________
Tak butuh waktu lama untuk Leander menyembuhkan semua keluarganya. Dan kini mereka tengah loncat-loncat kegirangan karena keajaiban tersebut. Bahkan sakitnya sama sekali tak terasa lagi. Mereka benar-benar sembuh total.
"Yayyy!! Akhirnya aku sembuh!!" teriak Aleksi. Dan untung saja Leander masih menutup pintu dan jendela dengan bunga esnya. Jadi, pembicaraan mereka tak akan terdengar sampai luar ruangan. "Kakak, terima kasih!"
"Haha, sama-sama, Aleksi," balas Leander ikut bahagia. Sudah lama sekali dia tidak merasakan suasana seperti ini, karena dulu dia terus-terusan berada dalam medan perang. Entah melawan monster sungguhan, manusia, atau musuh Dunia Mongodean.
'Berterima kasih kepada orang-orang di Dunia Mongodean, akhirnya aku bisa kembali lagi berjumpa dengan keluargaku.'
Perasaan Leander menghangat melihat mereka semua tersenyum senang.
"Finn, aku sudah sembuh! Putra kita benar-benar menyembuhkan kita!" ujar Diana kepada Finn dengan kegembiraan yang tak dapat ditutupi.
"Iya iya." Finn hanya bisa mengulas senyum lantaran sama senangnya. Dia memeluk Diana dengan penuh kasih. Benar-benar membuat orang lain iri.
Lalu tiba-tiba saja Diana langsung teringat akan sesuatu. Dia melepaskan pelukannya itu dan menghadap ke arah Leander. Leander yang menyadarinya pun juga ikut menghadap ke arahnya.
"Nak, ibu mau bertanya sesuatu. Boleh?"
"Ya, bu. Tanya saja," balas Leander dengan lembut.
"Apakah wabah milik kita semua itu kamu serap ke dalam tubuhmu?" tanya sang ibu dengan khawatir.
"Benar, bu."
"K-Kalau begitu, bukankah itu malah berbahaya untukmu?"
"Tidak. Tubuhku memiliki daya tahan tinggi. Sekarang ini, wabah seperti itu tidak akan mempan lagi terhadapku. Ibu tidak perlu khawatir," jawab Leander membuat Diana lega.
"Hahh... syukurlah...."
"Kak, kakak!!" panggil Aleksi menginterupsi.
"Hm?"
"Apakah kita juga bisa mendapatkan kekuatan seperti kakak?"
"Hsshh!! Apa yang kamu tanyakan itu!" tegur sang ibu.
"Aku hanya bertanya," balasnya mulai mengerucutkan bibir.
Leander terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.
"Bisa. Dan aku sudah menanamkan tiruan dari beberapa skill milikku kepada diri kalian," jawabnya yang membuat keluarga Arcaka itu terkejut bukan main.
"Apa?! Apa yang barusan kamu katakan?" ujar sang ayah meminta penjelasan.
"Aku mengatakan kalau kalian juga bisa memiliki kekuatan sepertiku. Karena salah satu skillku bisa membangkitkan kekuatan orang lain. Dan itulah yang kulakukan kepada kalian," jelas Leander yang mengatakan fakta bercampur kebohongan.
Mendadak semuanya langsung meraba diri mereka sendiri.
"Apa kau mengatakan kebenarannya, kak? Tapi aku tidak merasa bisa menggunakan kekuatan spesial seperti yang kamu sebutkan itu," tanya Leksa.
"... Tentu saja kebangkitannya tidak langsung hari ini. Mungkin saja besuk atau masih lusa nanti," balas Leander.
Mendengar penjelasan demi penjelasan dari Leander, semuanya nampak bersemangat.
"Nak, ibu tak menyangka kalau dalam waktu singkat kamu bisa melakukan ini semua. Ibu sangat berterima kasih kepadamu."
"Tak masalah, bu. Dan yang terpenting, kita harus bersiap untuk pergi dari rumah sakit sekarang juga."
"Apa? Kenapa?"
"Kita harus pulang dan menyusun persiapan."
"Persiapan untuk apa?"
"Jika tebakanku ini benar, maka tatanan dunia akan mengalami perubahan secara besar-besaran dalam beberapa hari ke depan."
Yang lain tak paham dengan maksud Leander. Tapi, Finn langsung paham dengan maksudnya.
"Benar apa yang dikatakan Leander. Jika orang berkemampuan spesial seperti Leander muncul, maka pastinya dunia saat ini sedang mengalami perubahan. Mengingat beberapa tahun belakangan ini juga terjadi hal-hal yang tak masuk akal seperti wabah C20. Jadi, mungkin saja selanjutnya akan muncul juga orang-orang berkemampuan spesial seperti Leander," jelas Finn yang langsung bisa dipahami oleh yang lain.
'Seperti yang diharapkan dari ayahku!' batin Leander merasa terbantu.
"Kalau begitu kita harus bilang dulu kepada perawat. Ayo kita urus sekarang," ucap Diana yang sudah siap-siap untuk keluar ruangan.
"Jangan, bu! Mereka tidak akan percaya dengan kenyataan bahwa kita sembuh. Bahkan walaupun percaya, kita harus menjelaskan caranya kepada mereka. Dan aku tidak mau disuruh menjadi relawan untuk menyembuhkan semua orang!" ucap Leaander menghentikan Diana.
"Benar apa kata Leander. Kita bisa percaya kepadanya karena sudah melihat buktinya dan kita satu keluarga. Jadi, tidak ada masalah dengan hal itu. Tapi, kalau orang lain yang tahu, mungkin saja Leander akan dipaksa untuk melakukannya juga kepada orang lain. Bagaimana jika itu menjadi berbahaya untuk Leander? Jadi lebih baik kita langsung pergi saja tanpa diketahui siapa-siapa," timpal Finn yang sedikit mengerti jalur pikiran Leander.
"Yang terkena wabah C20 biaya perawatannya sudah ditanggung pemerintah. Jadi, kita tidak perlu mengkhawatirkan tentang hal itu. Dan juga ada banyak pasien yang terjangkit seperti kita. Hilang satu atau dua pasien tidak akan terlalu berpengaruh. Jadi, ayo langsung pergi saja."
Mendengar hal itu, semuanya mengerti dan setuju. Tanpa mengambil banyak waktu lagi, Leander berdiri di samping jendela.
"Kita akan pergi lewat jendela," ucapnya setelah membatalkan skill esnya yang tadi menutupi jendela.
"Tapi, itu tinggi!" ucap Leksa.
"Tenang. Aku sudah punya cara."
"Apa ini tidak terlalu terburu-buru, nak?"
"Tidak ada banyak waktu lagi, bu."
Dan segera setelah itu, Leander memulai aksinya.
"Pemanggilan! Naga Dimensi, Everon!" ucapnya.
Dan naga hitam dengan aura putih langsung muncul dari dimensi lain di depan jendela itu. Leander masih terus-terusan membuat seluruh keluarganya tercengang hebat.
Naga dimensi itu terbang tinggi di atas langit dengan membawa keluarga Arcaka. Dan mereka semua bergetar ketakutan kecuali Leander. Bagaimana tidak, jika terpeleset sedikit saja bisa membuat mereka terjun bebas ke bawah dari ketinggian tersebut. "Kak, apakah kakak tidak takut jatuh?" tanya Aleksi yang sejak tadi berpegangan kencang pada baju Leander. "Tidak." "..." Aleksi akhirnya diam. Dia melihat sekeliling yang mana hanya ada langit biru luas tanpa awan. "Leander, tidakkah kamu pikir orang lain bisa saja melihat kita?" tanya sang ayah dengan tatapan yang fokus ke depan. "Tidak, ayah. Meskipun kita bisa melihat pemandangan kota di bawah sana, tapi sebenarnya kita berada di jalur dimensi yang berbeda. Dan orang lain tidak bisa melihat kita," jawabnya jujur. "Jadi, begitu. Baguslah! Dan ayah tak habis pikir bagaimana bis
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
Semua keluarga Leander langsung senang mendengar kabar itu. Diana kemudian memeluk putranya itu sampai dia terdorong sedikit ke belakang. "Terima kasih, nak." "Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir," ucap Leander sambil tersenyum tipis. Diana kemudian melepaskan pelukan itu. Dengan mendongak, dia bertanya kepada putranya. "Tapi nak, bagaimana bisa kamu tahu tentang beliau sedangkan kita selalu berada di rumah sakit selama ini? Dan juga, bagaimana caramu bernegosiasi dengan orang penting sepertinya?" Leander diam memerhatikan pertanyaan ibunya. Dan dia tersenyum kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Rahasia," jawabnya singkat membuat semua orang penasaran. "Sudah. Lebih baik ayo kita mengemasi barang-barang kita dan masak mie instan malam ini. Karena besuk kita akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini," lanjut Leander yang diangguki oleh yang lainnya. Meski berat untuk men
Hari telah berlalu. Dan kini mereka semua berada di depan rumah. Mereka menatap rumah itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Karena bagaimanapun, di sanalah mereka melalui suka duka selama bertahun-tahun. Dan sekarang, mereka harus pergi meninggalkan rumah itu. Dan ini semua karena ulah dari adik laki-laki Diana. "Apakah suatu hari nanti kita bisa mendapatkan rumah ini kembali?" ujar Diana tanpa mengalihkan pandangannya. Mendengar hal itu, Leander langsung melirik ke samping. Dia tahu betapa sayangnya sang ibu dengan rumah tersebut. Karena rumah itu adalah perwujudan dari usaha ibunya bersama ayahnya sejak pertama kali menikah. "Tentu saja, bu." Diana menengok ke arah Leander sambil tersenyum. "Terima kasih, Leander." Dan Leander hanya balas tersenyum. "Lalu apa kita bisa berangkat sekarang?" lanjutnya. Dan Diana serta yang lainnya mengangguk pertanda jawaban iya. Kemudian mereka semua berjalan menu
Keluarga Leander langsung membalasnya dengan baik. Finn serta Diana tersenyum ramah kepada Dion. Sedangkan Leksa mendadak bersemu merah dan Aleksi nampak bersemangat. Mungkin dia berpikir bahwa Dion keren. Leander sendiri saat ini sedang melihat interaksi mereka. Sambil berpikir dan mengingat-ingat kembali tentang identitas Dion di masa lalu. Dan akhirnya dia menemukannya. Di masa lalu, Dion dijuluki sebagai Hunter Iblis karena kejahatannya yang dilakukannya secara terang-terangan. Itu semua karena dirinya sangat terpukul atas tewasnya seluruh anggota keluarganya Mereka semua dibantai oleh guild perserikatan hunter yang cukup besar karena sempat menentang ketuanya yang berperingkat S. Dan sejak saat itulah dia menjadi sosok liar yang salah jalan, serta sosok yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Leander dulu tidak terlalu memperhatikan tentang hal-hal seperti itu. Jadi, dia agak terkejut ketika melihat Dion muncul di hadapa
Dua buah mobil mewah berwarna hitam itu memasuki halaman depan sebuah mansion. Dan saat itu jugalah para pekerja yang awalnya terpencar di beberapa sudut halaman langsung berkumpul di satu tempat untuk menyambut mereka.Sean dan Dion menjadi yang pertama kali keluar dari mobil itu. Kemudian disusul juga oleh Leander, dan sisanya keluar bersamaan dari mobil di belakang."Selamat datang, Tuan dan Tuan Muda," ucap seorang maid dengan sopan kepada Sean dan Dion. Sean balas mengangguk sambil tersenyum. Karena pada dasarnya dia memang orang yang ramah kepada seluruh pekerjanya."Lane, mulai sekarang mansion ini adalah miliknya. Dan kamu juga akan bekerja di bawahnya. Jadi, dialah majikanmu sekarang. Layani dia dengan baik," ucap Sean sambil mengarahkan perhatian semua orang kepada Leander.Dan maid yang dipanggil Lane itu diam sejenak melihat Leander. Dia bertanya-tanya apa status Leander ini. Sampai-sampai, Sean memberikan
"Apa setelah melihatnya secara langsung kamu dapat mengerti tentang orang itu?"Dion langsung menengok ke arah ayahnya. Dan melihat senyuman miring terpampang jelas di wajah Sean, Dion langsung mendengus kalah disertai senyuman tipis."Tidak sama sekali. Aku hanya merasa bahwa dia adalah orang yang berbahaya dan mengerikan.""Kau benar. Bahkan ayah tidak mengetahui detailnya tentang Leander. Meskipun sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya, yang bisa ditemukan hanyalah kondisi biasa yang tak perlu diperhatikan.""Lalu, sebenarnya apa yang membuat ayah begitu tertarik kepadanya? Sampai-sampai ayah memberikan bayaran awal sebuah mansion kepadanya. Tidakkah itu terlalu berlebihan untuk seorang pengawal?"Sean tertawa ringan."Kau akan segera tahu nanti. Karena Leander sendiri yang akan menunjukkan kelayakannya di depanmu.""Hmm ...."Dion kemudian menghadap ke luar jendela mobil. Dan segera, dia tenggelam den
Suasananya semakin meningkat. Ini tentang perkataan Leander yang menurut mereka sedikit aneh. Dia seakan-akan berkata layaknya orang yang tahu tentang masa depan dan sudah mendalami pengetahuan tentang kekuatan super tersebut. Padahal, Leander juga baru mendapatkan kekuatan itu beberapa hari yang lalu. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu tidak menemukan jawabannya. Karena mau bagaimanapun, saat ini mereka masih awam dengan pandangan Leander dari sisi dirinya yang baru ini. Mungkin masih membutuhkan lebih banyak waktu lagi untuk sekedar mengetahui salah satu titik jawaban dari hal tersebut. "Baiklah. Lalu kapan kita akan memulainya?" balas Finn. "Besuk." Finn langsung manggut-manggut mengerti. "Tapi, apakah tidak masalah jika ada orang lain yang melihatnya nanti?" "Tentu saja itu akan bermasalah untuk saat ini." "Kalau begitu--" "Tapi tenang saja, ayah. Aku memiliki cara sendiri untuk itu," potong Leander.
Criekk! Leksa membuka pintu sebuah ruangan yang diyakininya adalah sebuah kamar. Kemudian mereka semua menanti pintu itu terbuka sepenuhnya. Dan betapa terkejutnya mereka berempat saat melihat kilau mewah memancar dari dalam ruangan. "Ughh! Apakah ini benar-benar sebuah kamar?" ujar Leksa tak percaya. "Tentu saja," jawab Leander yang muncul dari arah belakang. Kemudian dia berjalan melewati yang lain dan masuk ke dalam kamar. Melihat hal itu, keluarganya pun ikut masuk ke dalam. Mereka semua melihat ke kanan kiri dan atas bawah, karena merasa takjub dengan isinya. Sebuah kasur besar dengan tekstur lembut dan nyaman di permukaannya. Dengan selimut mewah yang menangkup di atasnya. Interior elegan yang luar biasa enak di pandang. Dan bahkan ada televisi pribadi di depannya sekaligus kamar mandi mewah layaknya hotel bintang lima di sisi samping. "Wow! Ini sangat keren!" ucap Aleksi keceplosan. "Kali ini aku
"Apa setelah melihatnya secara langsung kamu dapat mengerti tentang orang itu?"Dion langsung menengok ke arah ayahnya. Dan melihat senyuman miring terpampang jelas di wajah Sean, Dion langsung mendengus kalah disertai senyuman tipis."Tidak sama sekali. Aku hanya merasa bahwa dia adalah orang yang berbahaya dan mengerikan.""Kau benar. Bahkan ayah tidak mengetahui detailnya tentang Leander. Meskipun sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya, yang bisa ditemukan hanyalah kondisi biasa yang tak perlu diperhatikan.""Lalu, sebenarnya apa yang membuat ayah begitu tertarik kepadanya? Sampai-sampai ayah memberikan bayaran awal sebuah mansion kepadanya. Tidakkah itu terlalu berlebihan untuk seorang pengawal?"Sean tertawa ringan."Kau akan segera tahu nanti. Karena Leander sendiri yang akan menunjukkan kelayakannya di depanmu.""Hmm ...."Dion kemudian menghadap ke luar jendela mobil. Dan segera, dia tenggelam den
Dua buah mobil mewah berwarna hitam itu memasuki halaman depan sebuah mansion. Dan saat itu jugalah para pekerja yang awalnya terpencar di beberapa sudut halaman langsung berkumpul di satu tempat untuk menyambut mereka.Sean dan Dion menjadi yang pertama kali keluar dari mobil itu. Kemudian disusul juga oleh Leander, dan sisanya keluar bersamaan dari mobil di belakang."Selamat datang, Tuan dan Tuan Muda," ucap seorang maid dengan sopan kepada Sean dan Dion. Sean balas mengangguk sambil tersenyum. Karena pada dasarnya dia memang orang yang ramah kepada seluruh pekerjanya."Lane, mulai sekarang mansion ini adalah miliknya. Dan kamu juga akan bekerja di bawahnya. Jadi, dialah majikanmu sekarang. Layani dia dengan baik," ucap Sean sambil mengarahkan perhatian semua orang kepada Leander.Dan maid yang dipanggil Lane itu diam sejenak melihat Leander. Dia bertanya-tanya apa status Leander ini. Sampai-sampai, Sean memberikan
Keluarga Leander langsung membalasnya dengan baik. Finn serta Diana tersenyum ramah kepada Dion. Sedangkan Leksa mendadak bersemu merah dan Aleksi nampak bersemangat. Mungkin dia berpikir bahwa Dion keren. Leander sendiri saat ini sedang melihat interaksi mereka. Sambil berpikir dan mengingat-ingat kembali tentang identitas Dion di masa lalu. Dan akhirnya dia menemukannya. Di masa lalu, Dion dijuluki sebagai Hunter Iblis karena kejahatannya yang dilakukannya secara terang-terangan. Itu semua karena dirinya sangat terpukul atas tewasnya seluruh anggota keluarganya Mereka semua dibantai oleh guild perserikatan hunter yang cukup besar karena sempat menentang ketuanya yang berperingkat S. Dan sejak saat itulah dia menjadi sosok liar yang salah jalan, serta sosok yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Leander dulu tidak terlalu memperhatikan tentang hal-hal seperti itu. Jadi, dia agak terkejut ketika melihat Dion muncul di hadapa
Hari telah berlalu. Dan kini mereka semua berada di depan rumah. Mereka menatap rumah itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Karena bagaimanapun, di sanalah mereka melalui suka duka selama bertahun-tahun. Dan sekarang, mereka harus pergi meninggalkan rumah itu. Dan ini semua karena ulah dari adik laki-laki Diana. "Apakah suatu hari nanti kita bisa mendapatkan rumah ini kembali?" ujar Diana tanpa mengalihkan pandangannya. Mendengar hal itu, Leander langsung melirik ke samping. Dia tahu betapa sayangnya sang ibu dengan rumah tersebut. Karena rumah itu adalah perwujudan dari usaha ibunya bersama ayahnya sejak pertama kali menikah. "Tentu saja, bu." Diana menengok ke arah Leander sambil tersenyum. "Terima kasih, Leander." Dan Leander hanya balas tersenyum. "Lalu apa kita bisa berangkat sekarang?" lanjutnya. Dan Diana serta yang lainnya mengangguk pertanda jawaban iya. Kemudian mereka semua berjalan menu
Semua keluarga Leander langsung senang mendengar kabar itu. Diana kemudian memeluk putranya itu sampai dia terdorong sedikit ke belakang. "Terima kasih, nak." "Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir," ucap Leander sambil tersenyum tipis. Diana kemudian melepaskan pelukan itu. Dengan mendongak, dia bertanya kepada putranya. "Tapi nak, bagaimana bisa kamu tahu tentang beliau sedangkan kita selalu berada di rumah sakit selama ini? Dan juga, bagaimana caramu bernegosiasi dengan orang penting sepertinya?" Leander diam memerhatikan pertanyaan ibunya. Dan dia tersenyum kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Rahasia," jawabnya singkat membuat semua orang penasaran. "Sudah. Lebih baik ayo kita mengemasi barang-barang kita dan masak mie instan malam ini. Karena besuk kita akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini," lanjut Leander yang diangguki oleh yang lainnya. Meski berat untuk men
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.