Share

Bab 4 - Kembali (2)

Penulis: ThinIce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Buku? agak aneh untuk menaruh buku sembarangan seperti ini, maksudku bahkan ketika kamarnya berantakan bukunya masih tersusun rapi di atas meja, lebih baik aku rapikan dulu."

Leon lalu mengambil buku itu dari lantai, ketika ia mengambilnya ia melihat tulisan yang ada di sampul bukunya.

"Diary?"

Menyadari kalau buku itu adalah buku harian dari pemilik tubuh ini, mulai timbul perasaan di dalam diri Leon untuk membacanya, ia mulai tergoda.

"Ayolah, jangan membuka buku harian orang sembarangan, itu tidak baik!"

Ia mencoba untuk menahan dirinya sendiri untuk tidak membacanya, pikiran baiknya memberinya alasan yang cukup kuat untuk tidak melakukannya.

"Tapi sekarang aku adalah pemilik tubuh ini, itu berarti ini adalah buku harianku."

Pikiran buruknya juga memberikannya alasan untuk melakukannya, Leon semakin tergoda karena rasa penasaran.

"Ya, benar, sekarang ini adalah buku harianku."

Leon tidak dapat menahan godaan itu. Leon mulai membuka buku itu dengan perlahan, meski ia memutuskan untuk membacanya namun ia masih merasa ragu-ragu.

'Buka saja,' 'Jangan lakukan,' Pikirannya berkecamuk terbagi menjadi dua sisi, kedua kata-kata itu terdengar terus menerus di dalam pikirannya.

"Baiklah ini dia!"

Leon dengan semua keberaniannya mulai membuka buku harian itu.

"Eh?" Leon yang membuka buku itu menyadari suatu keanehan dan ia mulai membolak-balik halaman dari buku.

"Ini adalah akhir dari buku hariannya, halaman selanjutnya sudah dirobek semua," Kata Leon dengan kesedihan di wajahnya.

"15 Maret 2025..."

Leon terhenti sejenak setelah ia membacanya, ia melihat ke arah buku harian itu lagi dan tetap menemukan tulisan yang sama.

"Tunggu, bukankah kejadian di dungeon itu pada Desember 2024 dan bagiku itu masih terasa seperti kemarin, namun sekarang sudah Juni 2025, itu berarti setidaknya sudah beberapa bulan sejak kematianku!" Kata Leon cukup terkejut.

Leon memikirkannya dengan tenang walau sebelumnya ia cukup terkejut setelah menyadari hal itu, Leon mulai melihat ke arah buku itu lagi untuk membaca lanjutannya.

"Hari ini adalah keputusanku, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku, aku sudah memikirkan ini sejak lama karena semuanya sudah tidak berarti bagiku."

'Rasanya perasaan dari Daven masih terasa jelas di dalam tubuh ini,' Membaca tulisannya membuat Leon mulai merasakan sebuah sensasi aneh di tubuhnya.

"5 bulan lalu aku mulai dapat merasakan magic power yang ada di sekitarku dan orang-orang di sekitarku mengatakan kalau aku akan membangkitkan super power seperti para Hunter karena itu aku melatih tubuhku setiap hari karena aku ingin menjadi hunter yang hebat sampai 1 bulan yang lalu, aku bersama dengan orang tua dan adikku pergi untuk liburan namun dalam perjalanan, kami mengalami kecelakaan."

Leon berhenti sejenak dan mulai menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit ruangan itu. ia mulai menarik nafas panjang beberapa kali.

"Aku berhasil selamat namun kedua orang tuaku dan adikku tidak terselamatkan, hidupku berubah sejak hari itu, meski guru dan teman-teman sekolahku mencoba untuk menghiburku namun aku tetap tidak menemukan apapun lagi yang dapat menggantikan keluargaku. Hidupku sudah tidak ada artinya...."

Leon mulai menengadahkan kepalanya lagi dan menarik nafas panjang beberapa kali namun kali ini lebih lama, Leon mencoba untuk menahan air matanya karena ia tidak ingin untuk menangis.

"Haaah, ini rasanya berat sekali," Kata Leon setelah ia mulai tenang.

Leon menutup buku harian itu karena ia tidak ingin terbawa emosi lebih jauh dari pada ini.

"Beristirahatlah dengan tenang Daven, aku berjanji akan mewujudkan impianmu dan membuatmu menjadi hunter yang hebat, ini adalah janji dari hunter terbaik dunia."

Dengan seluruh tekadnya Leon sudah menanamkan satu tujuan baru untuk ia capai.

*Grrrgrr*, Meski momentnya sangat bagus namun tubuhnya tidak bisa di ajak bekerja sama.

Beberapa menit setelahnya, Daven sedang makan mie instan yang ia temukan di sebuah laci. Daven memakannya dengan lahap sampai ia menghabiskan semuanya.

"Mie instan memang sangat enak tapi aku harus mencari makanan yang lebih baik untuk membangun kembali tubuh ini!" Katanya dengan sedikit bersemangat.

Meski tubuh Daven memang sudah dilatih selama beberapa bulan namun akibat kejadian satu bulan yang lalu, tubuh Daven sudah kehilangan bentuk dan kekuatannya.

Daven beranjak dari meja makan, lalu ia mulai melihat ke sekitar ruangan.

"Baiklah waktunya untuk membersihkan ruangan yang sangat kotor ini!" kata Daven dengan semangat.

Daven mulai membersihkan semua yang ada di dalam ruangan itu. Ia memulai dengan mengambil baju-baju kotor dan menaruhnya ke dalam wadah cucian, Ia juga mulai membereskan barang-barang lainnya dan mengumpulkan sampah.

Setelah semua itu selesai Daven mulai mulai membersihkan semua kotoran dan debu yang ada di sekitar ruangan itu hingga ia rasa kalau semuanya sudah bersih.

"Akhirnya, haaah, haaah, sudah lama, haaah, sejak aku tidak bersih-sih, haaah, rasanya melelahkan sekali" Kata Daven dengan nafas yang terengah-engah.

Daven yang kelelahan langsung merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur. Di dalam keheningan ruangan ini dan ditambah dengan tubuhnya yang sedang kelelahan pikiran Daven mulai terbang.

'Memulai semuanya dari awal lagi ya?' Pikirnya dengan tenang.

'Ketika aku berada di tempat dan titik seperti ini, rasanya semua terasa mustahil, rasanya semua tujuan itu terlihat sangat jauh untuk di capai. Aku hanyalah orang biasa yang tidak berbeda dengan orang lain satu kesalahan dan semuanya berakhir, terakhir kali juga seperti itu..'

Mulai terdengar kesedihan di kata-katanya, wajahnya juga tidak dapat menahan perasaan yang mengalir deras di dalam dirinya.

Sebelum Daven menjadi lebih emosional, Ia langsung bangkit dari tidurnya.

"Sial, kenapa aku menjadi sentimen seperti ini. Aku adalah hunter terbaik umat manusia, aku harus melakukannya dan mewujudkan tujuanku."

Daven menyakinkan dirinya sendiri, ia mencoba untuk menanamkan rasa percaya diri yang tinggi kepada dirinya sendiri karena jika ia tidak melakukannya, ia tidak akan pernah mencapai apapun yang ia inginkan.

"Baiklah waktunya keluar dan mencari udara segar, sekalian untuk membeli keperluan dan menghapal tempat ini."

Daven memutuskan untuk bergerak, ia lalu mulai berjalan kearah luar kamarnya. Ketika di luar ia menghirup udara segar yang lebih baik dari pada saat ia di dalam kamar.

Perasaanya terasa lebih tenang dan nyaman, ia dapat merasakan kalau ketenangan ini membuatnya kembali lebih baik.

"Daven?" Terdengar suara seorang perempuan di sebelah Daven.

Daven menengok ke arah suara itu dan terlihat seorang perempuan yang kurang lebih seumuran dengannya sedang menatap ke arahnya.

"Siapa?" Jawab Daven spontan karena ia tidak mengenali wanita itu.

"Astaga, apa kau lupa denganku? ini aku Lia, meski kita jarang bertemu setidaknya kau harus tetap ingat dengan tetangga--."

Saat Lia sedang berbicara, Daven malah melompat ke arahnya dan membuat mereka berdua terjatuh ke lantai.

"Aww, apa yang ka--."

Awalnya Lia ingin marah namun ketika membuat matanya ia terhenti karena ia melihat sebuah anak panah menancap di tembok tempat ia berdiri sebelumnya.

"Sttt!.."

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 5 - Tantangan (1)

    "Stt!.." Ucap Daven pelan sambil memberikan isyarat dengan jarinya menyuruh Lia untuk tetap diam. 'Ini serangan monster? tapi bagaimana bisa terjadi? bagaimana bisa portal merah muncul di tempat ini?' Pikir Daven dengan kebingungan. *Step, step.* Ketika Daven sedang berpikir memahami apa yang terjadi, ia mendengar suara langkah kaki yang sangat banyak. 'Goblin, jumlahnya sekitar 9 goblin. Apa yang harus aku lakukan? cepat pikirkan Daven!' Daven berpikir keras menentukan langkahnya, alasan kenapa Daven benar-benar berpikir keras ia tidak memiliki cara untuk mengalahkan para goblin itu dengan kemampuannya sekarang. "Ah, benar!" Ucap Daven spontan setelah ia mendapatkan sebuah ide. Daven berdiri dan keberadaannya yang di sadari oleh para goblin langsung membuat goblin berlari ke arahnya yang ada di lantai 2. "Daven, apa yang ingin kau lakukan?" Lia yang dari tadi diam saja mulai berbicara setelah melihat Daven mulai bergerak. "Lihat saja," balas Daven. Daven langsung mengambil

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 6 - Tantangan (2)

    "Baiklah waktunya bergerak!" Daven menyemangati dirinya sendiri untuk bergerak. Setelah itu Daven mulai berjalan ke arah mayat-mayat goblin yang baru saja ia bunuh dan mulai mengambil semua senjata mereka yang berbahan metal. Daven mulai melepaskan mata panah dari anak panah dan pegangan kayu dari pisau dagger yang di bawa oleh para goblin. "Oke, untuk sementara ini sudah cukup." Daven mulai berdiri dan turun ke lantai 1 namun ia melakukannya dengan hati-hati. Ia membungkuk dan bersembunyi di tempat-tempat yang cukup besar untuk menutupi dirinya. 'Goblin adalah makhluk yang bodoh, jika kau bahkan tidak bisa bersembunyi dengan baik selama dia tidak melihatmu atau mendengar suaramu dengan jelas, mereka tidak akan menyadari keberadaanmu.' Daven lalu bersiap dengan senjatanya, ia mengeluarkan satu mata panah dan ia siap untuk membunuh para goblin-goblin itu. Daven lalu mengintip ke arah para goblin yang sedang berkeliaran di sekitarnya. '2 di kiri, 5 di depan, 4 di ujung kiri, dan

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 7 - Tantangan (3)

    "Haaah!!" Ucap Daven Spontan. Daven tidak terkejut karena ada yang mengalahkan para goblin itu begitu saja namun Daven marah karena ada seseorang yang mengambil buruannya. Ia bahkan sudah siap untuk menyerang mereka dengan senjata-senjatanya. *Tap, tap.* Suara langkah kaki terdengar jelas di atas bongkahan es itu, membuat Daven langsung menggerakkan semua mata panahnya masuk kembali ke dalam kantongnya. Terlihat dari kejauhan seorang wanita dengan rambut biru yang panjang sedang berjalan ke arah para goblin yang membeku di dalam es tersebut. *Tap, tap, tap.* Wanita itu berjalan dengan sangat tenang padahal ia sedang berjalan di atas tanah yang membeku, namun ia tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan sama sekali meski ia berjalan di atas es yang licin. 'Wanita itu..... Siapa dia?' Meski seharusnya Daven mengenali semua Hunter namun ia benar-benar tidak tau siapa wanita itu, ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita itu padahal mereka sesama hunter. 'Aku bahkan tidak tau

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 8 - Tantangan (4)

    "Ggrrr" Suara geraman yang lumayan keras terdengar dari dalam ruangan. "!!!, Ah, ternyata cuman kucing," Daven yang sempat terkejut menjadi lebih santai setelah mengetahui kalau itu tadi suara kucing. Daven melihat seekor kucing berukuran agak kecil, seperti baru berumur sekitar satu tahunan, dengan bulu putih indah yang tebal dan mata biru yang berkilauan seperti kristal. "Anehnya aku dengan jelas mendengar suara langkah kaki yang lebih berat dari pada suara langkah kaki kucing, tapi aku tidak merasakan apapun selain keberadaan kucing ini," Daven berpikir. Daven tidaklah bodoh, dia dapat mengetahui makhluk seperti apa yang mendekatinya dengan mendengar suara langkah kaki mereka. "ggrrrrr," Kucing itu mulai menggeram lagi, keberadaan Daven sepertinya memberikan pertanda bahaya kepadanya. Daven dengan tenang langsung berjongkok dan mencoba untuk mengelus kucing itu dari bawah. 'Kucing adalah hewan yang peka terhadap bahaya karena itu aku harus mengelus dari bawah agar menunjukka

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 9 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (1)

    Beberapa menit setelah Daven dan yang lainnya dikepung oleh gerombolan goblin dan sekarang mereka sudah berada di tempat pengungsian sementara. "Aku tidak menyangka, kalau Nona Kayla juga suka kucing, aku tadi sangat gugup hingga tidak dapat berbicara apa-ap,a" Kata Lia dengan terlihat senang dan bersemangat, ia tidak bisa menggambarkan kata-katanya dengan benar karena ia benar-benar merasa sangat bahagia bertemu dengan Kayla. "Yah, tapi sayang sekali dia masih tidak bisa mengelus kucing itu," Jawab Daven. "Benar sangat disayangkan tapi tadi Nona Kayla tadi keren sekali," Kata Lia dengan semangat kepada Daven. "Ya, aku rasa begitu," Jawab Daven. "Hanya dalam satu detik dengan super powernya Nona Kayla langsung membekukan para goblin itu dan menghancurkan mereka semua," Kata Lia menjelaskan dengan wajah berseri-seri. 'Ya, dia membunuh mereka semua sampai aku tidak mendapatkan satu monster pun, padahal aku juga ingin membunuh mereka untuk menyelesaikan quest ini,' Pikir Dave

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 10 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (2)

    Daven menatap ke arah beberapa armor berjalan yang ada di depannya. Ia mulai menarik nafas panjang dan melepaskannya untuk beberapa kali, sampai ia mulai tenang. "Baiklah waktunya untuk pergi dari tempat ini," Ucap Daven begitu saja. Daven berbalik dan mulai berjalan keluar dari portal, lalu ia mulai berjalan menjauh dari portal itu. "Yang benar saja, The Living Armor di portal emas?!" Daven merasa sangat kesal dan juga jengkel dengan keadaan ini. "Bahkan jika aku menyelesaikan quest tersembunyi yang ketiga ini, aku masih belum bisa menggerakkan pedang mereka yang memiliki berat sekitar 30Kg. Meski mereka lemah terhadap pukulan dan senjata tumpul namun sekarang aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membengkokkan jari mereka." Daven yang menyadari kalau ia tidak bisa menyelesaikan dungeon itu memutuskan untuk melakukannya, ia bahkan mulai pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang. "Aku tidak takut untuk mengambil tantangan namun aku tidak bisa membayangkan gambaran kem

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 11 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (3)

    Ketika serangan pisau belati dari Daven melesat kencang ke arah Direwolf itu, mereka menghindarinya dengan mudah karena mereka menyadari serangannya dan mereka memiliki banyak ruang untuk bergerak. "Eh?." "Ggrrrr!!" Direwolf menggeram dengan keras. Para Direwolf itu lalu mulai berlari dengan cepat ke arah Daven. di sisi lain Daven yang menyadari kalah para Direwolf itu bergerak ke arahnya tidak bergeming sedikitpun. "Kena kalian," Ucap Daven dengan senyum puas. *Wushhh!* Pisau belati yang tadinya mereka hindari mulai mengejar mereka dari belakang. Tepat ketika mereka sudah sangat dekat dengan Daven, pisau belati itu langsung menembus kepala mereka. "aggh," Para Direwolf itu kesakitan hingga mereka tidak bersuara lagi. "Sudah lama aku tidak bertarung mengandalkan otak seperti ini, rasanya sangat kesal ketika aku harus menggunakan otakku hanya untuk bertarung melawan monster seperti Direwolf saja," Ucap Daven agak kesal. Cara bertarung menggunakan otak seperti ini

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 12 - Melawan Musuh yang Lebih Kuat (4)

    "Sekarang mari kita lihat di mana Orc Shaman itu mengurung Direwolf Alpha." Daven mulai terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu. "Orc Shaman adalah monster yang memiliki kecerdasan namun kepintarannya juga tidak terlalu bagus mengingat dia juga hanyalah seekor Orc, kepintaran mereka hanyalah setara dengan monyet saja," meski terdengar seperti hinaan namun Daven tidak benar-benar bermaksud untuk menghina orc shaman itu."Jika aku adalah Orc Shaman di mana aku akan menyimpan pimpinan boss musuh yang sedang aku tawan?" Ucap Daven memikirkannya."Tunggu Orc Shaman pasti tidak akan menganggap Direwolf sebagai musuh malahan dia akan mengganggap mereka seperti anjing penjaga karena itu mereka menaruh beberapa Direwolf di sekitar portal," Pikiran Daven mulai berputar dengan cepat setelah ia menyadari hal itu."Jika Orc Shaman menganggap para Direwolf adalah anjing penjaga maka pasti ia menjaga anjing penjaga yang paling kuat untuk menjaga area

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 24 - Gerakan Awal (3)

    Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 23 - Gerakan Awal (2)

    Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 22 - Gerakan awal (1)

    Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 21 - Rencana Sendiri (4)

    Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 20 - Rencana Sendiri (3)

    Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 19 - Rencana Sendiri (2)

    "Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 18 - Rencana Sendiri (1)

    'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 17 - Kehidupan Baru (4)

    'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 16 - Kehidupan Baru (3)

    [ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s

DMCA.com Protection Status