Home / Fantasi / Kembalinya Sang Hunter Terbaik / Bab 7 - Tantangan (3)

Share

Bab 7 - Tantangan (3)

Author: ThinIce
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Haaah!!" Ucap Daven Spontan.

Daven tidak terkejut karena ada yang mengalahkan para goblin itu begitu saja namun Daven marah karena ada seseorang yang mengambil buruannya. Ia bahkan sudah siap untuk menyerang mereka dengan senjata-senjatanya.

*Tap, tap.*

Suara langkah kaki terdengar jelas di atas bongkahan es itu, membuat Daven langsung menggerakkan semua mata panahnya masuk kembali ke dalam kantongnya.

Terlihat dari kejauhan seorang wanita dengan rambut biru yang panjang sedang berjalan ke arah para goblin yang membeku di dalam es tersebut.

*Tap, tap, tap.*

Wanita itu berjalan dengan sangat tenang padahal ia sedang berjalan di atas tanah yang membeku, namun ia tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan sama sekali meski ia berjalan di atas es yang licin.

'Wanita itu..... Siapa dia?'

Meski seharusnya Daven mengenali semua Hunter namun ia benar-benar tidak tau siapa wanita itu, ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita itu padahal mereka sesama hunter.

'Aku bahkan tidak tau kalau ada hunter dengan atribut es sekuat ini di Indonesia, siapa dia sebenarnya?' Pikir Daven dengan bingung.

Seolah tidak menghiraukan keberadaan Daven wanita itu terus berjalan hingga ia sangat dekat dengan para goblin yang membeku itu, ia meletakkan tangannya di bongkahan es yang membekukan para goblin itu.

*Craakk!* Es itu tiba-tiba retak setelah ia sentuh.

*Craakk!, Craakk!, Craakk!* Es itu langsung hancur menjadi kepingan-kepingan kecil bersama dengan para goblin yang membeku di dalamnya.

'Wow, ini benar-benar gila, aku tau es adalah atribut langka namun super powernya benar-benar tidak masuk akal, bagaimana ia bisa membekukan sesuatu dan menghancurkannya juga,' Pikir Daven kagum, ia baru pertama kalinya ia melihat kekuatan super power sekuat itu di Indonesia.

Ketika Daven sedang terkagum dengan kemampuan super power wanita itu, tanpa ia sadari wanita itu tiba-tiba saja melirik kepadanya dan mulai berjalan ke arahnya.

Wanita itu terus berjalan sementara Daven tetap diam di tempatnya berdiri hingga wanita itu cukup dekat dengannya.

"Kau, apa yang kau lakukan di sini? ini adalah area berbahaya," Kata wanita itu dengan wajahnya yang tanpa emosi dan nada suara yang kaku.

'Dia tipe orang yang susah mengekspresikan dirinya sendiri aku rasa, kebanyakan orang pasti akan menegurku dari jauh namun dia malah berjalan ke arahku karena dia tidak terbiasa berbicara keras, selain itu sifatnya juga cocok dengan atributnya,' Pikir Daven setelah melihat tingkah laku wanita itu.

"Melawan monster??" Jawab Daven ragu-ragu.

Ia tau masalahnya jika ia jujur namun ia tidak menemukan celah untuk berbohong ketika ia berdiri tepat di depan para mayat goblin.

"Melawan monster? apakah kau memiliki lisensi hunter?" Tanya wanita itu.

"Tidak, tapi aku tidak punya pilihan, ini portal merah dan jika aku tidak melawan mereka akan membunuhku," Jawab Daven memberikan alasan.

Meski wanita itu terlihat tidak beremosi namun Daven merasa kalau sepertinya ia berhasil menyakinkan wanita itu dengan alasannya.

"Baiklah aku mengerti, tapi kau? apakah kau bounty hunter?" Tanya wanita itu sekali lagi.

"Tidak! tentu tidak!, aku bukanlah bajingan seperti mereka, alasan mengapa aku tidak mendaftarkan diri di asosiasi adalah karena aku baru saja membangkitkan super power ini kemarin," Daven menjawab dengan tegas.

Dari nada bicaranya bisa di lihat kalau ia juga benar-benar tidak suka disamakan dengan para bounty hunter.

"Baiklah, kalau begitu aku memintamu untuk mengungsi dulu karena sebentar lagi akan muncul monster wave kedua," Wanita itu berkata memberi saran kepada Daven.

"Baiklah, tapi katakan padaku di mana fasilitas pengungsian di sekitar sini?" Tanya Daven.

Wanita itu menatapnya dengan tatapan kebingungan, meski wajahnya tidak menunjukkan apapun.

"Bukankah ada tempat pengungsian di beberapa tempat yang memang disiapkan untuk hal seperti ini oleh guild Red Flame dan para hunter akan menjaga tempat itu," Kata Daven menjelaskan setelah ia menyadari kalau wanita itu menatapnya kebingungan.

"Ahh, tempat itu," Kata Wanita tadi setelah memahami apa yang dikatakan oleh Daven.

"Tempat itu sudah tidak berfungsi lagi sejak satu bulan yang lalu, guild Red Flame sudah menjual tempat-tempat itu, setelah mereka mulai runtuh," Sambung wanita itu menjelaskan.

Pantas saja ia merasa bingung karena hal itu terjadi satu bulan yang lalu sementara Daven berbicara seolah ia tidak mengetahui hal itu.

"Apa?!" Jawab Daven spontan terkejut.

Daven menjadi sangat marah karena mereka tidak hanya menghancurkan guild yang telah ia bangun dari 0 namun mereka juga menghancurkan segalanya yang telah ia bangun.

Untuk sementara Daven di ambil alih oleh emosinya namun tak lama ia langsung kembali sadar dan mencoba untuk lebih tenang.

'Sialan, akan aku buat mereka membayar semuanya!' Emosi Daven mulai meluap-luap.

"Meski tidak ada lagi fasilitas semacam itu namun kami baru membangun tempat pengungsian, di jaga oleh hunter-hunter kuat setidaknya itu cukup untuk menjaga orang-orang, aku akan mengantarmu ke tempatnya," Kata wanita itu menyarankan pendapatnya.

"Baiklah, tapi tunggu sebentar karena masih ada orang-orang di dalam apartemen itu."

Daven teringat dengan Lia yang ia suruh untuk bersembunyi di kamarnya dan ia juga merasakan kalau masih ada beberapa orang lain yang masih bersembunyi di dalam kamar apatemen mereka.

"Baiklah mari kita jemput mereka," Kata Wanita itu mengajak Daven.

Daven cukup terkejut karena wanita itu juga ingin membantu, padahal Daven sudah ingin melakukannya sendiri.

"Baiklah," Jawab Daven.

Mereka berdua lalu mulai berjalan ke sekitar apatemen, wanita itu memeriksa di lantai bawah sementara Daven memeriksa di lantai atas karena ia juga bermaksud untuk menjemput Lia.

*Tok, Tok, Tok.* Daven mulai mengetuk pintu kamar Lia.

"Lia ini aku Daven!" Daven bersuara mencoba memberitahu Lia kalau dia yang mengetuk sehingga Lia tidak perlu takut untuk membukakan pintunya.

Tak lama pintu terbuka dan terlihat sosok Lia dari dalam ruangan kecil apartemen itu.

"Daven, apakah semuanya sudah selesai?" Tanya Lia penasaran.

"Belum, tapi berita baiknya ada seorang hunter yang akan mengarahkan kita ke pengungsian" Jawab Daven.

"Syukurlah, kalau begitu mari kita berangkat Daven," Kata Lia dengan senang karena ia merasa aman.

*tap, tap.*

Meski suaranya kecil namun Daven dapat mendengarnya dengan jelas, sebuah suara langkah kaki kecil yang ada di sekitar mereka.

"Sstt" Daven memberi Isyarat kepada Lia untuk lebih tenang dan tidak membuat suara keras.

"Aku mendengar sesuatu, kau pergilah ke bawah harusnya Hunter itu ada di bawah," Kata Daven dengan suara pelan kepada Lia.

"Baiklah, kau juga harus berhati-hati," Jawab Lia dengan suara pelan.

Lia yang memahami keadaannya lalu mulai berjinjit untuk berjalan dengan pelan ke lantai bawah. Sementara Daven mulai berjalan dengan pelan ke arah sumber suara itu hingga ia menjadi semakin dekat.

'Tunggu kamar apartemen inikan, kamar apartemen tepat di sebelah kamarku. Kamar apartemen ini adalah kamar dari orang yang memukul dinding kamar ketika aku berisik.'

Daven mulai menyiapkan mata panah di dalam genggaman tangannya untuk berjaga-jaga lalu ia dengan pelan mulai membuat pintu ruangan itu.

*Ngiieekk* Suara decitan dari angsel pintu itu terdengar ketika Daven membuat pintunya dengan perlahan.

"Gggrrr!!"

Related chapters

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 8 - Tantangan (4)

    "Ggrrr" Suara geraman yang lumayan keras terdengar dari dalam ruangan. "!!!, Ah, ternyata cuman kucing," Daven yang sempat terkejut menjadi lebih santai setelah mengetahui kalau itu tadi suara kucing. Daven melihat seekor kucing berukuran agak kecil, seperti baru berumur sekitar satu tahunan, dengan bulu putih indah yang tebal dan mata biru yang berkilauan seperti kristal. "Anehnya aku dengan jelas mendengar suara langkah kaki yang lebih berat dari pada suara langkah kaki kucing, tapi aku tidak merasakan apapun selain keberadaan kucing ini," Daven berpikir. Daven tidaklah bodoh, dia dapat mengetahui makhluk seperti apa yang mendekatinya dengan mendengar suara langkah kaki mereka. "ggrrrrr," Kucing itu mulai menggeram lagi, keberadaan Daven sepertinya memberikan pertanda bahaya kepadanya. Daven dengan tenang langsung berjongkok dan mencoba untuk mengelus kucing itu dari bawah. 'Kucing adalah hewan yang peka terhadap bahaya karena itu aku harus mengelus dari bawah agar menunjukka

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 9 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (1)

    Beberapa menit setelah Daven dan yang lainnya dikepung oleh gerombolan goblin dan sekarang mereka sudah berada di tempat pengungsian sementara. "Aku tidak menyangka, kalau Nona Kayla juga suka kucing, aku tadi sangat gugup hingga tidak dapat berbicara apa-ap,a" Kata Lia dengan terlihat senang dan bersemangat, ia tidak bisa menggambarkan kata-katanya dengan benar karena ia benar-benar merasa sangat bahagia bertemu dengan Kayla. "Yah, tapi sayang sekali dia masih tidak bisa mengelus kucing itu," Jawab Daven. "Benar sangat disayangkan tapi tadi Nona Kayla tadi keren sekali," Kata Lia dengan semangat kepada Daven. "Ya, aku rasa begitu," Jawab Daven. "Hanya dalam satu detik dengan super powernya Nona Kayla langsung membekukan para goblin itu dan menghancurkan mereka semua," Kata Lia menjelaskan dengan wajah berseri-seri. 'Ya, dia membunuh mereka semua sampai aku tidak mendapatkan satu monster pun, padahal aku juga ingin membunuh mereka untuk menyelesaikan quest ini,' Pikir Dave

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 10 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (2)

    Daven menatap ke arah beberapa armor berjalan yang ada di depannya. Ia mulai menarik nafas panjang dan melepaskannya untuk beberapa kali, sampai ia mulai tenang. "Baiklah waktunya untuk pergi dari tempat ini," Ucap Daven begitu saja. Daven berbalik dan mulai berjalan keluar dari portal, lalu ia mulai berjalan menjauh dari portal itu. "Yang benar saja, The Living Armor di portal emas?!" Daven merasa sangat kesal dan juga jengkel dengan keadaan ini. "Bahkan jika aku menyelesaikan quest tersembunyi yang ketiga ini, aku masih belum bisa menggerakkan pedang mereka yang memiliki berat sekitar 30Kg. Meski mereka lemah terhadap pukulan dan senjata tumpul namun sekarang aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membengkokkan jari mereka." Daven yang menyadari kalau ia tidak bisa menyelesaikan dungeon itu memutuskan untuk melakukannya, ia bahkan mulai pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang. "Aku tidak takut untuk mengambil tantangan namun aku tidak bisa membayangkan gambaran kem

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 11 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (3)

    Ketika serangan pisau belati dari Daven melesat kencang ke arah Direwolf itu, mereka menghindarinya dengan mudah karena mereka menyadari serangannya dan mereka memiliki banyak ruang untuk bergerak. "Eh?." "Ggrrrr!!" Direwolf menggeram dengan keras. Para Direwolf itu lalu mulai berlari dengan cepat ke arah Daven. di sisi lain Daven yang menyadari kalah para Direwolf itu bergerak ke arahnya tidak bergeming sedikitpun. "Kena kalian," Ucap Daven dengan senyum puas. *Wushhh!* Pisau belati yang tadinya mereka hindari mulai mengejar mereka dari belakang. Tepat ketika mereka sudah sangat dekat dengan Daven, pisau belati itu langsung menembus kepala mereka. "aggh," Para Direwolf itu kesakitan hingga mereka tidak bersuara lagi. "Sudah lama aku tidak bertarung mengandalkan otak seperti ini, rasanya sangat kesal ketika aku harus menggunakan otakku hanya untuk bertarung melawan monster seperti Direwolf saja," Ucap Daven agak kesal. Cara bertarung menggunakan otak seperti ini

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 12 - Melawan Musuh yang Lebih Kuat (4)

    "Sekarang mari kita lihat di mana Orc Shaman itu mengurung Direwolf Alpha." Daven mulai terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu. "Orc Shaman adalah monster yang memiliki kecerdasan namun kepintarannya juga tidak terlalu bagus mengingat dia juga hanyalah seekor Orc, kepintaran mereka hanyalah setara dengan monyet saja," meski terdengar seperti hinaan namun Daven tidak benar-benar bermaksud untuk menghina orc shaman itu."Jika aku adalah Orc Shaman di mana aku akan menyimpan pimpinan boss musuh yang sedang aku tawan?" Ucap Daven memikirkannya."Tunggu Orc Shaman pasti tidak akan menganggap Direwolf sebagai musuh malahan dia akan mengganggap mereka seperti anjing penjaga karena itu mereka menaruh beberapa Direwolf di sekitar portal," Pikiran Daven mulai berputar dengan cepat setelah ia menyadari hal itu."Jika Orc Shaman menganggap para Direwolf adalah anjing penjaga maka pasti ia menjaga anjing penjaga yang paling kuat untuk menjaga area

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 13 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (5)

    "Gggrrr!!" Direwolf Alpha yang marah kepada Daven menggeram dengan sangat keras. Dalam kedipan Mata Direwolf itu sudah berlari dan ke arah Daven, sampai Daven hampir tidak menyadarinya. '!!' Daven baru tersadar ketika Direwolf Alpha itu berada sangat dekat dengannya, Direwolf Alpha itu melompat tinggi dan mencoba untuk menerkamnya. 'Aku rasa hari ini adalah hari keberuntunganku!' *Bbraakkk!* Dari arah lain tiba-tiba seekor Orc datang dan menghantam Direwolf Alpha itu dengan gada besar yang ia genggam. "Geeekkk!!" Para Orc lain yang mulai berdatangan mulai berteriak keras seolah menunjukkan kedatangan mereka dan di antara mereka ada Orc Shaman yang berada di barisan paling belakang. 'Aku memang melakukan kesalahan namun kesalahan itu tidak akan mengacau rencanaku,' Pikir Daven cukup merasa beruntung. Kesalahan Daven m

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 14 - Kehidupan Baru (1)

    "Geekk" Orc kecil mulai berteriak kesakitan ketika sebuah kapak besar menancap di tubuhnya. "Ini harusnya yang terakhir," Dengan tatapan dingin tanpa emosi Daven mulai berjalan pergi meninggalkan kampung Orc yang hancur berantakan dan semua Orc terbaring tanpa nyawa. Setelah Magic powernya meningkat ia bisa mengendalikan sebuah kapak besar milik seorang pejuang Orc dan ia menggunakannya untuk membunuh semua Orc yang tersisa di dalam dungeon itu. Daven berjalan dan terus berjalan meninggalkan perkampungan Orc karena ia sudah tidak memiliki urusan lagi di sana, "Sebaiknya aku pergi sebelum aku kehabisan energi," Ucap Daven cukup lemas. Tubuhnya sudah kelelahan dan mulai lemas, ia sebenarnya sudah tidak sanggup untuk melakukannya lagi. Daven berjalan dengan menarik kakinya yang kelelahan dan dengan susah payah ia akhirnya sampai di depan portal. Ia berjalan dengan sekuat tenaga hingga ia keluar dari dungeon itu. "Sudah malam?" Ia kebingungan saat di sekitarnya gelap guli

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 15 - Kehidupan Baru (2)

    Guild Myth - 9 April 2025 Seorang wanita sedang membaca beberapa berkas dokumen yang ada di atas mejanya. Ia memiliki warna rambut yang berwarna coklat yang agak sedikit gelap, dengan wajah yang tajam dan tahi lalat di sekitar bibirnya membuat ia terlihat agak sedikit menakutkan. *Tok,tok,tok.* Terdengar suara ketukan pintu dan wanita itu langsung mengalihkan pandangannya. "Masuklah" Ucapnya. Tak lama pintu terbuka dan seorang laki-laki yang agak tinggi terlihat, ia membawa sebuah dokumen di tangannya. "Apa itu Chris?" Tanya wanita itu, bermaksud untuk menanyakan dokumen apa yang Chris bawa. "Ini adalah dokumen para peserta yang anda minta ketua" Jawab Chist dengan tenang sambil mencoba untuk menyerahkan dokumen itu kepada wanita itu.

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 24 - Gerakan Awal (3)

    Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 23 - Gerakan Awal (2)

    Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 22 - Gerakan awal (1)

    Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 21 - Rencana Sendiri (4)

    Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 20 - Rencana Sendiri (3)

    Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 19 - Rencana Sendiri (2)

    "Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 18 - Rencana Sendiri (1)

    'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 17 - Kehidupan Baru (4)

    'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 16 - Kehidupan Baru (3)

    [ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s

DMCA.com Protection Status