“Kau pasti bergurau, Kevin. Kau adalah sahabat dekat Alvin. Kau seharusnya lebih tahu di mana keberadaan Alvin sekarang dibandingkan aku.” Althon tertawa. “Dasar brengsek! Kau sudah menghina Alvin!” ketus Kevin. Kevin, Randy, Ronald, dan Max tidak tahu di mana Alvin hingga saat ini. Mereka sudah mengirimkan ratusan pesan hingga menghubungi puluhan kali, tetapi mereka tidak mendapatkan respons apa pun. Setiap kali mengunjungi rumah Alvin, James dan anggota keluarga Julian akan mengusir mereka. “Ayolah, Kevin. Kau, Alvin, dan kalian semua selalu merundungku sejak sekolah. Kalian bahkan tidak segan menghinaku dan menjahiliku tanpa rasa bersalah sedikit pun.” Althon mengamati makanan di meja. “Kenapa kau mengatakan Alvin sedang membersihkan toilet sekarang, Althon?” tanya Randy dengan tatapan tajam. “Aku menduga-duga saja. Aku mendengar Tuan Sean mencabut hukuman untuk Keluarga Julian. Aku yakin Tuan Sean memberikan syarat-syarat yang sulit pada keluarga Julian, terutama pada Alvin d
“Kami tidak memiliki pengawal. Kau pasti salah, Tuan,” ujar Kevin. Seorang penjaga menunjukkan foto Althon. “Pria ini mengaku sebagai pengawal kalian. Dia memecahkan dua buah vas mahal ketika hendak keluar dari restoran. Dia mengatakan bosnya akan membayar ganti rugi.”“Dasar brengsek! Althon mengerjai kita!” pekik Kevin seraya mengepalkan tangan erat-erat. “Di mana dia sekarang?”“Pria itu keluar dari restoran beberapa menit lalu.”Para pengunjung restoran mengamati Kevin, Randy, Ronald, dan Max. Mereka berbisik-bisik dan tertawa. “Brengsek! Mereka menertawakan kita! Althon pasti sengaja melakukannya. Dia tahu kalau kita akan mengerjainya.” Kevin mendengkus kesal, menunduk malu. “Kau seharusnya menangkap pria itu. Dialah yang seharusnya membayar ganti rugi, bukan kami,” ucap Randy dengan tatapan kesal. Kevin menghubungi Althon. “Dasar brengsek! Althon tidak menjawab panggilanku.”“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Max. “Kalian tentu harus mengganti rugi dan membayar d
Pintu mobil seketika terbuka ketika Althon terdorong. “Kau harus bergabung dengan para berandal itu, Althon.” Kevin tertawa terbahak-bahak. “Bukankah kau merupakan bagian dari mereka?”Althon nyaris terjatuh jika tidak berpegangan pada pintu. Ia terombang-ambing sesaat, bergegas menaiki atap mobil. Ia mengamati para berandal yang terus mengejar.“Kevin, Randy, Ronald, dan Max berniat menurunkanku dari mobil agar para berandal menyerangku. Mereka sangat licik.” Althon mengawasi sekeliling, berpegangan ketika mobil melaju semakin cepat. Max membuka kaca mobil, mendongak ke atap. “Brengsek! Apa yang kau lakukan di sana, Althon? Kau seharusnya terjatuh dan bergabung bersama para berandal!”“Althon brehasil selamat. Dia tengah duduk di atap mobil,” ujar Randy.“Sial! Kenapa dia selalu saja beruntung?” ketus Kevin seraya memacu mobil lebih cepat. Ia berbelok beberapa kali agar Althon terjatuh. Althon berpegangan, tersenyum. “Hal ini belum sebanding dengan latihan fisikku. Kalian bisa men
Kevin masih terkejut dengan peristiwa barusan. Pria itu mematung tanpa berkedip selama beberapa waktu. Mulutnya terbuka, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun. “Kevin, kau baik-baik saja?” tanya Ronald seraya mengguncang tubuh Kevin.Althon memacu mobil lebih cepat, menahan tawa ketika melihat ekspresi Kevin. Kevin menggeleng beberapa kali, memijat kepala yang pening. “Apa yang terjadi?”“Kita berhasil selamat, Kevin. Kita sedang melaju menuju pusat kota sekarang,” ujar Ronald seraya menoleh pada Althon. “Brengsek! Semua ini salahmu, Althon!” pekik Kevin.Althon tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kalian benar-benar konyol tadi, terutama kau, Kevin. Kalian sangat pucat seperti mayat.”Kevin, Randy, Ronald, dan Max saling bertatapan. “Dasar bajingan! Berhenti tertawa, Althon! Kau harus bertanggung jawab atas semua masalah ini!” Kevin mengamati kakinya yang masih bergetar. Ia bersandar di kursi, mengembus napas panjang.Randy, Ronald, dan Max mulai tenang ketika melihat gedung-ged
Kevin terbangun ketika mendengar suara telepon. Pria itu memijat kepala, menguap berkali-kali. “Dasar brengsek! Berisik sekali.”Kevin menerima panggilan tanpa melihat si penelepon. “Apa yang kau inginkan?”“Kevin, kenapa kau memerintahkan Althon pergi ke luar kota?” tanya Randy.“Apa?” Kevin seketika tersadar, membuka mata lebar-lebar. Ia melompat dari ranjang, mengamati penampilannya di cermin. “Aku memerintahkan Althon pergi ke luar kota?”Randy berjalan menuju kamar Kevin. “Aku bertemu dengan Althon di lobi hotel. Althon mengatakan kau memintanya untuk mencari sebuah barang di luar kota, dan dia tidak boleh kembali sampai dia mendapatkan barang itu.”“Aku tidak memerintahkan apa pun pada Althon. Dia pasti berbohong.”“Althon menunjukkan bukti rekaman video saat kau mengatakannya. Dia menaiki mobil menuju luar kota untuk memenuhi perintahmu. Dia mengatakan akan pulang besok.”Kevin menampar pipinya beberapa kali. “Aku tidak mengatakan apa pun.”“Brengsek!” Kevin bergegas membasuh w
Althon pergi ke Summercity bersama Ali dan para pengawal. Ia berjalan-jalan selama beberapa waktu. Althon terus mengabaikan pesan dan panggilan dari Kevin. Ia tertawa ketika membayangkan bagaimana jengkelnya pria itu. Althon tengah berenang di sebuah kolam renang, menikmati hari liburnya. Ia berlomba bersama para pengawal. Sayangnya, ia harus puas di posisi terakhir. “Aku harus berlatih sangat keras untuk bisa sebanding dengan para pengawal.”Althon duduk di sisi kolam. “Aku mendengar pelatihan mereka sangat keras. Mereka berlatih sejak kanak-kanak hingga hari ini. Kakek memberikan kesempatan pada anak-anak itu untuk menjalani hidup yang lebih baik.”Althon meneguk minuman, mengamati para pengawal yang keluar dari kolam renang. “Aku memiliki sedikit kesempatan ketika aku kecil dahulu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat saat mengingat kehidupan masa lalunya yang sangat berat. “Aku penasaran apa yang terjadi padaku jika pria yang akan mengadopsiku tidak tertangkap oleh polisi.” “Aku
“Apa kau meremehkanku, Albert?” tanya Ana seraya menatap tajam.Albert tersenyum. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Ana. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Andy memerahiku karena kau terluka.”Ana memutar bola mata. “Aku bertaruh kau akan langsung kalah ketika berhadapan dengan si Dewa Kematian.”Albert tertawa. “Kau meremehkanku, Ana.”“Aku hanya mengkhawatirkanmu, Albert. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Arnold memarahiku karena kau terluka.”Albert mendengkus kesal. “Kau menjadi menyebalkan.”Ana tersenyum. “Terima kasih atas pujiannya.”Para polisi datang dan langsung membubarkan perkelahian. Para berandal berlarian, melewati mobil dan motor di jalan. Beberapa berandal berhasil tertangkap, sisanya berhasil melarikan diri dengan melompat ke bawah jembatan. Albert dan Ana sampai di pusat kota. “Lovatown akan mengadakan pameran barang antik malam ini. Apakah kita akan datang?” tanya Ana seraya mengamati deretan toko dan kedai. “Apa menarikny
Sebuah mobil mewah tiba di depan gedung. Agnes keluar dari mobil, mengembus napas panjang. Ia mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin selama seharian untuk malam ini. “Aku benar-benar tegang karena akan bertemu dengan Daddy malam ini. Aku harap semuanya berjalan dengan baik,” gumam Agnes. “Agnes, apa yang terjadi?” tanya Addison, “kau tampak tegang.” “Aku baik-baik saja, Ayah.” Agnes mengecek penampilannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia ingin tampil sempurna di hadapan Althon. Agnes dan Addison memasuki ruangan. Para pelayan seketika membungkuk hormat. Agnes menjadi pusat perhatian semua orang. Para pria memuji kecantikannya, sedang para wanita tampak kesal dan iri.Agnes mengamati sekeliling, tersenyum. “Di mana Daddy? Aku tidak melihatnya di mana pun. Apa mungkin dia belum datang?”Agnes dan Addison menyapa beberapa rekan kerja mereka. “Hei, bukankah itu Agnes dan ayahnya?” ujar Ronald seraya menunjuk kerumunan di tengah ruangan. “Kita bisa bertanya pada Agnes mengenai A
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad