segera, dia tenggelam den
Dua buah mobil mewah berwarna hitam itu memasuki halaman depan sebuah mansion. Dan saat itu jugalah para pekerja yang awalnya terpencar di beberapa sudut halaman langsung berkumpul di satu tempat untuk menyambut mereka.Sean dan Dion menjadi yang pertama kali keluar dari mobil itu. Kemudian disusul juga oleh Leander, dan sisanya keluar bersamaan dari mobil di belakang."Selamat datang, Tuan dan Tuan Muda," ucap seorang maid dengan sopan kepada Sean dan Dion. Sean balas mengangguk sambil tersenyum. Karena pada dasarnya dia memang orang yang ramah kepada seluruh pekerjanya."Lane, mulai sekarang mansion ini adalah miliknya. Dan kamu juga akan bekerja di bawahnya. Jadi, dialah majikanmu sekarang. Layani dia dengan baik," ucap Sean sambil mengarahkan perhatian semua orang kepada Leander.Dan maid yang dipanggil Lane itu diam sejenak melihat Leander. Dia bertanya-tanya apa status Leander ini. Sampai-sampai, Sean memberikan
Keluarga Leander langsung membalasnya dengan baik. Finn serta Diana tersenyum ramah kepada Dion. Sedangkan Leksa mendadak bersemu merah dan Aleksi nampak bersemangat. Mungkin dia berpikir bahwa Dion keren. Leander sendiri saat ini sedang melihat interaksi mereka. Sambil berpikir dan mengingat-ingat kembali tentang identitas Dion di masa lalu. Dan akhirnya dia menemukannya. Di masa lalu, Dion dijuluki sebagai Hunter Iblis karena kejahatannya yang dilakukannya secara terang-terangan. Itu semua karena dirinya sangat terpukul atas tewasnya seluruh anggota keluarganya Mereka semua dibantai oleh guild perserikatan hunter yang cukup besar karena sempat menentang ketuanya yang berperingkat S. Dan sejak saat itulah dia menjadi sosok liar yang salah jalan, serta sosok yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Leander dulu tidak terlalu memperhatikan tentang hal-hal seperti itu. Jadi, dia agak terkejut ketika melihat Dion muncul di hadapa
Hari telah berlalu. Dan kini mereka semua berada di depan rumah. Mereka menatap rumah itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Karena bagaimanapun, di sanalah mereka melalui suka duka selama bertahun-tahun. Dan sekarang, mereka harus pergi meninggalkan rumah itu. Dan ini semua karena ulah dari adik laki-laki Diana. "Apakah suatu hari nanti kita bisa mendapatkan rumah ini kembali?" ujar Diana tanpa mengalihkan pandangannya. Mendengar hal itu, Leander langsung melirik ke samping. Dia tahu betapa sayangnya sang ibu dengan rumah tersebut. Karena rumah itu adalah perwujudan dari usaha ibunya bersama ayahnya sejak pertama kali menikah. "Tentu saja, bu." Diana menengok ke arah Leander sambil tersenyum. "Terima kasih, Leander." Dan Leander hanya balas tersenyum. "Lalu apa kita bisa berangkat sekarang?" lanjutnya. Dan Diana serta yang lainnya mengangguk pertanda jawaban iya. Kemudian mereka semua berjalan menu
Semua keluarga Leander langsung senang mendengar kabar itu. Diana kemudian memeluk putranya itu sampai dia terdorong sedikit ke belakang. "Terima kasih, nak." "Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir," ucap Leander sambil tersenyum tipis. Diana kemudian melepaskan pelukan itu. Dengan mendongak, dia bertanya kepada putranya. "Tapi nak, bagaimana bisa kamu tahu tentang beliau sedangkan kita selalu berada di rumah sakit selama ini? Dan juga, bagaimana caramu bernegosiasi dengan orang penting sepertinya?" Leander diam memerhatikan pertanyaan ibunya. Dan dia tersenyum kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Rahasia," jawabnya singkat membuat semua orang penasaran. "Sudah. Lebih baik ayo kita mengemasi barang-barang kita dan masak mie instan malam ini. Karena besuk kita akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini," lanjut Leander yang diangguki oleh yang lainnya. Meski berat untuk men
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.