Daven menatap ke arah beberapa armor berjalan yang ada di depannya. Ia mulai menarik nafas panjang dan melepaskannya untuk beberapa kali, sampai ia mulai tenang.
"Baiklah waktunya untuk pergi dari tempat ini," Ucap Daven begitu saja. Daven berbalik dan mulai berjalan keluar dari portal, lalu ia mulai berjalan menjauh dari portal itu. "Yang benar saja, The Living Armor di portal emas?!" Daven merasa sangat kesal dan juga jengkel dengan keadaan ini. "Bahkan jika aku menyelesaikan quest tersembunyi yang ketiga ini, aku masih belum bisa menggerakkan pedang mereka yang memiliki berat sekitar 30Kg. Meski mereka lemah terhadap pukulan dan senjata tumpul namun sekarang aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membengkokkan jari mereka." Daven yang menyadari kalau ia tidak bisa menyelesaikan dungeon itu memutuskan untuk melakukannya, ia bahkan mulai pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang. "Aku tidak takut untuk mengambil tantangan namun aku tidak bisa membayangkan gambaran kemenanganku di dungeon itu, pada akhirnya aku bukanlah seseorang yang spesial, satu kesalahan dan semuanya akan berakhir seperti sebelumnya," Ucap Daven untuk menyakinkan dirinya sendiri. Harga dirinya cukup terluka ketika ia memutuskan untuk pergi dari dungeon itu dan memilih untuk mundur. "Aku harus mundur sekarang setidaknya sampai aku bisa memikirkan cara untuk menyelesaikan dungeon itu, aku berjanji akan kembali secepatnya!" Dengan memutuskan tujuannya Daven mulai berjalan ke tempat lain. Daven mulai berjalan ke arah yang lain, ia berjalan dengan berhati-hati karena ia tidak ingin disadari oleh para Hunter yang ada di sekitar sana. 'Aku dapat menyadari magic power mereka dengan jelas dan ini membuatku dapat menghindari mereka dengan mudah,' Pikir Daven, ia bersyukur memiliki tingkat kepekaan terhadap magic power yang tinggi. Dengan sedikit mengendap-endap dengan mencari jalan yang tidak membuatnya disadari oleh para hunter, tak lama Daven akhirnya sampai di tempat yang ia tuju karena tempat itu tidak jauh dari tempat yang sebelumnya. Tempat itu berada di sekitar tempat konstruksi yang sedang terbengkalai, sehingga tidak banyak orang yang ada di sana. Daven berjalan masuk ke dalam bangunan konstruksi itu, awalnya di sana cukup gelap namun Daven tetap berjalan dengan santai, ia menaiki beberapa lantai menggunakan tangga hingga ia sampai di lantai atas. "Akhirnya aku sampai di portal emas yang satunya, beruntung aku memiliki kepekaan ini membuatku dapat dengan mudah menemukan portalnya." Tujuan Daven adalah portal emas yang satunya, portal emas lain yang juga membuat portal merah itu terbuka. "Para Hunter yang sudah menemukan portal merahnya pasti sedang berfokus ke sana dan tidak punya banyak waktu untuk mencari portal emas yang kemungkinan akan lebih sulit untuk di selesaikan di bandingkan portal merah yang hanya berisi para goblin saja," Ucap Daven dengan santai. Selain menurut perkiraannya ia juga tidak dapat merasakan magic power lain di sekitar tempat ini selain magic power miliknya dan magic power portal yang ada di depannya. "Magic powernya terasa lebih lemah dari pada portal sebelumnya, seharusnya monsternya juga lebih lemah... Baiklah mari kita masuk!" Daven dengan percaya diri mulai melangkahkan kakinya ke dalam portal. Ketika ia masuk tiba-tiba sesuatu yang cukup terang menusuk ke matanya, ia sampai mencoba menutupi cahaya yang menyilaukan matanya itu menggunakan tangannya. Daven mulai menurunkan tangannya kembali setelah ia sudah merasa cukup nyaman. [ Selamat datang di Midnight Tragedy ] "Bulan purnama yang sangat terang, dari bangunan konstruksi yang cukup gelap menuju bebatuan yang di terangi oleh cahaya bulan, aku sudah tau monster apa yang menungguku di tempat ini," Ucap Daven dengan kepercayaan diri. Kali ini dia terlihat sangat tenang walaupun ia sudah menduga monster apa yang akan ia hadapi, sepertinya monster yang ada di dalam portal ini memang sesuai harapannya. *Step!, step!, step!* *Step!, step!, step!* Suara langkah kaki yang kasar terdengar jelas mendengung di telinga Daven, ia mulai bersiap dengan mengeluarkan senjatanya. "Grrrr!!" Di atas bebatuan kecil yang tak jauh di depan Daven, muncul rombongan kecil yang berisikan 5 ekor serigala yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada serigala pada umumnya, ukuran tubuh mereka itu setara dengan ukuran tubuh singa jantan dewasa. Mereka adalah Direwolf salah satu monster yang cukup sering muncul di dalam dungeon tingkat emas, mereka memiliki kecepatan dan kekuatan selain itu mereka selalu berburu secara berkelompok sehingga mereka sangat menyusahkan para hunter yang melakukan raid di portal mereka. "Seperti yang kuduga, datang berombongan di tengah malam setelah mencium bau tubuhku yang menarik nafsu makan mereka, dasar para anjing-anjing kampung, aku akan menghabisi kalian semua hingga tak bersisa!" dengan keras Daven menyuarakan pancingannya. Para Direwolf yang terpancing oleh Daven mulai turun dari tempat pijakan mereka dan langsung bergerak cepat ke arah Daven hingga mereka berada tepat di depan Daven. *Wushhh!!* *Wushhh!!* *Wushh!!* Namun cakar mereka tidak pernah sampai ke arah Daven karena tepat ketika mereka berlari kencang ke arah Daven dari bebatuan yang cukup gelap pisau belati yang sudah Daven persiapkan. Tempat yang kebetulan cukup sempit karena dihimpit oleh dua batu besar membuat para Direwolf tidak memiliki jalan untuk menghindari sehingga serangan Daven dapat mengenai mereka dengan mudah. "Kena kalian dasar makhluk bodoh! hewan yang hanya mengandalkan instingnya saja sangat mudah untuk diperdaya," Daven cukup puas setelah berhasil menghentikan para Direwolf itu. Beberapa dari mereka langsung terbunuh karena pisau belati itu menembus kepala mereka namun yang lainnya terjatuh kesakitan hingga tidak bisa bersuara lagi karena mereka sedang sekarat. "Aku merasa bersalah karena telah menyakiti kalian karena itu aku akan mengakhiri penderitaan kalian sekarang juga" Kata Daven kepada para Direwolf itu dengan tatapan yang dingin. Tanpa berkata apapun lagi Daven lalu mulai menghabisi para Direwolf itu, hingga notifikasi dari sistem ungu muncul di depan matanya. [ Quest tersembunyi,......, 9/30 ] Daven mulai berjalan lagi masuk lebih jauh ke dalam dungeon itu, ia melihat ke arah sekitarnya untuk memastikan kalau tidak ada monster yang sedang mengintai dirinya. Ia berjalan dengan tenang dan terus melangkah hingga muncul para Direwolf lain yang mulai mencium keberadaannya. "Grrr!!" "3 Ekor? ya ini akan lebih mudah dari pada sebelumnya" Ucap Daven dengan tenang, ia sama sekali tidak merasa takut ataupun terancam oleh para Direwolf itu. "Ggrrr!!" Para Direwolf itu meraung lebih keras untuk membuat Daven merasa terancam namun Daven tidak memberikan reaksi apapun. "Baiklah waktunya kalian menjadi bagian dari questku" Ucap Daven dengan percaya diri. Daven lalu mengeluarkan 4 buah belati yang sudah ia persiapkan dari dalam kantongnya, ia lalu melepaskan belati itu dan membuat keempat belati itu melesat dengan cepat ke arah para Direwolf. Namun ketika serangan Daven sangat dekat, para Direwolf yang menyadari serangan itu langsung bergerak menghindari, berbeda dengan sebelumnya kali ini para Direwolf berada di tempat yang lebih luas sehingga membuat mereka lebih mudah untuk menghindar. "Eh?"Ketika serangan pisau belati dari Daven melesat kencang ke arah Direwolf itu, mereka menghindarinya dengan mudah karena mereka menyadari serangannya dan mereka memiliki banyak ruang untuk bergerak. "Eh?." "Ggrrrr!!" Direwolf menggeram dengan keras. Para Direwolf itu lalu mulai berlari dengan cepat ke arah Daven. di sisi lain Daven yang menyadari kalah para Direwolf itu bergerak ke arahnya tidak bergeming sedikitpun. "Kena kalian," Ucap Daven dengan senyum puas. *Wushhh!* Pisau belati yang tadinya mereka hindari mulai mengejar mereka dari belakang. Tepat ketika mereka sudah sangat dekat dengan Daven, pisau belati itu langsung menembus kepala mereka. "aggh," Para Direwolf itu kesakitan hingga mereka tidak bersuara lagi. "Sudah lama aku tidak bertarung mengandalkan otak seperti ini, rasanya sangat kesal ketika aku harus menggunakan otakku hanya untuk bertarung melawan monster seperti Direwolf saja," Ucap Daven agak kesal. Cara bertarung menggunakan otak seperti ini
"Sekarang mari kita lihat di mana Orc Shaman itu mengurung Direwolf Alpha." Daven mulai terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu. "Orc Shaman adalah monster yang memiliki kecerdasan namun kepintarannya juga tidak terlalu bagus mengingat dia juga hanyalah seekor Orc, kepintaran mereka hanyalah setara dengan monyet saja," meski terdengar seperti hinaan namun Daven tidak benar-benar bermaksud untuk menghina orc shaman itu."Jika aku adalah Orc Shaman di mana aku akan menyimpan pimpinan boss musuh yang sedang aku tawan?" Ucap Daven memikirkannya."Tunggu Orc Shaman pasti tidak akan menganggap Direwolf sebagai musuh malahan dia akan mengganggap mereka seperti anjing penjaga karena itu mereka menaruh beberapa Direwolf di sekitar portal," Pikiran Daven mulai berputar dengan cepat setelah ia menyadari hal itu."Jika Orc Shaman menganggap para Direwolf adalah anjing penjaga maka pasti ia menjaga anjing penjaga yang paling kuat untuk menjaga area
"Gggrrr!!" Direwolf Alpha yang marah kepada Daven menggeram dengan sangat keras. Dalam kedipan Mata Direwolf itu sudah berlari dan ke arah Daven, sampai Daven hampir tidak menyadarinya. '!!' Daven baru tersadar ketika Direwolf Alpha itu berada sangat dekat dengannya, Direwolf Alpha itu melompat tinggi dan mencoba untuk menerkamnya. 'Aku rasa hari ini adalah hari keberuntunganku!' *Bbraakkk!* Dari arah lain tiba-tiba seekor Orc datang dan menghantam Direwolf Alpha itu dengan gada besar yang ia genggam. "Geeekkk!!" Para Orc lain yang mulai berdatangan mulai berteriak keras seolah menunjukkan kedatangan mereka dan di antara mereka ada Orc Shaman yang berada di barisan paling belakang. 'Aku memang melakukan kesalahan namun kesalahan itu tidak akan mengacau rencanaku,' Pikir Daven cukup merasa beruntung. Kesalahan Daven m
"Geekk" Orc kecil mulai berteriak kesakitan ketika sebuah kapak besar menancap di tubuhnya. "Ini harusnya yang terakhir," Dengan tatapan dingin tanpa emosi Daven mulai berjalan pergi meninggalkan kampung Orc yang hancur berantakan dan semua Orc terbaring tanpa nyawa. Setelah Magic powernya meningkat ia bisa mengendalikan sebuah kapak besar milik seorang pejuang Orc dan ia menggunakannya untuk membunuh semua Orc yang tersisa di dalam dungeon itu. Daven berjalan dan terus berjalan meninggalkan perkampungan Orc karena ia sudah tidak memiliki urusan lagi di sana, "Sebaiknya aku pergi sebelum aku kehabisan energi," Ucap Daven cukup lemas. Tubuhnya sudah kelelahan dan mulai lemas, ia sebenarnya sudah tidak sanggup untuk melakukannya lagi. Daven berjalan dengan menarik kakinya yang kelelahan dan dengan susah payah ia akhirnya sampai di depan portal. Ia berjalan dengan sekuat tenaga hingga ia keluar dari dungeon itu. "Sudah malam?" Ia kebingungan saat di sekitarnya gelap guli
Nusantara - 04 Desember 2024 Di depan sebuah portal besar yang mengeluarkan cahaya ungu, banyak sekali orang berkumpul. Para media juga datang berkumpul di antara orang-orang. "Baiklah pemirsa, selamat siang, Channel 6 di sini dan kami akan sedang melakukan siaran langsung detik-detik sebelum para hunter datang untuk penyerangan dungeon terbesar di negara ini!" Seorang wartawan berbicara dengan tenang menggunakan mikropon yang ia bawa dan seorang pembawa kamera sedang merekamnya. "Leon!" "Leon!" "Leon!" Orang-orang mulai meneriakkan nama Leon. Memahami apa yang terjadi, wartawan dengan kameraman itu langsung berpaling dan mereka ke arah yang berbeda. Di antara kedua pembatas, beberapa orang hunter berjalan sambil membawa senjata mereka. Leon berjalan di paling depan dengan membawa pedang besarnya sebagai senjata utama. "Pemirsa, Hunter Leon sudah datang bersama dengan tim raid utama guild Red Flame. Ini adalah moment yang bersejarah karena sekali lagi hunter terb
"Albert?..." Dengan wajah yang tidak bisa berkata-kata lagi, Leon melihat ke arah Albert yang menusuknya dengan sebuah pedang. "Ukh!" Leon muntah darah akibat luka dalam dari tusukan Albert yang tepat mengenai jantungnya. Meski jantungnya ditusuk ia masih memiliki kesadaran mencoba untuk mengangkat wajahnya. Wajahnya berubah pucat seolah tidak bisa mempercayai apa yang sedang dilihatnya saja ia lihat. "Kalian semua!!" Leon melihat semua anggota party lainnya sedang mengarahkan senjata mereka ke arahnya. "Seperti yang diharapkan oleh hunter terbaik, bahkan setelah jantungnya ditusuk masih belum mati juga, memang superhuman gila!" Albert menunjukkan senyum liciknya kepada Leon sambil secara perlahan memperdalam tusukannya. "Aarrgghh... Ukh!" Leon merasa kesakitan akibat hal itu dan ia mulai memuntahkan darah lebih banyak lagi, pandangannya mulai pudar dan tubuhnya benar-benar tidak sanggup lagi. Lututnya terjatuh ke tanah, namun tubuhnya tetap tegap rata. Meski
[ Selamat datang kembali, Leon. ] Muncul sebuah layar sistem di depan Leon dengan background berwarna ungu gelap. "Eh?" Leon terdiam untuk beberapa saat, ia terdiam kebingungan menatap ke arah layar sistem yang muncul di hadapannya. Beberapa kali ia menggosok-gosok matanya memastikan apa yang ia lihat ini benar-benar nyata. "Sistem ungu? biasanya layar sister berwarna biru dan hanya muncul ketika kau memeriksa status atau ketika kau di dalam dungeon, tapi apa ini?" Leon yang sudah kebingungan sekarang makin kebingungan. Ia mencoba untuk menyentuh layar sistem itu dengan tangannya untuk memastikan sekali lagi. [ Quest tersembunyi. Kebangkitan Sang Hunter Terbaik. Kalahkan monster jenis apa saja, kumpulkan 10 Soul Essence dari monster yang anda kalahkan untuk meningkatkan Magic Power anda, catatan jumlah peningkatan magic power anda tergantung dari kualitas dari Soul Essence yang anda kumpulkan. 0/10. ] Setelah Leon sentuh layar sistem itu berubah, Leon yang terkejut sud
"Buku? agak aneh untuk menaruh buku sembarangan seperti ini, maksudku bahkan ketika kamarnya berantakan bukunya masih tersusun rapi di atas meja, lebih baik aku rapikan dulu." Leon lalu mengambil buku itu dari lantai, ketika ia mengambilnya ia melihat tulisan yang ada di sampul bukunya. "Diary?" Menyadari kalau buku itu adalah buku harian dari pemilik tubuh ini, mulai timbul perasaan di dalam diri Leon untuk membacanya, ia mulai tergoda. "Ayolah, jangan membuka buku harian orang sembarangan, itu tidak baik!" Ia mencoba untuk menahan dirinya sendiri untuk tidak membacanya, pikiran baiknya memberinya alasan yang cukup kuat untuk tidak melakukannya. "Tapi sekarang aku adalah pemilik tubuh ini, itu berarti ini adalah buku harianku." Pikiran buruknya juga memberikannya alasan untuk melakukannya, Leon semakin tergoda karena rasa penasaran. "Ya, benar, sekarang ini adalah buku harianku." Leon tidak dapat menahan godaan itu. Leon mulai membuka buku itu dengan perlahan, me