"Ggrrr" Suara geraman yang lumayan keras terdengar dari dalam ruangan.
"!!!, Ah, ternyata cuman kucing," Daven yang sempat terkejut menjadi lebih santai setelah mengetahui kalau itu tadi suara kucing. Daven melihat seekor kucing berukuran agak kecil, seperti baru berumur sekitar satu tahunan, dengan bulu putih indah yang tebal dan mata biru yang berkilauan seperti kristal. "Anehnya aku dengan jelas mendengar suara langkah kaki yang lebih berat dari pada suara langkah kaki kucing, tapi aku tidak merasakan apapun selain keberadaan kucing ini," Daven berpikir. Daven tidaklah bodoh, dia dapat mengetahui makhluk seperti apa yang mendekatinya dengan mendengar suara langkah kaki mereka. "ggrrrrr," Kucing itu mulai menggeram lagi, keberadaan Daven sepertinya memberikan pertanda bahaya kepadanya. Daven dengan tenang langsung berjongkok dan mencoba untuk mengelus kucing itu dari bawah. 'Kucing adalah hewan yang peka terhadap bahaya karena itu aku harus mengelus dari bawah agar menunjukkan tanda kalau aku tidak berbahaya, begitulah katanya,' Daven mengingat kembali apa yang dikatakan oleh seseorang kepadanya. "kkhhtt" Kucing itu mulai menunjukkan kesukaannya ketika Daven mengelusnya. "Baiklah, sampai di sini dulu, aku harus berkumpul dengan yang lainnya," Ucap Daven. Daven berhenti mengelus kucing itu setelah ia sudah tidak dianggap sebagai bahaya oleh kucing itu. Daven mulai berdiri dan berjalan ke arah luar dari kamar itu. "kkhhtt!!" Ketika Daven berjalan kucing itu mulai mengikutinya dan menggosokkan tubuhnya di kaki Daven. "Meow, meow." "Aku tidak mengerti tapi aku rasa kau ingin ikut denganku, baiklah ikuti aku jika kau mau," Jawab Daven. Daven lalu mulai berjalan dan kucing itu terus mengikutinya, ia mengikuti setiap langkah Daven hingga mereka berdua berada di lantai bawah. "Daven!" Lia yang menyadari keberadaan Daven langsung mendatanginya dengan gembira. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Lia dengan lembut kepada Daven. "Ah, aku baik-baik saja, bagaimana dengan orang-orang yang ada di lantai bawah?" Tanya Daven dengan heran. Ketika Daven berada di lantai bawah ia tidak melihat orang-orang lain selain Lia seorang. "Ah, itu Nona Kayla mengantar mereka namun aku meminta untuk di sini saja menunggumu karena aku khawatir kepadamu" Jawab Lia. "Apa tidak masalah bagimu untuk menungguku di luar sini ketika masih ada portal merah?" Tanya Daven agak bingung dengan pilihan Lia. "Tenang saja karena kau pasti akan menolongku, dan Nona Kayla bilang kalau kau punya potensi menjadi hunter yang hebat jadi dia juga percaya kepadamu," Kata Lia dengan senyuman di wajahnya. "Nona Kayla?" Tanya Daven bingung, ia tidak mengetahui nama itu. "Apa kau tidak tau siapa Nona Kayla itu? padahal kau tadi bersamanya," Tanya Lia dengan marah kecil kepada Daven. "Apa dia itu si hunter wanita tadi?" Daven balik bertanya kepada Lia. "Benar, Nona Kayla adalah hunter yang paling terkenal sekarang, dia adalah hunter rank A namun Abilitynya sekelas dengan hunter rank S," Jawab Lia menjelaskan dengan bangga, meski ia tidak ada kaitannya dengan pencapaian Kayla namun sebagai seorang penggemar wajar ia juga merasa senang. 'Aku tau kemampuannya memang sekelas rank S namun sudah mencapai rank A dalam waktu secepat ini, bisa dikatakan bakat memang berbeda.' Penilaian rank hunter sendiri ditentukan oleh pencapaian mereka di dalam dungeon, karena meski seseorang memiliki ability yang kuat namun jika ia tidak bisa bertarung dengan baik melawan monster, ia bisa terbunuh kapan saja. Meski seseorang memiliki super power dan magic power sekelas hunter rank S, mereka harus memulai dari rank f terlebih dahulu ketika mereka mendaftar sebagai hunter. "Meow, Meow," Suara kucing itu terdengar mengeong di kaki Daven. Ketika mendengar suara kucing itu perhatian Lia langsung terarah kepada kucing itu, seperti sebuah sistem otomatis. "Aww, lucunya lihatlah kucing ini," Lia langsung merasa gemas ingin memeluk kucing itu. "Apa kau sendirian kucing lucu?" Ia langsung berjongkok dan mencoba untuk menggendong kucing itu. "Gggrrr!!" Kucing itu langsung menggeram merah ketika Lia mencoba untuk mendekatkan tangannya kepadanya. "Oowwhh," Lia merasa sedih karena kucing itu sepertinya tidak menyukai dirinya. "Ah, Sepertinya kucing ini agak pemalu, lagi pula dia masih kecil," Kata Daven mencoba untuk menenangkan Lia. Daven lalu mengambil kucing itu dari tanah dan kucing itu tidak bereaksi apa-apa ketika Daven mengangkat dan menggendongnya. "Lihat bukan?, biarkan dia mulai terbiasa dulu, nanti kau juga bisa melakukannya," Daven mencoba untuk menyemangati dan menyakinkan Lia agar Lia tidak terlalu sedih. "Apakah itu kucingmu jadi dia sangat dekat denganmu?" Tanya Lia kepada Daven. "Tidak, aku baru bertemu dengan kucing ini namun dia mengikutiku terus," Jawab Daven dengan jujur. Mendengar jawaban Daven Lia malah menjadi jengkel, karena kucing itu menempel kepada Daven namun tidak mau membiarkan ia menggendongnya. "Tidak adil! bagaimana bisa dia sangat dekat denganmu padahal baru saja bertemu," Kata Lia kesal. Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki dan sosok Kayla terlihat, ia datang kembali lagi untuk menjemput Lia dan Daven. "Nona Kayla!" Kata Lia gembira kembali setelah melihat Kayla datang kembali. Ketika Kayla berjalan ia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan terus berjalan dengan cepat hingga ia sangat dekat dengan Daven. "Uhh..." Daven merasa canggung dan gugup ketika Kayla mendekatinya. "Umm? Nona Kayla?" Tanya Lia heran melihat sikap Kayla. Ia menunduk sedikit dan menatap kucing itu dari dekat, sepertinya tidak hanya Lia namun Kayla juga menyukai kucing itu. "Umm, ada apa?" Tanya Daven bingung. "Ah, Maaf," Jawab Kayla malu. Ketika menyadari kalau ia sudah berlebihan Kayla langsung mundur dan sedikit memberi jarak, wajahnya sedikit memerah karena malu. "Apa kau suka dengan kucing?" Tanya Daven. "Umm.. Iya, tapi aku sangat kikuk jadi aku susah untuk mendekati mereka," Jawab Kayla sedikit malu untuk mengakuinya. "Apakah kau ingin untuk mengelusnya?" Tanya Daven dengan hangat, ia ingin memberikan Kayla kesempatan untuk mencapai keinginannya. "Apakah boleh?" Tanya Kayla sedikit bersemangat karena ia sangat ingin melakukannya. "Tentu saja," Jawab Daven dengan senyuman hangat. Kayla lalu mencoba untuk mengelus kucing itu, ia mulai mengarahkan tangannya dari atas untuk mengelus kepala kucing itu. "Ggrrr!!" Kucing itu bereaksi marah ketika tangan Kayla sangat dekat dengannya, kucing itu bahkan mencoba untuk mencakar tangan Kayla. Kayla langsung menarik tangannya kembali karena ia tidak ingin menakuti kucing itu. Kayla yang awalnya bersemangat mulai kembali sedih karena ia tidak bisa mewujudkan keinginannya untuk mengelus-elus seekor kucing. "Coba elus dari bawah karena kucing tidak akan mengganggap itu sebagai ancaman," Kata Daven memberi saran. "Um..." Jawab Kayla sedikit ragu, ia takut akan berakhir sama. Meski sedikit ragu namun Kayla tetap mencobanya, ia mulai menggerakkan tangannya dengan pelan dari bawah, sedikit demi sedikit. Tangannya Kayla sudah sangat dekat namun kucing itu tidak marah atau mencoba mencakarnya, Kayla menjadi sangat bersemangat dan juga gugup di waktu yang bersamaan. *Wuusshh!* Namun tepat ketika Kayla sudah hampir bisa mengelus kucing itu tiba-tiba Daven melompat kebelakang dan sebuah anak panah melesat di antara mereka. "Aaaa!" Teriak Lia terkejut ketika ia melihat anak panah itu. "Krrieeekk!" Para gerombolan goblin muncul di tengah-tengah mereka dan mencoba untuk menyerang mereka. "Aku sudah hampir berhasil tapi kalian mengacau!" Kayla yang hampir berhasil merasa prustasi karena gagal dan ia mulai mengeluarkan amarahnya kepada mereka. "Aku akan menghabisi kalian semua!"Beberapa menit setelah Daven dan yang lainnya dikepung oleh gerombolan goblin dan sekarang mereka sudah berada di tempat pengungsian sementara. "Aku tidak menyangka, kalau Nona Kayla juga suka kucing, aku tadi sangat gugup hingga tidak dapat berbicara apa-ap,a" Kata Lia dengan terlihat senang dan bersemangat, ia tidak bisa menggambarkan kata-katanya dengan benar karena ia benar-benar merasa sangat bahagia bertemu dengan Kayla. "Yah, tapi sayang sekali dia masih tidak bisa mengelus kucing itu," Jawab Daven. "Benar sangat disayangkan tapi tadi Nona Kayla tadi keren sekali," Kata Lia dengan semangat kepada Daven. "Ya, aku rasa begitu," Jawab Daven. "Hanya dalam satu detik dengan super powernya Nona Kayla langsung membekukan para goblin itu dan menghancurkan mereka semua," Kata Lia menjelaskan dengan wajah berseri-seri. 'Ya, dia membunuh mereka semua sampai aku tidak mendapatkan satu monster pun, padahal aku juga ingin membunuh mereka untuk menyelesaikan quest ini,' Pikir Dave
Daven menatap ke arah beberapa armor berjalan yang ada di depannya. Ia mulai menarik nafas panjang dan melepaskannya untuk beberapa kali, sampai ia mulai tenang. "Baiklah waktunya untuk pergi dari tempat ini," Ucap Daven begitu saja. Daven berbalik dan mulai berjalan keluar dari portal, lalu ia mulai berjalan menjauh dari portal itu. "Yang benar saja, The Living Armor di portal emas?!" Daven merasa sangat kesal dan juga jengkel dengan keadaan ini. "Bahkan jika aku menyelesaikan quest tersembunyi yang ketiga ini, aku masih belum bisa menggerakkan pedang mereka yang memiliki berat sekitar 30Kg. Meski mereka lemah terhadap pukulan dan senjata tumpul namun sekarang aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membengkokkan jari mereka." Daven yang menyadari kalau ia tidak bisa menyelesaikan dungeon itu memutuskan untuk melakukannya, ia bahkan mulai pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang. "Aku tidak takut untuk mengambil tantangan namun aku tidak bisa membayangkan gambaran kem
Ketika serangan pisau belati dari Daven melesat kencang ke arah Direwolf itu, mereka menghindarinya dengan mudah karena mereka menyadari serangannya dan mereka memiliki banyak ruang untuk bergerak. "Eh?." "Ggrrrr!!" Direwolf menggeram dengan keras. Para Direwolf itu lalu mulai berlari dengan cepat ke arah Daven. di sisi lain Daven yang menyadari kalah para Direwolf itu bergerak ke arahnya tidak bergeming sedikitpun. "Kena kalian," Ucap Daven dengan senyum puas. *Wushhh!* Pisau belati yang tadinya mereka hindari mulai mengejar mereka dari belakang. Tepat ketika mereka sudah sangat dekat dengan Daven, pisau belati itu langsung menembus kepala mereka. "aggh," Para Direwolf itu kesakitan hingga mereka tidak bersuara lagi. "Sudah lama aku tidak bertarung mengandalkan otak seperti ini, rasanya sangat kesal ketika aku harus menggunakan otakku hanya untuk bertarung melawan monster seperti Direwolf saja," Ucap Daven agak kesal. Cara bertarung menggunakan otak seperti ini
"Sekarang mari kita lihat di mana Orc Shaman itu mengurung Direwolf Alpha." Daven mulai terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu. "Orc Shaman adalah monster yang memiliki kecerdasan namun kepintarannya juga tidak terlalu bagus mengingat dia juga hanyalah seekor Orc, kepintaran mereka hanyalah setara dengan monyet saja," meski terdengar seperti hinaan namun Daven tidak benar-benar bermaksud untuk menghina orc shaman itu."Jika aku adalah Orc Shaman di mana aku akan menyimpan pimpinan boss musuh yang sedang aku tawan?" Ucap Daven memikirkannya."Tunggu Orc Shaman pasti tidak akan menganggap Direwolf sebagai musuh malahan dia akan mengganggap mereka seperti anjing penjaga karena itu mereka menaruh beberapa Direwolf di sekitar portal," Pikiran Daven mulai berputar dengan cepat setelah ia menyadari hal itu."Jika Orc Shaman menganggap para Direwolf adalah anjing penjaga maka pasti ia menjaga anjing penjaga yang paling kuat untuk menjaga area
"Gggrrr!!" Direwolf Alpha yang marah kepada Daven menggeram dengan sangat keras. Dalam kedipan Mata Direwolf itu sudah berlari dan ke arah Daven, sampai Daven hampir tidak menyadarinya. '!!' Daven baru tersadar ketika Direwolf Alpha itu berada sangat dekat dengannya, Direwolf Alpha itu melompat tinggi dan mencoba untuk menerkamnya. 'Aku rasa hari ini adalah hari keberuntunganku!' *Bbraakkk!* Dari arah lain tiba-tiba seekor Orc datang dan menghantam Direwolf Alpha itu dengan gada besar yang ia genggam. "Geeekkk!!" Para Orc lain yang mulai berdatangan mulai berteriak keras seolah menunjukkan kedatangan mereka dan di antara mereka ada Orc Shaman yang berada di barisan paling belakang. 'Aku memang melakukan kesalahan namun kesalahan itu tidak akan mengacau rencanaku,' Pikir Daven cukup merasa beruntung. Kesalahan Daven m
"Geekk" Orc kecil mulai berteriak kesakitan ketika sebuah kapak besar menancap di tubuhnya. "Ini harusnya yang terakhir," Dengan tatapan dingin tanpa emosi Daven mulai berjalan pergi meninggalkan kampung Orc yang hancur berantakan dan semua Orc terbaring tanpa nyawa. Setelah Magic powernya meningkat ia bisa mengendalikan sebuah kapak besar milik seorang pejuang Orc dan ia menggunakannya untuk membunuh semua Orc yang tersisa di dalam dungeon itu. Daven berjalan dan terus berjalan meninggalkan perkampungan Orc karena ia sudah tidak memiliki urusan lagi di sana, "Sebaiknya aku pergi sebelum aku kehabisan energi," Ucap Daven cukup lemas. Tubuhnya sudah kelelahan dan mulai lemas, ia sebenarnya sudah tidak sanggup untuk melakukannya lagi. Daven berjalan dengan menarik kakinya yang kelelahan dan dengan susah payah ia akhirnya sampai di depan portal. Ia berjalan dengan sekuat tenaga hingga ia keluar dari dungeon itu. "Sudah malam?" Ia kebingungan saat di sekitarnya gelap guli
Guild Myth - 9 April 2025 Seorang wanita sedang membaca beberapa berkas dokumen yang ada di atas mejanya. Ia memiliki warna rambut yang berwarna coklat yang agak sedikit gelap, dengan wajah yang tajam dan tahi lalat di sekitar bibirnya membuat ia terlihat agak sedikit menakutkan. *Tok,tok,tok.* Terdengar suara ketukan pintu dan wanita itu langsung mengalihkan pandangannya. "Masuklah" Ucapnya. Tak lama pintu terbuka dan seorang laki-laki yang agak tinggi terlihat, ia membawa sebuah dokumen di tangannya. "Apa itu Chris?" Tanya wanita itu, bermaksud untuk menanyakan dokumen apa yang Chris bawa. "Ini adalah dokumen para peserta yang anda minta ketua" Jawab Chist dengan tenang sambil mencoba untuk menyerahkan dokumen itu kepada wanita itu.
[ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s
Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d
Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b
Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia
Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku
Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya
"Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a
'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.
'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia
[ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s