"Senior sudah tahu, jadi jika tidak ingin hidup dalam kesalahan yang sama. Selain balas dendam, senior harus menyadarkan Luo Jian. Meski tubuh kembar, namun jiwa kalian terikat satu sama lain. Selama Luo Jian mati, bukankah senior juga mengalami beberapa keanehan?""Ya... Setelah aku membunuh Pangeran Iblis, aku merasa seperti hidup dalam kesendirian. Kesepian, meski ada Shi Shi disampingku. Kukira kesendirian, dan kesepian ini akibat hilangnya Yan Su.""Tugasku telah selesai, seharusnya senior sudah tahu apa yang akan dilakukan bukan?"Luo Xiang mengangguk, "hitam dan putih tidak bisa bercampur. Kejahatan serta kebenaran saling hidup berdampingan. Meski berhasil membunuh kejahatan, keseimbangan akan hancur. Dan kejahatan sendiri itu akan muncul dari seseorang yang berdiri di jalan kebenaran."Maha Guru kagum atas jawaban kiasan dari sosok yang sangat dihormati di alam Dewa. "Senior, aku undur diri... Jika ada kesulitan, dan pertanyaan lain. Senior bisa menemukanku di sekte Lonceng Su
"Tamu? Hahahaha! Meski kota Cahaya bukan kota besar seperti kota lain. Tapi kami memiliki banyak pendiri yang mampu menggetarkan seluruh kekuasaan Domain Pedang... Jadi, berikan kami kompensasi atas tindakan kalian yang menindas keturunan pendiri kami!" ucap Ge Xiao tak kalah sengit memberikan alasan yang cukup tepat. "Mengandalkan orang lain, apa seburuk ini generasi baru dari pendiri kalian?" tanya Luo Xiang santai. "Nak mungkin tadi kamu dapat membunuh dua pembunuh Bayaran itu dengan mudah... Tapi Ge Xiao adalah praktisi Dao Jiwa bintang empat yang memiliki banyak rahasia. Apalagi sembilan petinggi dibelakangnya, mereka tak kalah kuat dari Ge Xiao itu sendiri.""Seperti itukah? Sepertinya aku memang perlu merenggangkan otot ototku yang telah lama tertidur ini." ucap Luo Xiang menatap tajam Ge Xiao yang masih menunggu pemberian kompensasi. "Ka-kamu..."*Di sisi lain, ditempat Maha Guru berada. Long Shen segera tiba dengan raut wajah yang cukup khawatir. "Long Shen, ada hal apa?
"Meski aku praktisi Dao Jiwa bintang empat... Menghadapi sembilan Dao Jiwa bintang tiga juga bukan hal yang mudah. Melihatnya membunuh secepat ini, sepertinya aku salah lawan." gumam Ge Xiao juga sedikit gentar. "Kenapa hanya diam? Apa kini kau berpikir ingin bersujud dihadapanku, dan didepan senior Liang?" tanya Luo Xiang kemudian menatap Hu Liang dan Hu Qinshi. Menyatukan kedua rahangnya secara kuat. Ge Xiao kemudian berlutut di hadapan Luo Xiang. "Tu-tuan muda... Maafkan kami!"Bahkan tujuh petinggi didepan Ge Xiao ikut berlutut kearah Luo Xiang. Tindakan mereka ini tentu membuat Luo Xiang segera menarik tiga cincin ruang petinggi yang telah mati. "Aku akan memaafkan kalian. Tapi berikan cincin ruang kalian semua!" bentak Luo Xiang santai. Ge Xiao sebenarnya pintar, karena itu ia segera memberikan cincin ruang miliknya. Yang dilakukan Ge Xiao juga diikuti oleh ketujuh petinggi kota Cahaya. Setelah menerimanya, Luo Xiang mengangguk. "Ge Xiao, sekarang tinggal potong lengan kir
"Tuan muda, semua dapat kami lakukan. Selagi keluargaku aman dari ancaman kekacauan yang tengah terjadi."Luo Xiang terdiam, namun sekian detiknya ia menatap langit dengan helaan nafas yang cukup panjang."Kalian tidak perlu mengorbankan apapun. Sekarang katakan dengan jelas, apa masalah yang terkait dengan para siluman?""Para siluman ingin membangkitkan Dewi Su Hua. Didalam proses pembangkitan, mereka mencari ribuan darah para jenius di setiap klan yang dekat dengan gerbang dunia silumannya. Karena hal ini, klan kami telah kehilangan ratusan penerus." Hu Liang menceritakan inti dari permintaannya. "Su Hua?" nama ini begitu familiar di ingatannya dulu. "Ya, dengar dengar Dewi Su Hua adalah pemimpin ras siluman yang telah mati ribuan tahun lalu. Karena mereka tidak memiliki penerus darah siluman, para siluman mulai mencari cara untuk membangkitkan Dewi Su Hua." "Xiang bukankah Su Hua itu wanita siluman rubah ekor tujuh yang centil itu? Dia juga yang dulu ikut berpartisipasi dalam p
"Aargghh! Ta-tanganku!" teriak Hu Cao tersadar, bahwa pergelangan tulang tangan kanannya patah. "Mampus, dasar pemuda bodoh. Bahkan ayahku saja tidak mampu menyamai kekuatan Xiang, apalagi kamu yang masih berada di tahap Dao Ling?" tanya dalam hati Hu Qinshi. Berbeda dengan Qinshi, kini Luo Xiang yang melihat Hu Cao memiliki ketampanan yang tidak terbantahkan terpikirkan sebuah ide. "Ka-kau mau apa?!" bentak Hu Cao sedikit ketakutan melihat pemuda bertangan satu mulai berjalan kearahnya. "Aku beri dua pilihan kecil padamu."Tahu bahwa didepannya adalah Kultivator hebat bertangan satu, Hu Cao segera mengangguk. Karena tidak ada satupun cara keluar dari kamar itu tanpa terluka. "Satu aku akan mematahkan tulang tangan satumu, atau kamu harus mau ikut denganku memancing para siluman keluar dari kandang!" ucap Luo Xiang menyeringai dingin. "I-ini..." Hu Cao berkeringat dingin, dari dua pilihan yang diberikan pemuda didepannya. Tidak ada satupun yang akan bernasib baik baginya. "A-ap
Disisi lain, tepatnya dimana Hu Liang, dan Hu Qinshi bersembunyi. Keduanya kini hanya bisa tertegun setelah portal misterius itu lenyap dari hadapan mereka. "Sa-sangat cepat, bagaimana ini ayah?" Hu Qinshi bertanya sembari menunjukan wajah khawatirnya. Hu Liang menghela napas sejenak, setelah itu ia menatap Hu Qinshi dengan serius."Qiner, hanya ada satu cara, namun ayah tidak tahu apa klan Yan, dan klan Song setuju akan rencana ayah.""Maksud ayah?" balas Hu Qinshi cepat. "Membuka paksa altar teleportasi penghubung dunia siluman...""Ba-bagaimana jika kita bertindak sekarang?"Menggelengkan kepalanya, Hu Liang hanya bisa menatap langit malam dengan harapan penuh kekecewaan. "Tidak semudah itu, meski kita tidak tahu bagaimana para siluman bisa keluar dari dunia kecil. Nyatanya jika kita membuka paksa, maka peperangan nyata akan terjadi. Dan hal ini tentu akan merugikan ketiga klan, bahkan seluruh Kultivator yang ada di Domain Pedang.""Lalu?""Tidak ada jalan lain, kita hanya bisa
Menaikan alisnya, kini Luo Xiang tersenyum tipis melihat kemunculan Panatua Agung. "Bisa bisanya kamu tersenyum setelah tahu akan menjadi tumbal?" Yin Qiyi menyipitkan matanya karena heran. "Rubah tua... Apa kamu masih mengenal panggilan ini?" Luo Xiang bertanya sembari menaikan salah satu alisnya. "Siapa kamu...," suara Yin Qiyi berubah menjadi dingin. Mungkin Yin Qiyi akan membunuh siapapun yang berani menyebutnya rubah tua. Namun sebutan ini bisa digunakan oleh beberapa orang terkuat di seluruh alam. Yin He, Yin Ling, dan Yin Saosi yang tidak ingin membuat Panatua Agung berselisih dengan Dewa Pedang segera menjelaskan melalui telepati. Sontak mata Yin Qiyi terbelalak. Bagaimanapun, kematian Dewa Pedang telah tersebar. "Kau jangan mempermainkan cucu cucuku dengan menyamar menjadi Dewa Pedang... Apalagi Dewa Pedang pernah adalah Dewa yang sangat agung dimata kami. Apa kamu tahu konsekuensinya apabila kamu hanya memanfaatkan nama Dewa Pedang?!" tanya Yin Qiyi dengan aura menekan
Yin Qiyi tersenyum tipis, entah apa yang membuat keberaniannya muncul kali ini. Yang pasti, selama berjalan bersama Dewa Pedang, bahkan jika kini mereka berani menyerang, maka dia tidak akan diam saja. "Yin Daihe, apa aku tidak memperbolehkan membawa rekanku?" Yin Qiyi tanpa takut telah memasuki aula pertemuan bersama Luo Xiang, serta Yin Ling. "Dia hanya pemuda cacat, apa yang kau banggakan nenek tua sialan?!" maki Yin Lang yang duduk di kursi kehormatannya mulai terganggu. Luo Xiang hanya diam, tanpa persetujuan empat panatua, kini ia duduk di kursi kosong yang merupakan milik Yin Qiyi. "Senior apa aku boleh duduk disini?" tanya santai Luo Xiang. "Hahaha! Bahkan jika kamu duduk di kursi utama, seharusnya mereka juga tidak bisa melarangmu!" balas Yin Qiyi memilih duduk di kursi lain. Empat mata panatua klan siluman menyipit, sejak awal, mereka tidak dapat merasakan aura, bahkan Kesadaran Jiwa biasa, maupun Dewa yang merembes dari dalam tubuh pemuda bertangan satu. "Cukup! Yin