Langkahnya jelas terburu-buru. Jiali ingin berlari, melepaskan dirinya dari kenyataan yang terus membebani. Berurusan dengan keluarga kerajaan memang tidak akan membuat hidupnya berada dalam satu kata tenang.Yuwen terluka oleh keluarganya sendiri. Orang yang berbuat membunuh Yuwen bukanlah orang asing. Orang itu adalah kakak Yuwen sendiri. Meski kakak tiri, tetap saja Yunqin adalah kakak Yuwen.Itu terlalu kejam dan Jiali menjadi penyebab Yunqin melakukan kekejaman itu. Setiap kali Jiali teringat bagaimana wajah Yuwen terbaring tak berdaya, darah yang mengalir di tubuhnya, hati Jiali semakin teriris. Seharusnya pernikahan ini tidak pernah terjadi. Seharusnya meski menengtang titah kaisar, Jiali bisa membatalkan perjodohannya dengan Yuwen.Yunqin ingin Jiali berada jauh dari Yuwen. Baik, ia akan mengabulkannya, tetapi untuk kembali ke sisi Yunqin … bagaimana Jiali bisa melupakan malam itu? Pertengkaran penuh darah itu? Bagaimana ia bisa melupakannya? Yunqin yang tidak pernah ia duga
Jiali terus berlari, sekuat tenaga, meskipun kakinya terasa lemas dan gaunnya semakin membebani langkahnya. Setiap suara di hutan menjadi semakin mengerikan—ranting patah, daun bergesekan, dan napasnya yang terengah-engah seolah menjadi bagian dari kegelapan itu. Ia merasakan ada sesuatu yang mengikuti, mendekat, semakin dekat.Instingnya semakin tajam, dan tanpa disadari, ia berlari lebih cepat, menembus kegelapan dengan tubuh yang hampir terjatuh. Di tengah kebingungannya, pikirannya terus berputar. Wajah Yuwen adalah yang pertama kali tergambar dalam benaknya. Suara langkah berat terdengar semakin jelas.. Dada Jiali sesak, napasnya terputus-putus. Matanya terus melirik ke belakang, tetapi tidak bisa melihat jelas apa yang mengejarnya. Hanya bayangan besar yang bergerak cepat, semakin mendekat, dan semakin menekan rasa takutnya.Tiba-tiba, ada sebuah suara rendah mengerikan yang terdengar tepat sangat dekat di belakangnya. Sesuatu yang besar, seperti hewan buas. Terdengar mencakar
Setibanya di kamar, Yuwen membuka pintu dengan kakinya. Xiumei dan Yu Yong menyambut dengan cemas. Yuwen membaringkan Jiali di atas pembaringan.Yuwen coba mengatur deru napasnya sementara matanya terus mengamati wajah pucat Jiali. Dahi Jiali tampak memar dengan bekas darah kering yang tampak jelas. Noda darah di pakaiannya yang robek membuat Yuwen mengepalkan tangan. "Yu Yong!" Yuwen memanggil dengan nada mendesak. “segera panggil Wang Sanlao!”"Baik, Yang Mulia,” jawab Yu Yong yang segera berlari keluar.Yuwen kembali menatap Jiali. Tangannya dengan lembut menyelipkan rambut yang berantakan dari wajah Jiali.Tangisan Xiumei membuat Yuwen menoleh. “Xiumei, cepat bawakan pakaian untuk Jiali.”Xiumei menyeka air matanya. “Baik, Yang Mulia.”Beberapa saat kemudian, Wang Sanlao tiba, membawa kotak obatnya. Ia melangkah dengan cepat ke arah Yuwen dan langsung memeriksa Jiali tanpa banyak berkata-kata.Yuwen berdiri di sisi tempat tidur, memperhatikan setiap gerakan tabib itu. "Bagaimana
Kaki Yuwen melangkah mantap menuju taman utama, melewati paviliun utama dan paviliun Jiali. Di tengah perjalanan, ia berhenti sejenak dan duduk di bangku panjang gajebo berubin hijau, atap merahnya membingkai langit biru yang cerah. Di bawahnya, kolam tenang lotus membentang. Aroma bunga yang menyegarkan itu, bahkan tak mampu mengusir pikirannya. Ucapan Jiali yang didengarnya terus terngiang di telinga.Aku tidak menginginkan pernikahan ini karena bagaimanapun Yuwen adalah adik dari Kakak Yunqin, aku yakin kalau aku akan menyusahkan semuanya.Yuwen menarik napas panjang. Berbagai pertanyaan menghampirinya dan yang paling mengganggu adalah satu pertanyaan. Apakah Jiali akan menerima pernikahan mereka bila Yuwen bukanlah adik Yunqin?Ia tahu betul bahwa Jiali juga bukanlah pilihan yang diinginkannya, tetapi mengapa hati ini terasa nyeri? Perjodohan ini adalah keputusan yang diambil semata-mata karena perintah Kaisar, bukan keinginannya. Tak ada emosi yang melibatkan hati, hanya kewajib
Setelah Lu Nan pergi, Yuwen tetap berdiri di sana, matanya terfokus pada tempat kosong yang ditinggalkan oleh bupati itu. Tak lama setelahnya, ia mendorong cawan yang ada di meja dengan ujung jarinya. Cawan itu terguling, jatuh ke lantai dan pecah. Suara pecahnya porselen itu mengisi ruang taman yang sunyi.Ia tahu, kondisi dirinya sama dengan Lu Nan. Setiap gerakannya diawasi. Bahkan, sekarang tak hanya oleh Wei Junsu, tetapi juga oleh Yunqin. Semua langkahnya harus penuh perhitungan. Bila sedikit saja ada kesalahan, maka setiap keputusan yang ia buat, setiap kata yang diucapkan, pasti akan berbalik menekan dirinya.Pandangan matanya tanpa sengaja tertuju pada paviliun Jiali. Entah kebetulan atau Dewa sengaja merancangnya. Mata Jiali juga balas menatapnya dari jauh. Sejak kejadian kemarin, Jiali memang sudah kembali ke paviliunnya dan, mereka belum bertemu. Jiali tampak tersenyum ceria sembari melambaikan tangan lalu keluar dari paviliunnya.“Yang Mulia, Tuan Lu Nan sudah meninggalka
Udara malam diselimuti angin dingin yang menggigit tengkuk. Sesekali Hui Fen mengusapnya lantas menoleh ke kiri dan kanan. Cemas kalau ada yang mencuri dengar, terutama Yuwen.Dari kejauhan, pertemuan kali ini memang lebih mirip perbincangan minum teh di gazebo dekat danau bagian belakang karesidenan. Sekilas, seharusnya tidak ada yang curiga.Chu Hua duduk di tengah gazebo. Jubah satin warna merah muda serta perhiasan yang mencolok menegaskan posisinya sebagai selir pertama. Selir lain mendengarkan tiap ucapannya dengan serius, mengakui kalau opini Chu Hua memang benar. “Keterlaluan! Aku yakin dia tahu aturannya! Melarikan diri jelas adalah satu penghinaan! Kekaisaran bisa menghukum kita semua!” tegas Chu Hua menatap tiap-tiap wajah.“Benar sekali. Bagaimana mungkin seorang istri sah bisa begitu tidak tahu aturan? Kalau dia tidak dihukum, apa kata dunia?” timpal Chun Dong Hua penuh semangat.“Kita harus meminta Yang Mulia segera ambil tindakan!” Dong Dai Lu diam sejenak. Matanya men
“Nyonya! Nyonya!”Jiali yang sedang duduk termenung mengamati pucuk-pucuk pohon di pelataran paviliun tersentak kaget. “Ada apa?” Melihat wajah Xiumei panik dan matanya merah menahan air mata, Jiali mendekati Xiumei. “Ada apa? Kamu menangis?”“Nyonya,” Xiumei menyeka air mata yang lolos. “Tuan Lao Fu ….”“Lao Fu? Ada apa dengan kepala pelayan itu? Bicaralah yang benar!”“Dia memintaku membantu Yang Mulia mandi,” jawab Xiumei yang akhirnya tidak bisa menahan air matanya.“A-apa?” Jiali bangkit lalu mencengkeram kedua bahu Xiumei. “Coba katakan lagi! Apa maksudnya? Jangan mengigau!”Xiumei mengangguk. “Selir, Selir Chu Hua menolak melakukannya dan Yang Mulia meminta Tuan Yu Yong mengatakan pada Tuan Lao Fu kalau hamba yang diminta membantu Yang Mulia mandi,” jelas Xiumei, “hamba … hamba tidak bisa menolak, tapi Nyonya, ini … ini ….”Jiali melepaskan cengkeramannya lalu tergesa berjalan menuju paviliun Yuwen.“Cih, seharusnya dia bisa mandi dan berpakaian sendiri! Aku tidak bisa membia
Jiali memejamkan mata, menahan napas sampai tiba-tiba dekapan di pinggangnya terasa melonggar. Ketika akhirnya terdengar riak air, ia tahu Yuwen telah keluar dari kolam. "Pergilah, aku sudah selesai." Jiali membuka mata, punggung Yuwen semakin menjauh. Jiali menggigit bibirnya gemas. Ada hal yang tidak ia mengerti. Mengapa rasanya seperti diabaikan? Tersaruk-saruk dengan pakaian basah, Jiali berusaha mengejar Yuwen. Suaminya itu tampak meraih jubahnya. "Tunggu!" cegat Jiali. Yuwen berbalik, dahinya mengerut. Bingung mengapa Jiali malah mengejarnya. "Pergilah." "Kau tidak bisa mengusirku begitu saja!" tegas Jiali. Dengan cermat Yuwen menatap Jiali dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pakaian merah muda yang Jiali kenakan tampak semakin transparan karena basah. Perasaan aneh itu kembali datang. Yuwen tidak mau hanyut di dalamnya. Yuwen melepaskan jubah lantas menyampirkannya di bahu Jiali. "Ganti pakaianmu." Jiali terdiam sesaat sebelum melepaskan jubah Yuwen lalu membuangnya.
“Yu Yong, katakanlah sesuatu,” mohon Kasim Hong Li pelan, nyaris tenggelam dalam bau lembab dinding batu dan jeruji berkarat. Kasim Hong Li menarik napas. Tidak menyangka kalau Yu Yong sama keras kepala seperti majikannya. Ia membungkuk di depan sel sempit itu, menatap pemuda kurus yang duduk diam dengan tangan terikat, wajahnya kusam dan luka-luka menghitam. Yu Yong tidak bergerak. Matanya kosong, mengarah ke lantai tanah yang becek. Ia seolah tidak mendengar, atau memilih untuk tidak mendengar. Untuk apa ia bicara? Semuanya telah selesai ketika Xiumei mengatakan kalau cincin itu adalah milik Han Jiali. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia bersalah karena gagal menjaga majikannya dan mati adalah hukuman setimpal. Kasim Hong Li menelan ludah. “Kau tahu ini bukan hanya tentang dirimu. Jika kau masih seperti ini, aku tidak bisa membantumu. Kapten Gu tolonglah—” Langkah sepatu keras memotong kalimatnya. Dari ujung lorong penjara, iring-iringan langkah terdengar makin dekat. Arom
“Aku tidak percaya!Jeritan Yunqin menggema ke penjuru ruangan. Sejak pagi ia berdiri di tengah kamar. Menolak untuk mengenakan pakaian duka yang telah dipersiapkan.Di hadapannya seorang kasim muda membawa baki berisi pakaian duka. Ia menunduk dalam-dalam, bersiap mendengar amarah karena Yunqin harus berangkat ke upacara pemakaman.“Yang Mulia, upacara pemakaman akan segera dimulai. Pelayan pribadi Nyonya Han sendiri yang memastikan identitasnya dan—”“Diam!”Yunqin mengangkat tangan, hendak memukul, tetapi tangannya menggantung di udara, lalu jatuh perlahan ke sisi tubuhnya. Matanya menerawang jauh, seolah coba menyangkal kenyataan yang sejak kemarin dijelaskan padanya. “Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar Tao sudah menunggu,” bujuknya lagi “Aku tidak peduli!”Yang Mulia.”“Apa kau sudah dengar siapa yang bertanggung jawab atas segala?”“Semua sedang dalam penyelidikan.”Yunqin diam lanta tiba-tiba wajahnya berubah tegang. “Kau mengatakan kalau Jiali ditemukan di dekat Zijian, bukan? Se
Pagi ini, langit di atas istana berwarna kelabu. Awan-awan tebal menggantung rendah, seolah turut berkabung atas kepergian putra istana. Gerbang utama istana telah terbuka lebar, menanti rombongan tandu yang membawa jasad Pangeran Kedua dan istrinya.Di sepanjang pelataran, para pelayan dan pejabat berbaris dalam keheningan. Jubah mereka berwarna biru gelap, rambut disanggul rapi, dan kepala tertunduk rendah. Sedangkan di depan gerbang, rakyat bersimpuh dengan penuh air mata.Bendera-bendera kekaisaran dikibarkan setengah tiang. Tidak ada suara selain desau angin yang merayap pelan di sela pilar-pilar batu.Tandu berhias ukiran naga dan burung fenghuang tiba di depan aula persembahan leluhur. Kain putih dan ungu yang melambai di sekelilingnya menjadi pertanda bahwa orang yang wafat bukan rakyat biasa, melainkan darah kekaisaran.Kaisar tidak keluar menyambut. Ini bukan bagian dari aturan, tetapi Selir Agung Shu Qiongshing akan menyambut ditemani kedua putrinya—Qinh Lien Hua dan Qing Q
Aroma asin laut tercampur amis darah busuk membuat para pelayan di belakangnya menutup hidung dengan lengan baju, tetapi Hong Li mengabaikan semuanya. Langkah Kasim Hong Li terhenti ketika pandangannya menangkap dua kain lusuh yang menutupi tubuh di atas tandu kayu. Ia berusaha keras untuk tegar walau sekujur tubuhnya gemetaran.Tidak kuat berlama-lama membayangkan yang ada di hadapannya adalah Yuwen, Kasim Hong Li berjalan mundur beberapa langkah hingga kemudian pandangannya beralih pada Yu Yong yang terlihat duduk di atas hamparan pasir bercampur kerikil pantai.“Kapten Yu,” panggil Kasim Hong Li.Yu Yong menoleh, tetapi masih tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.“Apa yang terjadi? Itu … bukan mereka, kan?” tanya Kasim Hong LiYu Yong menundukkan kepala, tak menjawab.Kasim Hong Li berjongkok. Berkali ia mengguncang bahu Yu Yong “Katakan padaku, ini bukan Yang Mulia Pangeran Kedua dan Nyonya Han! Kalian … masih mencari mereka di tempat lain, bukan?”Suara tangis Yu Yong bercam
Bab 63. Ketika Langit Tidak Lagi Menjawab.Yu Yong menatap surat tanpa segel resmi di tangannya, keningnya mengerut tajam. Tulisan tangan kasim Hong Li terpampang jelas. Ia mengenalinya dalam satu kali pandangan. Surat ini membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. “Apakah sekarang Tuan akan melapor ke ibu kota kalau Yang Mulia dan Nyonya hilang?” Suara Xiumei memecah hening malam. Gadis itu telah berdiri di ambang pintu, matanya mengamati wajah Yu Yong dengan kegelisahan yang serupa dengan Yu Yong.Yu Yong tidak langsung menjawab. Ia melipat surat itu perlahan, lalu memandang Xiumei. “Kau tahu betul, Xiumei. Ada banyak hal yang harus dipastikan sebelum melaporkan hal ini ke istana. Yang Mulia pasti tidak ingin membuat keributan yang tidak perlu.”“Tapi ini sudah terlalu lama, Tuan,” balas Xiumei, suaranya mulai meninggi. “aku takut kita terlambat. Tuan, mohon pertimbangan,” bujuknya lagi putus asa.Yu Yong menatap nyala lentera sejenak sebelum akhirnya berani menatap Xiumei.
“Aku menunggumu di kamar, tapi tidak juga datang,” protes Qianyi menerobos masuk setelah seorang prajurit keluar dari Shufang Zeming.Zeming bangkit, berjalanenghampirinosgrinya lantas meraih tangan lembut yang sangat indah menurutnya. “Tidurlah lebih awal. Malam ini aku akan terlambat.”“Lagi?”Zeming tersenyum, tetapi tentunya senyumannya disambut kegelisahan Qianyi. “Aku berjanji segera menyelesaikan masalah ini. Laporan dari prajurit ... membuatku tidak tenang.”“Apa ada masalah lain?”“Seorang prajurit dari rombongan kekaisaran, pergi ke Hangzi setelah menerima sesuatu dari Kasim Hong Li.”“Menerima sesuatu?”Zeming mengangguk. “Sepertinya Kasim Hong Li meminta prajurit itu mengirimkan sepucuk surat. Ada yang aneh, tapi aku yakin sepertinya Kasim Hong Li mencurigai sesuatu.”“Apa mungkin berkaitan dengan pangeran kedua dari Anming?”Sekali lagi Zeming mengangguk. “Beberapa hari lalu aku membawa Kasim Hong Li ke pasar. Di sana dia tertarik pada sebuah kuda. Aku membayar kuda itu
“Kau tidak keliru?”Li Wei menggeleng. “Aku tidak mungkin salah mengenali wajah itu.”Zeming menggeser gambar itu pada Qianyi. “Ini … sungguh pangeran kedua Anming dan istrinya?” tanya Qianyi pelan, “selir-selir pangeran itu sungguh memotong rambut istri sah pangeran? Mengerikan sekali,” lanjut Qianyi merangkul lengan Zeming seolah cemas akan mendapatkan perlakuan serupa dari selir Zeming.“Hangzi berada dekat dari Zijian, segala berita bisa didengar, tapi aku tidak menyangka ternyata berita itu benar dan pangeran kedua itu mampu memotong rambut untuk istrinya. Itu luar biasa.”Li Wei diam, memalingkan wajah, coba menyembunyikan sorot mata yang tidak suka mendengar percakapan Zeming dengan Qianyi.“Luar biasa, ya? Mereka luar biasa?” gumam Li Wei nyaris tak terdengar.Qianyi menatap Li Wei sejenak, lalu bertukar pandang dengan Zeming. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi genggaman tangannya pada lengan suaminya mengencang seolah berkata kalau Qianyi dan Zeming salah bicara.Zeming berd
"Putri Sun Li Wei telah kembali!"Sorak-sorai penuh kegembiraan terdengar sedari rombongan kekaisaran memasuki gerbang utama Zijian.Li Wei menyingkap tirai jendela kereta perlahan. Ketika tangannya melambai ke arah penduduk yang berseru gembira, senyum cerah terukir sempurna.Satu senyum penuh kelegaan yang selama ini tidak bisa Li Wei lakukan.Detak roda kereta berhenti, Li Wei menutup kembali tirai dan tak lama Mei Xin membuka pintu kereta. Begitu langkah kakinya menyentuh tanah Zijian, suara langkah kaki yang cepat segera menyambutnya."Li Wei'er!"Suara nyaring dan lembut menyapu udara. Lin Roulan, ibu kandungnya, berlari kecil menuruni anak tangga, dibantu dua pelayan tua yang tampak kewalahan menjaga keseimbangan gaun panjang majikannya. Mata Roulan tampak basah, dan senyumnya merekah."Ibu.”Mata mereka bertemu sejenak. Roulan menoleh ke arah Kami Hong Li yang berdiri di samping Li Wei.“Aiya, mendengar kabarmu akan datang, ibu begitu bahagia dan lihat, ketika sungguh sudah me
“Aku akan kembali ke kamarku.”Melihat Yunqin bangkit dari sisinya, Li Wei merasa terhina. Meski sudah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami dan istri, Li Wei belum melihat rona bahagia dalam tatapan Yunqin.Keringat dingin masih membasahi pelipisnya, tiap sentuhan masih bisa dirasakan Li Wei di tiap jengkal tubuhnya. Namun, tidak ada kehangatan di dalamnya. Yunqin sudah duduk di sisi ranjang, membelakangi dirinya. Bahu Yunqin lebar, kukuh, dekat, tetapi rasanya begitu jauh.Li Wei duduk, menarik selimut hingga ke dada lantas mengambil sesuatu dari bawah bantal. “Aku sudah menyulamkan ini,” bisiknya menyodorkan saputangan dengan sulaman membentuk sepasang bebek mandarin. “Hadiah untukmu,” lanjutnya.Yunqin memandangnya sejenak lalu berkata tajam. “Kau sudah tahu semuanya. Tidak ada yang aku tutupi darimu. Li Wei, pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan.”Li Wei menggigit bibir. "Kakak Yunqin, aku hanya ... ingin membuatmu merasa dihargai sebagai suamiku. Kau adalah suamiku