________
Semuanya berjajar rapi di depan ranjang pasien milik Leander. Dan dengan serius mereka menatap ke arahnya. Dia kemudian turun dari ranjang.
"Apakah kalian mengizinkanku untuk melakukannya?"
Mereka mengangguk bersamaan.
"Apakah kalian percaya kepadaku?"
Dan meski mereka sedikit ragu, mereka tetap memilih untuk mempercayainya. Semuanya kemudian mengangguk sekali lagi.
Dengan respon tersebut, layar skill milik Leander langsung muncul di depannya.
[Syarat telah terpenuhi.]
[Skill Darah Pembangkit dapat diaktifkan.]
[Memulai penyesuaian....]
[...]
[Kondisi telah sesuai. Proses berakhir!]
Setelah proses penyesuaian berakhir, Leander kemudian meneliti dengan jeli satu persatu tulisan yang muncul di layar. Dan disaat semuanya sudah selesai, dia mulai mengaktifkan skillnya.
"Darah Pembangkit tingkat pertama, aktifkan!" serunya.
Setelah dia mengatakan kalimat tersebut, tubuhnya memancarkan sinar berwarna merah dalam waktu singkat. Itu mirip seperti kerlipan lampu yang akan segera menghilang ketika kita berkedip.
"..."
Leander melangkah maju.
"Mungkin ini akan sedikit sakit dan meraup akal sehat kalian dalam beberapa detik ke depan. Meskipun begitu, apakah kalian tetap ingin melakukannya?" tanya Leander.
"Ya. Mengidap C20 sangat menyiksa tubuh dan batin secara perlahan. Akan lebih baik kita melewatinya dalam waktu singkat meski sangat menyakitkan," jawab Finn.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan memulainya darimu, ayah."
Finn mengangguk.
"Tahanlah ayah, ini akan lumayan sakit," ucap Leander.
'Belati Dark Ice!' ucap Leander dalam hati.
[Sedang memuat....]
[Memunculkan 76 variasi belati Dark Ice.]
'Variasi kesepuluh.'
Lalu muncullah sebuah belati berwarna hitam dari es dengan aura berwarna merah. Bentuknya kecil, tajam, dan runcing seperti belati biasa. Namun, itu agak transparan.
Tanpa berpikir panjang lagi, Leander menyayat telapak tangan kirinya dengan belati tersebut. Dan yang lain langsung panik kala melihat darah segar keluar dari telapak tangannya.
"Leander, apa yang kamu lakukan?!!" ujar ibunya mencoba menghentikan tindakannya.
"Tenanglah, bu. Aku juga mempunyai kemampuan regenerasi. Luka seperti ini bisa kembali sembuh dalam waktu singkat."
"Tapi, nak...."
"Perhatikan saja, bu."
Dan akhirnya Diana mengalah.
Saat darah Leander hampir jatuh ke bawah, belati itu langsung menyerapnya hingga membuat pola darah pada bilahnya.
[Pemberitahuan!]
[Darah Pembangkit bisa digunakan!]
"Ayah sudah siap?"
"Ehem! Ya."
"Kalau begitu aku akan memulainya."
Leander dan Finn berdiri berhadapan. Kemudian dengan cepat Leander menusukkan belati tersebut pada jantung Finn. Dan hal itu membuat kaget semua kelurganya.
"...!!"
"Kghh...!!"
Finn menatap kaget ke arah Leander yang nampak tenang, kemudian dia mencoba untuk memegang belati yang menusuk jantungnya tersebut.
"Hentikan! Jangan menyentuhnya, ayah. Ini akan segera berakhir," ucap Leander.
Dan rasa sakit yang diterima Finn langsung meningkat dengan cepat. Dia bahkan tak kuasa untuk berteriak. Tapi, itu lebih baik dari pada harus tenggelam hingga mati secara perlahan bersama wabah sialan itu.
Setiap inci tubuh Finn bergetar. Tulang-tulang berdecit kesakitan. Otot-otot juga serasa hampir meledak. Dan disaat itu terjadi, wabah C20 dalam tubuh Finn berpindah ke dalam tubuh Leander secara perlahan. Diana, Leksa, dan Aleksi yang melihatnya sampai ngeri sendiri.
'Apakah Leander dan suamiku akan baik-baik saja?' batin Diana nampak khawatir.
"Hei, apa kamu pikir kakak akan baik-baik saja? Bukankah garis-garis seperti otot yang menjalar di tangannya itu adalah wabah C20 dari tubuh ayah?" bisik Leksa kepada Aleksi.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Semoga saja mereka tidak apa-apa."
Proses terus berlangsung dalam beberapa detik. Dan wabah yang ada dalam tubuh Finn keluar melalui tusukan belati Leander yang kemudian berpindah menjalar ke tubuhnya.
'Pada dasarnya wabah C20 hampir mirip dengan Darah Pembangkitku. Melalui darah dan rasa sakit, keduanya membangkitkan kekuatan seseorang. Hanya saja Darah Pembangkitku masih jauh lebih baik dari pada wabah ini.'
[Proses telah selesai! Ingin melanjutkan?]
Saat tulisan itu muncul, rasa sakit yang ada pada Finn langsung menghilang sampai akarnya.
"Hah... Hahh...."
Dan barulah dia bisa sedikit bernapas lega.
"Bagian terakhir, pembangkitan!"
[Tubuh target tidak memungkinkan pembangkitan....]
'Ah, benar juga. Keluargaku tidak memiliki kemungkinan untuk kebangkitan jika dinilai dari layar status di bumi. Di masa lalu mereka juga ditakdirkan untuk gugur di sini. Kalau begitu ayo lakukan cara ini!'
"Hilangkan efek layar status sementara. Memulai peniruan skill!"
Kemudian sebuah lingkaran berwarna ungu gelap dengan garis lingkaran dalam berwarna putih mulai menlingkari pergelangan tangan kanan Leander. Lingkaran tersebut berputar terus menerus membuat belati itu juga ikut berkerlip redup.
Deg!
Deg!
Finn mulai merasakan darah dalam tubuhnya berdesir aneh dengan detak jantung yang tak beraturan.
'Dengan ini, ayah juga akan terbangkit dengan beberapa skill yang sama denganku.'
Dan tak lama kemudian, Leander mengakhirinya.
"Proses selesai. Pemberhentian peniruan skill!"
Kemudian lingkaran bergerak itu mulai menghilang dan Leander mencabut belatinya secara perlahan dari jantung Finn. Tentu saja tak ada bekas luka di sana, karena belati yang digunakannya adalah belati khusus yang bisa dikendalikan sepenuhnya oleh Leander.
"Ayah, semuanya sudah selesai," ucap Leander.
Finn lalu terduduk bersila di atas lantai. Dia masih menerka-nerka hal aneh apa yang dirasakan tubuhnya saat ini.
"A-Ayah, apa kau baik-baik saja? Apa cara yang kakak gunakan benar-benar bekerja?" tanya Leksa ragu-ragu.
"..."
Tanpa menjawab, Finn langsung mengarahkan pandangan mereka kepada tangannya yang bergerak menyentuh tengkuk leher.
"Aku rasa itu bekerja. Bukankah tanda itu sudah menghilang?" ujar Finn yang membuat semua orang menatapnya dalam diam. Karena ciri-ciri yang terdapat pada orang yang terjangkit wabah C20 telah menghilang tanpa bekas dari dirinya.
'Aku tak menyangka bahwa aku benar-benar akan sembuh. Tapi sensasi yang kurasakan tadi benar-benar menyakitkan dan... aku seperti bisa melihat jauh ke dalam diri Leander walau tak tahu apa yang sedang kulihat di sana,' batin Finn sambil menggosok-gosok tengkuknya.
Melihat semua itu, mereka akhirnya percaya sepenuhnya dengan kekuatan Leander.
"Nak, apakah kamu juga bisa melakukannya kepada ibu?" tanya Diana dengan wajah serius dan nada penuh semangat.
"Hmm... Aku memang akan melakukannya, bu."
Dan jawaban Leander itu membuat Diana menjadi senang. Siang hari menjelang sore itu, Leander menggunakannya untuk menyembuhkan mereka semua.
Jika ditanya apakah Leander tidak kehabisan tenaga setelah melakukan hal itu berkali-kali, maka jawabannya adalah tidak. Karena sumber energi Leander yang sebenarnya bahkan jauh lebih banyak dari apa yang dimunculkan di dalam layar status. Bahkan dalam kondisinya yang belum pulih sepenuhnya ini, kemampuannya sudah mencapai peringkat SS+. Singkatnya, dia adalah monster mengerikan yang kembali dari masa depan.
________ Tak butuh waktu lama untuk Leander menyembuhkan semua keluarganya. Dan kini mereka tengah loncat-loncat kegirangan karena keajaiban tersebut. Bahkan sakitnya sama sekali tak terasa lagi. Mereka benar-benar sembuh total. "Yayyy!! Akhirnya aku sembuh!!" teriak Aleksi. Dan untung saja Leander masih menutup pintu dan jendela dengan bunga esnya. Jadi, pembicaraan mereka tak akan terdengar sampai luar ruangan. "Kakak, terima kasih!" "Haha, sama-sama, Aleksi," balas Leander ikut bahagia. Sudah lama sekali dia tidak merasakan suasana seperti ini, karena dulu dia terus-terusan berada dalam medan perang. Entah melawan monster sungguhan, manusia, atau musuh Dunia Mongodean. 'Berterima kasih kepada orang-orang di Dunia Mongodean, akhirnya aku bisa kembali lagi berjumpa dengan keluargaku.' Perasaan Leander menghangat melihat mereka semua tersenyum senang.
Naga dimensi itu terbang tinggi di atas langit dengan membawa keluarga Arcaka. Dan mereka semua bergetar ketakutan kecuali Leander. Bagaimana tidak, jika terpeleset sedikit saja bisa membuat mereka terjun bebas ke bawah dari ketinggian tersebut. "Kak, apakah kakak tidak takut jatuh?" tanya Aleksi yang sejak tadi berpegangan kencang pada baju Leander. "Tidak." "..." Aleksi akhirnya diam. Dia melihat sekeliling yang mana hanya ada langit biru luas tanpa awan. "Leander, tidakkah kamu pikir orang lain bisa saja melihat kita?" tanya sang ayah dengan tatapan yang fokus ke depan. "Tidak, ayah. Meskipun kita bisa melihat pemandangan kota di bawah sana, tapi sebenarnya kita berada di jalur dimensi yang berbeda. Dan orang lain tidak bisa melihat kita," jawabnya jujur. "Jadi, begitu. Baguslah! Dan ayah tak habis pikir bagaimana bis
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
Semua keluarga Leander langsung senang mendengar kabar itu. Diana kemudian memeluk putranya itu sampai dia terdorong sedikit ke belakang. "Terima kasih, nak." "Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir," ucap Leander sambil tersenyum tipis. Diana kemudian melepaskan pelukan itu. Dengan mendongak, dia bertanya kepada putranya. "Tapi nak, bagaimana bisa kamu tahu tentang beliau sedangkan kita selalu berada di rumah sakit selama ini? Dan juga, bagaimana caramu bernegosiasi dengan orang penting sepertinya?" Leander diam memerhatikan pertanyaan ibunya. Dan dia tersenyum kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Rahasia," jawabnya singkat membuat semua orang penasaran. "Sudah. Lebih baik ayo kita mengemasi barang-barang kita dan masak mie instan malam ini. Karena besuk kita akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini," lanjut Leander yang diangguki oleh yang lainnya. Meski berat untuk men
Hari telah berlalu. Dan kini mereka semua berada di depan rumah. Mereka menatap rumah itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Karena bagaimanapun, di sanalah mereka melalui suka duka selama bertahun-tahun. Dan sekarang, mereka harus pergi meninggalkan rumah itu. Dan ini semua karena ulah dari adik laki-laki Diana. "Apakah suatu hari nanti kita bisa mendapatkan rumah ini kembali?" ujar Diana tanpa mengalihkan pandangannya. Mendengar hal itu, Leander langsung melirik ke samping. Dia tahu betapa sayangnya sang ibu dengan rumah tersebut. Karena rumah itu adalah perwujudan dari usaha ibunya bersama ayahnya sejak pertama kali menikah. "Tentu saja, bu." Diana menengok ke arah Leander sambil tersenyum. "Terima kasih, Leander." Dan Leander hanya balas tersenyum. "Lalu apa kita bisa berangkat sekarang?" lanjutnya. Dan Diana serta yang lainnya mengangguk pertanda jawaban iya. Kemudian mereka semua berjalan menu
Keluarga Leander langsung membalasnya dengan baik. Finn serta Diana tersenyum ramah kepada Dion. Sedangkan Leksa mendadak bersemu merah dan Aleksi nampak bersemangat. Mungkin dia berpikir bahwa Dion keren. Leander sendiri saat ini sedang melihat interaksi mereka. Sambil berpikir dan mengingat-ingat kembali tentang identitas Dion di masa lalu. Dan akhirnya dia menemukannya. Di masa lalu, Dion dijuluki sebagai Hunter Iblis karena kejahatannya yang dilakukannya secara terang-terangan. Itu semua karena dirinya sangat terpukul atas tewasnya seluruh anggota keluarganya Mereka semua dibantai oleh guild perserikatan hunter yang cukup besar karena sempat menentang ketuanya yang berperingkat S. Dan sejak saat itulah dia menjadi sosok liar yang salah jalan, serta sosok yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Leander dulu tidak terlalu memperhatikan tentang hal-hal seperti itu. Jadi, dia agak terkejut ketika melihat Dion muncul di hadapa
Dua buah mobil mewah berwarna hitam itu memasuki halaman depan sebuah mansion. Dan saat itu jugalah para pekerja yang awalnya terpencar di beberapa sudut halaman langsung berkumpul di satu tempat untuk menyambut mereka.Sean dan Dion menjadi yang pertama kali keluar dari mobil itu. Kemudian disusul juga oleh Leander, dan sisanya keluar bersamaan dari mobil di belakang."Selamat datang, Tuan dan Tuan Muda," ucap seorang maid dengan sopan kepada Sean dan Dion. Sean balas mengangguk sambil tersenyum. Karena pada dasarnya dia memang orang yang ramah kepada seluruh pekerjanya."Lane, mulai sekarang mansion ini adalah miliknya. Dan kamu juga akan bekerja di bawahnya. Jadi, dialah majikanmu sekarang. Layani dia dengan baik," ucap Sean sambil mengarahkan perhatian semua orang kepada Leander.Dan maid yang dipanggil Lane itu diam sejenak melihat Leander. Dia bertanya-tanya apa status Leander ini. Sampai-sampai, Sean memberikan
Suasananya semakin meningkat. Ini tentang perkataan Leander yang menurut mereka sedikit aneh. Dia seakan-akan berkata layaknya orang yang tahu tentang masa depan dan sudah mendalami pengetahuan tentang kekuatan super tersebut. Padahal, Leander juga baru mendapatkan kekuatan itu beberapa hari yang lalu. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu tidak menemukan jawabannya. Karena mau bagaimanapun, saat ini mereka masih awam dengan pandangan Leander dari sisi dirinya yang baru ini. Mungkin masih membutuhkan lebih banyak waktu lagi untuk sekedar mengetahui salah satu titik jawaban dari hal tersebut. "Baiklah. Lalu kapan kita akan memulainya?" balas Finn. "Besuk." Finn langsung manggut-manggut mengerti. "Tapi, apakah tidak masalah jika ada orang lain yang melihatnya nanti?" "Tentu saja itu akan bermasalah untuk saat ini." "Kalau begitu--" "Tapi tenang saja, ayah. Aku memiliki cara sendiri untuk itu," potong Leander.
Criekk! Leksa membuka pintu sebuah ruangan yang diyakininya adalah sebuah kamar. Kemudian mereka semua menanti pintu itu terbuka sepenuhnya. Dan betapa terkejutnya mereka berempat saat melihat kilau mewah memancar dari dalam ruangan. "Ughh! Apakah ini benar-benar sebuah kamar?" ujar Leksa tak percaya. "Tentu saja," jawab Leander yang muncul dari arah belakang. Kemudian dia berjalan melewati yang lain dan masuk ke dalam kamar. Melihat hal itu, keluarganya pun ikut masuk ke dalam. Mereka semua melihat ke kanan kiri dan atas bawah, karena merasa takjub dengan isinya. Sebuah kasur besar dengan tekstur lembut dan nyaman di permukaannya. Dengan selimut mewah yang menangkup di atasnya. Interior elegan yang luar biasa enak di pandang. Dan bahkan ada televisi pribadi di depannya sekaligus kamar mandi mewah layaknya hotel bintang lima di sisi samping. "Wow! Ini sangat keren!" ucap Aleksi keceplosan. "Kali ini aku
"Apa setelah melihatnya secara langsung kamu dapat mengerti tentang orang itu?"Dion langsung menengok ke arah ayahnya. Dan melihat senyuman miring terpampang jelas di wajah Sean, Dion langsung mendengus kalah disertai senyuman tipis."Tidak sama sekali. Aku hanya merasa bahwa dia adalah orang yang berbahaya dan mengerikan.""Kau benar. Bahkan ayah tidak mengetahui detailnya tentang Leander. Meskipun sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya, yang bisa ditemukan hanyalah kondisi biasa yang tak perlu diperhatikan.""Lalu, sebenarnya apa yang membuat ayah begitu tertarik kepadanya? Sampai-sampai ayah memberikan bayaran awal sebuah mansion kepadanya. Tidakkah itu terlalu berlebihan untuk seorang pengawal?"Sean tertawa ringan."Kau akan segera tahu nanti. Karena Leander sendiri yang akan menunjukkan kelayakannya di depanmu.""Hmm ...."Dion kemudian menghadap ke luar jendela mobil. Dan segera, dia tenggelam den
Dua buah mobil mewah berwarna hitam itu memasuki halaman depan sebuah mansion. Dan saat itu jugalah para pekerja yang awalnya terpencar di beberapa sudut halaman langsung berkumpul di satu tempat untuk menyambut mereka.Sean dan Dion menjadi yang pertama kali keluar dari mobil itu. Kemudian disusul juga oleh Leander, dan sisanya keluar bersamaan dari mobil di belakang."Selamat datang, Tuan dan Tuan Muda," ucap seorang maid dengan sopan kepada Sean dan Dion. Sean balas mengangguk sambil tersenyum. Karena pada dasarnya dia memang orang yang ramah kepada seluruh pekerjanya."Lane, mulai sekarang mansion ini adalah miliknya. Dan kamu juga akan bekerja di bawahnya. Jadi, dialah majikanmu sekarang. Layani dia dengan baik," ucap Sean sambil mengarahkan perhatian semua orang kepada Leander.Dan maid yang dipanggil Lane itu diam sejenak melihat Leander. Dia bertanya-tanya apa status Leander ini. Sampai-sampai, Sean memberikan
Keluarga Leander langsung membalasnya dengan baik. Finn serta Diana tersenyum ramah kepada Dion. Sedangkan Leksa mendadak bersemu merah dan Aleksi nampak bersemangat. Mungkin dia berpikir bahwa Dion keren. Leander sendiri saat ini sedang melihat interaksi mereka. Sambil berpikir dan mengingat-ingat kembali tentang identitas Dion di masa lalu. Dan akhirnya dia menemukannya. Di masa lalu, Dion dijuluki sebagai Hunter Iblis karena kejahatannya yang dilakukannya secara terang-terangan. Itu semua karena dirinya sangat terpukul atas tewasnya seluruh anggota keluarganya Mereka semua dibantai oleh guild perserikatan hunter yang cukup besar karena sempat menentang ketuanya yang berperingkat S. Dan sejak saat itulah dia menjadi sosok liar yang salah jalan, serta sosok yang jauh berbeda dari dirinya sebelumnya. Leander dulu tidak terlalu memperhatikan tentang hal-hal seperti itu. Jadi, dia agak terkejut ketika melihat Dion muncul di hadapa
Hari telah berlalu. Dan kini mereka semua berada di depan rumah. Mereka menatap rumah itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Karena bagaimanapun, di sanalah mereka melalui suka duka selama bertahun-tahun. Dan sekarang, mereka harus pergi meninggalkan rumah itu. Dan ini semua karena ulah dari adik laki-laki Diana. "Apakah suatu hari nanti kita bisa mendapatkan rumah ini kembali?" ujar Diana tanpa mengalihkan pandangannya. Mendengar hal itu, Leander langsung melirik ke samping. Dia tahu betapa sayangnya sang ibu dengan rumah tersebut. Karena rumah itu adalah perwujudan dari usaha ibunya bersama ayahnya sejak pertama kali menikah. "Tentu saja, bu." Diana menengok ke arah Leander sambil tersenyum. "Terima kasih, Leander." Dan Leander hanya balas tersenyum. "Lalu apa kita bisa berangkat sekarang?" lanjutnya. Dan Diana serta yang lainnya mengangguk pertanda jawaban iya. Kemudian mereka semua berjalan menu
Semua keluarga Leander langsung senang mendengar kabar itu. Diana kemudian memeluk putranya itu sampai dia terdorong sedikit ke belakang. "Terima kasih, nak." "Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir," ucap Leander sambil tersenyum tipis. Diana kemudian melepaskan pelukan itu. Dengan mendongak, dia bertanya kepada putranya. "Tapi nak, bagaimana bisa kamu tahu tentang beliau sedangkan kita selalu berada di rumah sakit selama ini? Dan juga, bagaimana caramu bernegosiasi dengan orang penting sepertinya?" Leander diam memerhatikan pertanyaan ibunya. Dan dia tersenyum kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Rahasia," jawabnya singkat membuat semua orang penasaran. "Sudah. Lebih baik ayo kita mengemasi barang-barang kita dan masak mie instan malam ini. Karena besuk kita akan benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada rumah ini," lanjut Leander yang diangguki oleh yang lainnya. Meski berat untuk men
"... Jadi, ada keperluan apa Anda ke sini?" tanya Sean was-was. Dan melihat hal itu, Leander serasa ingin tertawa kencang. "Haha, jangan terlalu tegang. Yang tadi itu hanyalah sebuah sapaan ringan dariku," ucap Leander. 'Sial! Siapa lagi orang ini?!!' batin Sean sambil memegangi lehernya yang masih ngilu walau tidak terluka. "Ehem! Baiklah, saya akan mengatakan keperluan saya ke sini. Saya dengar, Tuan Sean sedang mencari pengawal, apakah itu benar?" lanjut Leander dengan berganti bahasa formal. "Hah? Oh... benar. Apakah kamu datang ke sini untuk mendaftar sebagai pengawal juga?" balas Sean. "Benar sekali." "Apa?! K-Kalau begitu, kamu bisa langsung saja mendaftar lewat staff kami." Saat ini Sean menjadi geram. Calon pengawal macam apa yang mendaftar dengan cara mengancam tuannya sendiri? Sungguh guyonan yang tak lucu. "Ah, tentang hal itu... saya tidak ingin melalui langkah-langkah rumit
"K-Kamu...!!" Diana tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang dulunya terlihat sangat sopan dan ramah berubah menjadi seperti ini? Sangat kurang ajar dan tak tahu malu. Andai bukan karena Leander sangat mencintai gadis itu, sekarang ini Diana sudah pasti akan menampar wajah tebalnya itu. Melihat hal itu, Leander tampak biasa saja. Padahal Seril mengatakan putus, tapi di wajahnya tak ada raut wajah kesedihan sedikit pun. Itu semua karena cintanya sudah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang hanya ada Sevenian di hatinya. "Kalau memang putus ya putus. Tidak perlu berteriak-teriak karena aku tidak tuli. Dan aku tak masalah jika kita putus," ucap Leander yang membuat semua orang menatapnya tak percaya. "A-Apa?!!!" Seril bingung karena tak mengira reaksi Leander yang biasa saja itu. Pasalnya Leander terlihat sangat mencintainya sebelum ini. Dia pikir bahwa Leander akan menangis dan memohon kepadanya agar tidak putus.