Home / Fantasi / Kembalinya Sang Hunter Terbaik / Bab 10 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (2)

Share

Bab 10 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (2)

Author: ThinIce
last update Last Updated: 2024-05-17 20:37:00

Daven menatap ke arah beberapa armor berjalan yang ada di depannya. Ia mulai menarik nafas panjang dan melepaskannya untuk beberapa kali, sampai ia mulai tenang.

"Baiklah waktunya untuk pergi dari tempat ini," Ucap Daven begitu saja.

Daven berbalik dan mulai berjalan keluar dari portal, lalu ia mulai berjalan menjauh dari portal itu.

"Yang benar saja, The Living Armor di portal emas?!" Daven merasa sangat kesal dan juga jengkel dengan keadaan ini.

"Bahkan jika aku menyelesaikan quest tersembunyi yang ketiga ini, aku masih belum bisa menggerakkan pedang mereka yang memiliki berat sekitar 30Kg. Meski mereka lemah terhadap pukulan dan senjata tumpul namun sekarang aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membengkokkan jari mereka."

Daven yang menyadari kalau ia tidak bisa menyelesaikan dungeon itu memutuskan untuk melakukannya, ia bahkan mulai pergi dari tempat itu tanpa pikir panjang.

"Aku tidak takut untuk mengambil tantangan namun aku tidak bisa membayangkan gambaran kemenanganku di dungeon itu, pada akhirnya aku bukanlah seseorang yang spesial, satu kesalahan dan semuanya akan berakhir seperti sebelumnya," Ucap Daven untuk menyakinkan dirinya sendiri.

Harga dirinya cukup terluka ketika ia memutuskan untuk pergi dari dungeon itu dan memilih untuk mundur.

"Aku harus mundur sekarang setidaknya sampai aku bisa memikirkan cara untuk menyelesaikan dungeon itu, aku berjanji akan kembali secepatnya!" Dengan memutuskan tujuannya Daven mulai berjalan ke tempat lain.

Daven mulai berjalan ke arah yang lain, ia berjalan dengan berhati-hati karena ia tidak ingin disadari oleh para Hunter yang ada di sekitar sana.

'Aku dapat menyadari magic power mereka dengan jelas dan ini membuatku dapat menghindari mereka dengan mudah,' Pikir Daven, ia bersyukur memiliki tingkat kepekaan terhadap magic power yang tinggi.

Dengan sedikit mengendap-endap dengan mencari jalan yang tidak membuatnya disadari oleh para hunter, tak lama Daven akhirnya sampai di tempat yang ia tuju karena tempat itu tidak jauh dari tempat yang sebelumnya.

Tempat itu berada di sekitar tempat konstruksi yang sedang terbengkalai, sehingga tidak banyak orang yang ada di sana.

Daven berjalan masuk ke dalam bangunan konstruksi itu, awalnya di sana cukup gelap namun Daven tetap berjalan dengan santai, ia menaiki beberapa lantai menggunakan tangga hingga ia sampai di lantai atas.

"Akhirnya aku sampai di portal emas yang satunya, beruntung aku memiliki kepekaan ini membuatku dapat dengan mudah menemukan portalnya."

Tujuan Daven adalah portal emas yang satunya, portal emas lain yang juga membuat portal merah itu terbuka.

"Para Hunter yang sudah menemukan portal merahnya pasti sedang berfokus ke sana dan tidak punya banyak waktu untuk mencari portal emas yang kemungkinan akan lebih sulit untuk di selesaikan di bandingkan portal merah yang hanya berisi para goblin saja," Ucap Daven dengan santai.

Selain menurut perkiraannya ia juga tidak dapat merasakan magic power lain di sekitar tempat ini selain magic power miliknya dan magic power portal yang ada di depannya.

"Magic powernya terasa lebih lemah dari pada portal sebelumnya, seharusnya monsternya juga lebih lemah... Baiklah mari kita masuk!" Daven dengan percaya diri mulai melangkahkan kakinya ke dalam portal.

Ketika ia masuk tiba-tiba sesuatu yang cukup terang menusuk ke matanya, ia sampai mencoba menutupi cahaya yang menyilaukan matanya itu menggunakan tangannya.

Daven mulai menurunkan tangannya kembali setelah ia sudah merasa cukup nyaman.

[ Selamat datang di Midnight Tragedy ]

"Bulan purnama yang sangat terang, dari bangunan konstruksi yang cukup gelap menuju bebatuan yang di terangi oleh cahaya bulan, aku sudah tau monster apa yang menungguku di tempat ini," Ucap Daven dengan kepercayaan diri.

Kali ini dia terlihat sangat tenang walaupun ia sudah menduga monster apa yang akan ia hadapi, sepertinya monster yang ada di dalam portal ini memang sesuai harapannya.

*Step!, step!, step!*

*Step!, step!, step!*

Suara langkah kaki yang kasar terdengar jelas mendengung di telinga Daven, ia mulai bersiap dengan mengeluarkan senjatanya.

"Grrrr!!"

Di atas bebatuan kecil yang tak jauh di depan Daven, muncul rombongan kecil yang berisikan 5 ekor serigala yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada serigala pada umumnya, ukuran tubuh mereka itu setara dengan ukuran tubuh singa jantan dewasa.

Mereka adalah Direwolf salah satu monster yang cukup sering muncul di dalam dungeon tingkat emas, mereka memiliki kecepatan dan kekuatan selain itu mereka selalu berburu secara berkelompok sehingga mereka sangat menyusahkan para hunter yang melakukan raid di portal mereka.

"Seperti yang kuduga, datang berombongan di tengah malam setelah mencium bau tubuhku yang menarik nafsu makan mereka, dasar para anjing-anjing kampung, aku akan menghabisi kalian semua hingga tak bersisa!" dengan keras Daven menyuarakan pancingannya.

Para Direwolf yang terpancing oleh Daven mulai turun dari tempat pijakan mereka dan langsung bergerak cepat ke arah Daven hingga mereka berada tepat di depan Daven.

*Wushhh!!*

*Wushhh!!*

*Wushh!!*

Namun cakar mereka tidak pernah sampai ke arah Daven karena tepat ketika mereka berlari kencang ke arah Daven dari bebatuan yang cukup gelap pisau belati yang sudah Daven persiapkan.

Tempat yang kebetulan cukup sempit karena dihimpit oleh dua batu besar membuat para Direwolf tidak memiliki jalan untuk menghindari sehingga serangan Daven dapat mengenai mereka dengan mudah.

"Kena kalian dasar makhluk bodoh! hewan yang hanya mengandalkan instingnya saja sangat mudah untuk diperdaya," Daven cukup puas setelah berhasil menghentikan para Direwolf itu.

Beberapa dari mereka langsung terbunuh karena pisau belati itu menembus kepala mereka namun yang lainnya terjatuh kesakitan hingga tidak bisa bersuara lagi karena mereka sedang sekarat.

"Aku merasa bersalah karena telah menyakiti kalian karena itu aku akan mengakhiri penderitaan kalian sekarang juga" Kata Daven kepada para Direwolf itu dengan tatapan yang dingin.

Tanpa berkata apapun lagi Daven lalu mulai menghabisi para Direwolf itu, hingga notifikasi dari sistem ungu muncul di depan matanya.

[ Quest tersembunyi,......, 9/30 ]

Daven mulai berjalan lagi masuk lebih jauh ke dalam dungeon itu, ia melihat ke arah sekitarnya untuk memastikan kalau tidak ada monster yang sedang mengintai dirinya.

Ia berjalan dengan tenang dan terus melangkah hingga muncul para Direwolf lain yang mulai mencium keberadaannya.

"Grrr!!"

"3 Ekor? ya ini akan lebih mudah dari pada sebelumnya" Ucap Daven dengan tenang, ia sama sekali tidak merasa takut ataupun terancam oleh para Direwolf itu.

"Ggrrr!!" Para Direwolf itu meraung lebih keras untuk membuat Daven merasa terancam namun Daven tidak memberikan reaksi apapun.

"Baiklah waktunya kalian menjadi bagian dari questku" Ucap Daven dengan percaya diri.

Daven lalu mengeluarkan 4 buah belati yang sudah ia persiapkan dari dalam kantongnya, ia lalu melepaskan belati itu dan membuat keempat belati itu melesat dengan cepat ke arah para Direwolf.

Namun ketika serangan Daven sangat dekat, para Direwolf yang menyadari serangan itu langsung bergerak menghindari, berbeda dengan sebelumnya kali ini para Direwolf berada di tempat yang lebih luas sehingga membuat mereka lebih mudah untuk menghindar.

"Eh?"

Related chapters

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 11 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (3)

    Ketika serangan pisau belati dari Daven melesat kencang ke arah Direwolf itu, mereka menghindarinya dengan mudah karena mereka menyadari serangannya dan mereka memiliki banyak ruang untuk bergerak. "Eh?." "Ggrrrr!!" Direwolf menggeram dengan keras. Para Direwolf itu lalu mulai berlari dengan cepat ke arah Daven. di sisi lain Daven yang menyadari kalah para Direwolf itu bergerak ke arahnya tidak bergeming sedikitpun. "Kena kalian," Ucap Daven dengan senyum puas. *Wushhh!* Pisau belati yang tadinya mereka hindari mulai mengejar mereka dari belakang. Tepat ketika mereka sudah sangat dekat dengan Daven, pisau belati itu langsung menembus kepala mereka. "aggh," Para Direwolf itu kesakitan hingga mereka tidak bersuara lagi. "Sudah lama aku tidak bertarung mengandalkan otak seperti ini, rasanya sangat kesal ketika aku harus menggunakan otakku hanya untuk bertarung melawan monster seperti Direwolf saja," Ucap Daven agak kesal. Cara bertarung menggunakan otak seperti ini

    Last Updated : 2024-05-20
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 12 - Melawan Musuh yang Lebih Kuat (4)

    "Sekarang mari kita lihat di mana Orc Shaman itu mengurung Direwolf Alpha." Daven mulai terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu. "Orc Shaman adalah monster yang memiliki kecerdasan namun kepintarannya juga tidak terlalu bagus mengingat dia juga hanyalah seekor Orc, kepintaran mereka hanyalah setara dengan monyet saja," meski terdengar seperti hinaan namun Daven tidak benar-benar bermaksud untuk menghina orc shaman itu."Jika aku adalah Orc Shaman di mana aku akan menyimpan pimpinan boss musuh yang sedang aku tawan?" Ucap Daven memikirkannya."Tunggu Orc Shaman pasti tidak akan menganggap Direwolf sebagai musuh malahan dia akan mengganggap mereka seperti anjing penjaga karena itu mereka menaruh beberapa Direwolf di sekitar portal," Pikiran Daven mulai berputar dengan cepat setelah ia menyadari hal itu."Jika Orc Shaman menganggap para Direwolf adalah anjing penjaga maka pasti ia menjaga anjing penjaga yang paling kuat untuk menjaga area

    Last Updated : 2024-05-21
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 13 - Melawan Monster yang Lebih Kuat (5)

    "Gggrrr!!" Direwolf Alpha yang marah kepada Daven menggeram dengan sangat keras. Dalam kedipan Mata Direwolf itu sudah berlari dan ke arah Daven, sampai Daven hampir tidak menyadarinya. '!!' Daven baru tersadar ketika Direwolf Alpha itu berada sangat dekat dengannya, Direwolf Alpha itu melompat tinggi dan mencoba untuk menerkamnya. 'Aku rasa hari ini adalah hari keberuntunganku!' *Bbraakkk!* Dari arah lain tiba-tiba seekor Orc datang dan menghantam Direwolf Alpha itu dengan gada besar yang ia genggam. "Geeekkk!!" Para Orc lain yang mulai berdatangan mulai berteriak keras seolah menunjukkan kedatangan mereka dan di antara mereka ada Orc Shaman yang berada di barisan paling belakang. 'Aku memang melakukan kesalahan namun kesalahan itu tidak akan mengacau rencanaku,' Pikir Daven cukup merasa beruntung. Kesalahan Daven m

    Last Updated : 2024-05-22
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 14 - Kehidupan Baru (1)

    "Geekk" Orc kecil mulai berteriak kesakitan ketika sebuah kapak besar menancap di tubuhnya. "Ini harusnya yang terakhir," Dengan tatapan dingin tanpa emosi Daven mulai berjalan pergi meninggalkan kampung Orc yang hancur berantakan dan semua Orc terbaring tanpa nyawa. Setelah Magic powernya meningkat ia bisa mengendalikan sebuah kapak besar milik seorang pejuang Orc dan ia menggunakannya untuk membunuh semua Orc yang tersisa di dalam dungeon itu. Daven berjalan dan terus berjalan meninggalkan perkampungan Orc karena ia sudah tidak memiliki urusan lagi di sana, "Sebaiknya aku pergi sebelum aku kehabisan energi," Ucap Daven cukup lemas. Tubuhnya sudah kelelahan dan mulai lemas, ia sebenarnya sudah tidak sanggup untuk melakukannya lagi. Daven berjalan dengan menarik kakinya yang kelelahan dan dengan susah payah ia akhirnya sampai di depan portal. Ia berjalan dengan sekuat tenaga hingga ia keluar dari dungeon itu. "Sudah malam?" Ia kebingungan saat di sekitarnya gelap guli

    Last Updated : 2024-06-03
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 15 - Kehidupan Baru (2)

    Guild Myth - 9 April 2025 Seorang wanita sedang membaca beberapa berkas dokumen yang ada di atas mejanya. Ia memiliki warna rambut yang berwarna coklat yang agak sedikit gelap, dengan wajah yang tajam dan tahi lalat di sekitar bibirnya membuat ia terlihat agak sedikit menakutkan. *Tok,tok,tok.* Terdengar suara ketukan pintu dan wanita itu langsung mengalihkan pandangannya. "Masuklah" Ucapnya. Tak lama pintu terbuka dan seorang laki-laki yang agak tinggi terlihat, ia membawa sebuah dokumen di tangannya. "Apa itu Chris?" Tanya wanita itu, bermaksud untuk menanyakan dokumen apa yang Chris bawa. "Ini adalah dokumen para peserta yang anda minta ketua" Jawab Chist dengan tenang sambil mencoba untuk menyerahkan dokumen itu kepada wanita itu.

    Last Updated : 2024-07-10
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 16 - Kehidupan Baru (3)

    [ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s

    Last Updated : 2024-07-11
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 17 - Kehidupan Baru (4)

    'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia

    Last Updated : 2024-07-12
  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 18 - Rencana Sendiri (1)

    'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.

    Last Updated : 2024-07-13

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 24 - Gerakan Awal (3)

    Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 23 - Gerakan Awal (2)

    Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 22 - Gerakan awal (1)

    Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 21 - Rencana Sendiri (4)

    Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 20 - Rencana Sendiri (3)

    Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 19 - Rencana Sendiri (2)

    "Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 18 - Rencana Sendiri (1)

    'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 17 - Kehidupan Baru (4)

    'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 16 - Kehidupan Baru (3)

    [ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status