“Apa kau meremehkanku, Albert?” tanya Ana seraya menatap tajam.Albert tersenyum. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Ana. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Andy memerahiku karena kau terluka.”Ana memutar bola mata. “Aku bertaruh kau akan langsung kalah ketika berhadapan dengan si Dewa Kematian.”Albert tertawa. “Kau meremehkanku, Ana.”“Aku hanya mengkhawatirkanmu, Albert. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Arnold memarahiku karena kau terluka.”Albert mendengkus kesal. “Kau menjadi menyebalkan.”Ana tersenyum. “Terima kasih atas pujiannya.”Para polisi datang dan langsung membubarkan perkelahian. Para berandal berlarian, melewati mobil dan motor di jalan. Beberapa berandal berhasil tertangkap, sisanya berhasil melarikan diri dengan melompat ke bawah jembatan. Albert dan Ana sampai di pusat kota. “Lovatown akan mengadakan pameran barang antik malam ini. Apakah kita akan datang?” tanya Ana seraya mengamati deretan toko dan kedai. “Apa menarikny
Sebuah mobil mewah tiba di depan gedung. Agnes keluar dari mobil, mengembus napas panjang. Ia mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin selama seharian untuk malam ini. “Aku benar-benar tegang karena akan bertemu dengan Daddy malam ini. Aku harap semuanya berjalan dengan baik,” gumam Agnes. “Agnes, apa yang terjadi?” tanya Addison, “kau tampak tegang.” “Aku baik-baik saja, Ayah.” Agnes mengecek penampilannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia ingin tampil sempurna di hadapan Althon. Agnes dan Addison memasuki ruangan. Para pelayan seketika membungkuk hormat. Agnes menjadi pusat perhatian semua orang. Para pria memuji kecantikannya, sedang para wanita tampak kesal dan iri.Agnes mengamati sekeliling, tersenyum. “Di mana Daddy? Aku tidak melihatnya di mana pun. Apa mungkin dia belum datang?”Agnes dan Addison menyapa beberapa rekan kerja mereka. “Hei, bukankah itu Agnes dan ayahnya?” ujar Ronald seraya menunjuk kerumunan di tengah ruangan. “Kita bisa bertanya pada Agnes mengenai A
“Ana kembalilah ke dalam mobil sekarang. Kau berada dalam bahaya sekarang,” perintah Albert seraya mengamati sosok di depannya.“Aku datang ke Lovatown untuk bertemu dengan si Dewa Kematian. Aku tidak akan bersembunyi ketika aku bertemu dengannya sekarang,” ujar Ana. “Aku sudah memperingatkanmu, Ana. Aku tidak akan bertanggung jawab ketika kau terluka atau pingsan.”Ana menginjak kaki Albert, tersenyum kecut. “Berhenti berbicara, Albert. Kau membuatku semakin jengkel!”Para pengawal segera melindungi Albert dan Ana, mengarahkan pistol pada sosok tiruan Si Dewa Kematian. Situasi tampak hening dan tegang. Sosok tiruan Dewa Kematian seketika berlari menuju semak-semak. Sebagian pengawal segera bergerak sangat cepat mengejar sosok itu. Albert dan Ana masih berada di lokasi bersama para pengawal lain. “Sial, dia tidak sehebat yang aku pikirkan.” Albert mendengkus kesal. “Dia tampaknya takut menghadapi para pengawalku.”“Apakah dia benar-benar lari atau sekadar mengecoh kita dan pasukan
Althon bangun dalam keadaan segar bugar. Ia tertawa ketika melihat sebuah boneka kelinci besar dan boneka-boneka kecil di atas meja. “Boneka itu sangat cocok sebagai hadiah untuk Kevin. Dia pasti akan menyukainya.”Althon berolahraga bersama Ali dan para pengawal selama satu jam. Ia bergegas membersihkan diri, berganti pakaian. “Kevin pasti masih tertidur sekarang.”Ali menghampiri Althon, membungkuk. “Tuan Albert dan Nona Ana berada di Lasotown hari ini, Tuan Muda. Mereka mengejar sosok Dewa Kematian semalaman.”Althon menonton sebuah video di ponsel. “Mereka tampak sangat menikmati pencarian itu. Aku harus mengakui jika mereka memiliki refleks yang sangat luar biasa.”“Bagaimana dengan rencana Kevin dan teman-temannya, Ali?”“Mereka ingin mengajak Anda ke luar kota, lalu meninggalkan Anda bersama para berandal, Tuan Muda. Aku sudah mengirim beberapa pengawal ke lokasi liburan.”Althon tertawa. “Mereka selalu bersemangat setiap kali menjahiliku. Akan tetapi, hasilnya akan tetap sama.
“Agnes, apa yang kau lakukan?” tanya Addison seraya mengamati Althon. “Aku harus bertanya pada pria menyebalkan itu. Dia sudah mengganggumu, dan aku tidak ingin dia memberi pengaruh buruk untukmu.”Agnes mengembus napas panjang, memejamkan mata sesaat. Ia tidak ingin ayahnya membuat Althon tersinggung sehingga keluarganya mendapatkan masalah besar. “Daddy tidak mengizinkanku untuk memberi tahu siapa pun identitasnya, termasuk pada ayahku.”“Apa kau membungkuk pada Althon, Agnes?”“Tentu saja tidak, Ayah. Kenapa aku harus membungkuk pada Althon? Dia bukanlah siapa-siapa di dunia ini.”“Lalu, kenapa kau menghalangiku untuk berbicara dengan Althon?”“Ayah, aku mohon jangan membuat masalah di tempat ini. Kau tentu tahu bahwa Tuan Sean mengirim bawahannya untuk mengawasiku, termasuk mengawasimu dan anggota keluarga kita yang lain. Aku tidak ingin keluarga kita mendapatkan masalah.”“Aku hanya ingin menegur Althon.”“Althon tidak melakukan apa pun, Ayah. Akulah yang pertama kali menyapanya.
Anthony berdiri dari sofa, mengepalkan tangan erat-erat, menatap tajam. “Alan, perintahkan Sean Ruild dan semua penanggung jawab pulau di Emerald Place untuk berkumpul di rumahku malam ini. Pastikan keamanan mereka selama mereka datang, selama mereka berada di rumahku, dan selama kepulangan mereka. Aku tidak ingin ketiga putraku tahu mengenai pertemuan ini.”“Aku mengerti, Master.” Althon membungkuk. “Satu hal lagi, singkirkan dan hancurkan semua penyusup di Emerald Place dan pasukanku sekarang juga! Jangan memberi belas kasihan pada mereka, kecuali mereka yang ingin membocorkan informasi padaku. Lakukan sekarang!”Alan keluar dari ruangan, segera menghubungi Sean Ruild dan yang lain. Ia mengumpul para bawahannya di ruangan utama, memberi mereka arahan dan tugas.Anthony mengamati foto Arthur. “Kau tenang saja, Arthur. Aku tidak akan membiarkan saudara-saudaramu menyentuh Althon seujung jari pun.”Para pengawal bergegas memasuki rumah, berbaris di ruangan utama.Anthony mengamati Ala
“Aku tidak bisa memberikan cincinku karena cincin ini adalah pemberian orang tuaku. Kau tentu bisa melihat jika cincin ini adalah cincin biasa. Aku tidak mungkin menyelipkan alat rahasia di cincin ini,” terang Althon. “Jika cincin itu adalah cincin biasa, kau tidak akan keberatan aku memeriksanya, Althon. Aku akan memberikan cincin itu padamu setelah aku memeriksanya,” ujar pria bernama Sam.“Sayangnya, aku tidak mengizinkanmu memeriksa cincinku karena cincin ini adalah satu-satunya benda pemberian orang tuaku.”“Aku bisa melaporkanmu pada Tuan Kevin jika kau memiliki benda mencurigakan.”“Kau dan beberapa pengawal lain memakai cincin di jari kalian, tapi aku tidak pernah mencurigai kalian. Kenapa kau memperlakukanku berbeda?”“Aku tidak menganggapmu sebagai bagian dari para pengawal, Althon.”“Jadi, aku tidak perlu menganggapmu sebagai seniorku dan mematuhi perintahmu, bukan?” Althon tersenyum.Sam tersenyum kecut, berdecak pelan. Ia sudah mencurigai Althon sejak melihat kemampuanny
“Aku kesulitan membongkar identitas mereka. Mereka memiliki tim IT yang sangat hebat dan alat-alat canggih. Mereka adalah orang-orang terlatih yang kemungkinan besar adalah pasukan keluarga kelas atas.”“Apa aku masih bisa mengandalkanmu untuk menghabisi mereka, Ryan?” tanya pria itu. “Kau bisa mengandalkanku, Bos. Aku tidak akan membiarkan orang-orang itu menyentuhmu.” Pria gondrong itu mengepalkan tangan erat-erat. “Jangan mengecewakanku.” Ryan membungkuk, meninggalkan ruangan, berjalan di lorong. Ia mendengkus kesal ketika melihat dan merasakan lukanya. “Aku akan menghabisi orang-orang itu. Aku beruntung karena aku berhasil selamat setelah melompat dari tebing.”Ryan menuruni tangga, berdecak ketika melihat para bawahannya berkerumun di lantai bawah. “Mereka tetap bertahan bersamaku sampai akhir. Aku harus sedikit memberi para berandal itu waktu untuk beristirahat.”“Di mana Ronny?” tanya Ryan ketika sampai di lantai bawah. Suasana seketika menjadi hening. Semua perhatian tert
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad