Pintu mobil seketika terbuka ketika Althon terdorong. “Kau harus bergabung dengan para berandal itu, Althon.” Kevin tertawa terbahak-bahak. “Bukankah kau merupakan bagian dari mereka?”Althon nyaris terjatuh jika tidak berpegangan pada pintu. Ia terombang-ambing sesaat, bergegas menaiki atap mobil. Ia mengamati para berandal yang terus mengejar.“Kevin, Randy, Ronald, dan Max berniat menurunkanku dari mobil agar para berandal menyerangku. Mereka sangat licik.” Althon mengawasi sekeliling, berpegangan ketika mobil melaju semakin cepat. Max membuka kaca mobil, mendongak ke atap. “Brengsek! Apa yang kau lakukan di sana, Althon? Kau seharusnya terjatuh dan bergabung bersama para berandal!”“Althon brehasil selamat. Dia tengah duduk di atap mobil,” ujar Randy.“Sial! Kenapa dia selalu saja beruntung?” ketus Kevin seraya memacu mobil lebih cepat. Ia berbelok beberapa kali agar Althon terjatuh. Althon berpegangan, tersenyum. “Hal ini belum sebanding dengan latihan fisikku. Kalian bisa men
Kevin masih terkejut dengan peristiwa barusan. Pria itu mematung tanpa berkedip selama beberapa waktu. Mulutnya terbuka, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun. “Kevin, kau baik-baik saja?” tanya Ronald seraya mengguncang tubuh Kevin.Althon memacu mobil lebih cepat, menahan tawa ketika melihat ekspresi Kevin. Kevin menggeleng beberapa kali, memijat kepala yang pening. “Apa yang terjadi?”“Kita berhasil selamat, Kevin. Kita sedang melaju menuju pusat kota sekarang,” ujar Ronald seraya menoleh pada Althon. “Brengsek! Semua ini salahmu, Althon!” pekik Kevin.Althon tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kalian benar-benar konyol tadi, terutama kau, Kevin. Kalian sangat pucat seperti mayat.”Kevin, Randy, Ronald, dan Max saling bertatapan. “Dasar bajingan! Berhenti tertawa, Althon! Kau harus bertanggung jawab atas semua masalah ini!” Kevin mengamati kakinya yang masih bergetar. Ia bersandar di kursi, mengembus napas panjang.Randy, Ronald, dan Max mulai tenang ketika melihat gedung-ged
Kevin terbangun ketika mendengar suara telepon. Pria itu memijat kepala, menguap berkali-kali. “Dasar brengsek! Berisik sekali.”Kevin menerima panggilan tanpa melihat si penelepon. “Apa yang kau inginkan?”“Kevin, kenapa kau memerintahkan Althon pergi ke luar kota?” tanya Randy.“Apa?” Kevin seketika tersadar, membuka mata lebar-lebar. Ia melompat dari ranjang, mengamati penampilannya di cermin. “Aku memerintahkan Althon pergi ke luar kota?”Randy berjalan menuju kamar Kevin. “Aku bertemu dengan Althon di lobi hotel. Althon mengatakan kau memintanya untuk mencari sebuah barang di luar kota, dan dia tidak boleh kembali sampai dia mendapatkan barang itu.”“Aku tidak memerintahkan apa pun pada Althon. Dia pasti berbohong.”“Althon menunjukkan bukti rekaman video saat kau mengatakannya. Dia menaiki mobil menuju luar kota untuk memenuhi perintahmu. Dia mengatakan akan pulang besok.”Kevin menampar pipinya beberapa kali. “Aku tidak mengatakan apa pun.”“Brengsek!” Kevin bergegas membasuh w
Althon pergi ke Summercity bersama Ali dan para pengawal. Ia berjalan-jalan selama beberapa waktu. Althon terus mengabaikan pesan dan panggilan dari Kevin. Ia tertawa ketika membayangkan bagaimana jengkelnya pria itu. Althon tengah berenang di sebuah kolam renang, menikmati hari liburnya. Ia berlomba bersama para pengawal. Sayangnya, ia harus puas di posisi terakhir. “Aku harus berlatih sangat keras untuk bisa sebanding dengan para pengawal.”Althon duduk di sisi kolam. “Aku mendengar pelatihan mereka sangat keras. Mereka berlatih sejak kanak-kanak hingga hari ini. Kakek memberikan kesempatan pada anak-anak itu untuk menjalani hidup yang lebih baik.”Althon meneguk minuman, mengamati para pengawal yang keluar dari kolam renang. “Aku memiliki sedikit kesempatan ketika aku kecil dahulu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat saat mengingat kehidupan masa lalunya yang sangat berat. “Aku penasaran apa yang terjadi padaku jika pria yang akan mengadopsiku tidak tertangkap oleh polisi.” “Aku
“Apa kau meremehkanku, Albert?” tanya Ana seraya menatap tajam.Albert tersenyum. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Ana. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Andy memerahiku karena kau terluka.”Ana memutar bola mata. “Aku bertaruh kau akan langsung kalah ketika berhadapan dengan si Dewa Kematian.”Albert tertawa. “Kau meremehkanku, Ana.”“Aku hanya mengkhawatirkanmu, Albert. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak ingin Paman Arnold memarahiku karena kau terluka.”Albert mendengkus kesal. “Kau menjadi menyebalkan.”Ana tersenyum. “Terima kasih atas pujiannya.”Para polisi datang dan langsung membubarkan perkelahian. Para berandal berlarian, melewati mobil dan motor di jalan. Beberapa berandal berhasil tertangkap, sisanya berhasil melarikan diri dengan melompat ke bawah jembatan. Albert dan Ana sampai di pusat kota. “Lovatown akan mengadakan pameran barang antik malam ini. Apakah kita akan datang?” tanya Ana seraya mengamati deretan toko dan kedai. “Apa menarikny
Sebuah mobil mewah tiba di depan gedung. Agnes keluar dari mobil, mengembus napas panjang. Ia mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin selama seharian untuk malam ini. “Aku benar-benar tegang karena akan bertemu dengan Daddy malam ini. Aku harap semuanya berjalan dengan baik,” gumam Agnes. “Agnes, apa yang terjadi?” tanya Addison, “kau tampak tegang.” “Aku baik-baik saja, Ayah.” Agnes mengecek penampilannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia ingin tampil sempurna di hadapan Althon. Agnes dan Addison memasuki ruangan. Para pelayan seketika membungkuk hormat. Agnes menjadi pusat perhatian semua orang. Para pria memuji kecantikannya, sedang para wanita tampak kesal dan iri.Agnes mengamati sekeliling, tersenyum. “Di mana Daddy? Aku tidak melihatnya di mana pun. Apa mungkin dia belum datang?”Agnes dan Addison menyapa beberapa rekan kerja mereka. “Hei, bukankah itu Agnes dan ayahnya?” ujar Ronald seraya menunjuk kerumunan di tengah ruangan. “Kita bisa bertanya pada Agnes mengenai A
“Ana kembalilah ke dalam mobil sekarang. Kau berada dalam bahaya sekarang,” perintah Albert seraya mengamati sosok di depannya.“Aku datang ke Lovatown untuk bertemu dengan si Dewa Kematian. Aku tidak akan bersembunyi ketika aku bertemu dengannya sekarang,” ujar Ana. “Aku sudah memperingatkanmu, Ana. Aku tidak akan bertanggung jawab ketika kau terluka atau pingsan.”Ana menginjak kaki Albert, tersenyum kecut. “Berhenti berbicara, Albert. Kau membuatku semakin jengkel!”Para pengawal segera melindungi Albert dan Ana, mengarahkan pistol pada sosok tiruan Si Dewa Kematian. Situasi tampak hening dan tegang. Sosok tiruan Dewa Kematian seketika berlari menuju semak-semak. Sebagian pengawal segera bergerak sangat cepat mengejar sosok itu. Albert dan Ana masih berada di lokasi bersama para pengawal lain. “Sial, dia tidak sehebat yang aku pikirkan.” Albert mendengkus kesal. “Dia tampaknya takut menghadapi para pengawalku.”“Apakah dia benar-benar lari atau sekadar mengecoh kita dan pasukan
Althon bangun dalam keadaan segar bugar. Ia tertawa ketika melihat sebuah boneka kelinci besar dan boneka-boneka kecil di atas meja. “Boneka itu sangat cocok sebagai hadiah untuk Kevin. Dia pasti akan menyukainya.”Althon berolahraga bersama Ali dan para pengawal selama satu jam. Ia bergegas membersihkan diri, berganti pakaian. “Kevin pasti masih tertidur sekarang.”Ali menghampiri Althon, membungkuk. “Tuan Albert dan Nona Ana berada di Lasotown hari ini, Tuan Muda. Mereka mengejar sosok Dewa Kematian semalaman.”Althon menonton sebuah video di ponsel. “Mereka tampak sangat menikmati pencarian itu. Aku harus mengakui jika mereka memiliki refleks yang sangat luar biasa.”“Bagaimana dengan rencana Kevin dan teman-temannya, Ali?”“Mereka ingin mengajak Anda ke luar kota, lalu meninggalkan Anda bersama para berandal, Tuan Muda. Aku sudah mengirim beberapa pengawal ke lokasi liburan.”Althon tertawa. “Mereka selalu bersemangat setiap kali menjahiliku. Akan tetapi, hasilnya akan tetap sama.
“Paman Aaron dan Paman Andy kemungkinan besar akan mengkhianati Ayah. Mereka bisa bekerja sama agar Ayah gagal menjadi ahli waris selanjutnya, atau mungkin mereka akan bekerja sendiri-sendiri. Seperti yang kita tahu, harta kekayaan mendiang Paman Arthur masih berada di bawah kekuasaan kakek sekarang. Jumlahnya sangat fantastis,” jelas Alex.Albert menatap Alex saksama. “Apakah kita harus benar-benar melawan mereka, keluarga kita sendiri?”Alex mengembus napas panjang. “Aku tahu ini hal yang sangat sulit, tetapi kita harus melakukannya jika hal itu adalah satu-satunya cara agar keluarga kita tetap aman.”Albert tiba-tiba tertawa canggung. “Aku sering memukul para berandal atau orang-orang yang membuatku kesal, tetapi aku selalu menahan diri pada saudaraku maupun keluargaku yang lain.”Albert menatap layar. Kerusuhan di Paulcity tidak lagi menarik perhatiannya sekarang. “Jika ayah bisa menyingkirkan mendiang Paman Arthur, dia bisa melakukan hal serupa pada Paman Aaron dan Paman Andy. Ap
Zack mengangguk. “Alan dan pasukannya berhasil menemukan Tuan muda di Asthonia beberapa bulan lalu. Dia tinggal di panti asuhan dan menjalani kehidupan yang sangat sulit.” “Alan.” Raka tersenyum. “Dia bocah dingin yang sangat keras kepala.” Raka tiba-tiba terdiam, memejamkan mata. Ia mengingat waktu kebersamaan dengan Arthur, Adele, dan bayi laki-laki kecil yang sering ia lihat dari kejauhan. Ia tidak bisa memungkiri jika dirinya sangat bahagia mendengarkan kabar ini. “Apakah Master Anthony sudah tahu kebenaran Master Arthur?” tanya Raka. “Master Anthony sudah tahu kebenaran soal fitnah itu. Dia sangat menyesal atas tindakannya dan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. Dia mengirimkan banyak pasukan untuk mencari orang-orang kepercayaan Master Arthur.” Reno terdiam di belakang Raka, mendengarkan saksama. “Pertemuan keluarga akan diadakan dalam waktu dua bulan lagi. Tuan Muda harus menyiapkan bany
Linx, Lex, dan Lung saling menatap tajam. Pasukan mereka bergegas siaga, bersiap untuk bertarung. Suasana mendadak hening dan menegangkan. “Apa yang kalian lakukan di tempat ini, Brengsek?” maki Linx seraya meludah, mengelus pistolnya. “Akulah yang seharusnya bertanya pada kalian berdua.” Lex tersenyum bengis, membersihkan kacamatanya dengan baju sesaat. “Menyingkirlah sebelum aku menghajar kalian hingga mati!”Lung mendadak tertawa. “Berhentilah membual dan segera menyingkir dari hadapanku sekarang juga! Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni kalian sekarang.”Linx terdiam saat mendapatkan informasi dari bawahannya yang berada di gedung. “Ronny dan bawahannya memang sempat berada di gedung ini, tetapi mereka sepertinya sudah meninggalkan gedung sebelum kedatanganku.”Linx menatap Lung dan Lex saat bawahannya memberikan informasi lain. “Terdapat jejak darah dan serpihan kaca di lantai. Mereka tampaknya bertarung dengan kelompok lain.”Linx mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, siapa
“Sial" geram Ryan saat mengingat pembicaraannya dengan sosok bertopeng di gedung tadi. “Dia sudah menghinaku! Aku tidak mampu membalas ucapannya saat dia mengancam akan mencelakai Bos Raka dan Bos Reno,” gumamnya. Ronny melirik Ryan, mengamati jalan raya. “Ayah tampaknya sangat kesal. Dia muncul tak lama setelah pria bertopeng itu menyerangku dan yang lain. Aku tidak berani bertanya sekarang. Para bawahan ayah juga tidak mengatakan apa pun. Situasinya tidak tepat sekarang.”Ronny tiba-tiba tercenung saat melihat puluhan motor dan mobil di seberang jalan. “Bendera-bendera itu? Mereka adalah kelompok berandal dari Locatown.”Ronny mendapatkan informasi dari Gon. “Gon juga melihat kelompok berandal lain di Paulcity. Sial, mereka tampaknya tahu keberadaanku dan yang lain.”Ronny menoleh pada Ryan. “Ayah, para berandal dari kota lain tampaknya mendatangi Paulcity untuk mencari kita. Kelompok pembantai itu memerintahkan mereka semua untuk menyerang kita bersamaan. Jika kita tidak pergi sec
“Siapa kau, brengsek!” bentak Gon seraya menarik pistol dari saku celana. Para bawahannya segera mengerumuni sosok asing itu. Ronny sontak terdiam, mengamati sosok asing itu lekat-lekat. Ia sontak terkejut ketika menyadari tatapan pria itu. “Dia muncul,” gumamnya. Para bawahan Gon seketika meluncurkan tembakan, bergegas maju. Sosok bertopeng itu bergerak lincah, menghindari semua tembakan dengan sempurna. Tatapannya tertuju pada Ronny yang berdiri di belakang Gon. “Sial!” Gon mendengkus kesal, melayangkan tembakan seraya mengikuti pergerakan sosok bertopeng itu. “Dia bergerak cepat menghindari tembakanku dan para bawahanku!”Gon melirik Ronny sekilas. “Kenapa kau hanya diam saja, brengsek? Kenapa kau berubah menjadi pengecut?!”“Aku mengenal orang itu. Dia adalah orang yang mengancamku tempo hari saat tersadar di sebuah mobil,” ujar Ronny. “Apa kau ketakutan melihatnya sekarang?” Gon berdecak saat sosok bertopeng itu menghajar para bawahannya dengan mudah. “Kau terluka saat itu da
“Kita diserang! Kita diserang!” teriak seorang berandal saat melihat beberapa orang tergeletak tidak sadarkan diri dan berjatuhan dari mobil dan motor. Enam orang anggota pasukan menghajar para berandal dari enam arah berbeda. Mereka bergerak sangat cepat, melayangkan pukulan dan tendangan tanpa ampun. Para berandal terjatuh bahkan sebelum mereka menyadari siapa yang menyerang mereka. “Dasar brengsek! Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang sudah menyerangku?” Pemimpin pasukan tampak kebingungan, mengamati keadaan sekeliling. “Serang mereka! Serang sekarang!”Para berandal seketika menyerang para pengawal. Sayangnya, sebelum mereka berhasil mendaratkan serangan, mereka sudah tumbang lebih dahulu di aspal. Althon dan Brody menatap dengan takjub, nyaris tak berkedip. “Aku selalu terkejut saat melihat anggota pasukan,” ucap Althon, tersenyum. “Bukankah mereka sangat hebat, Brody?”“Ya, mereka sangat hebat.” Brody tersenyum lebar, menatap tanpa berkedip para pengawal yang membantai ha
Alan terdiam sesaat, mengembus napas panjang. “Aku sungguh menyesal karena aku membawa kabar baik dan kabar buruk sekaligus, Master.”“Aku tidak bisa memprediksi masa depan.” Anthony tersenyum lemah. “Baiklah, aku ingin mendengar kabar baik dahulu, Alan.”“Pasukan pencari sudah menemukan lokasi keberadaan salah satu orang kepercayaan Master Arthur. Mereka akan bertemu dengannya di suatu tempat malam ini.”Anthony tersenyum. “Kabar ini sungguh kabar yang sangat luar biasa. Aku berharap dia memiliki informasi seputar orang-orang kepercayaan Arthur yang lain.”Anthony tiba-tiba terdiam. “Lalu, apa kabar buruknya, Alan?”“Kabar buruk ini nyatanya masih berhubungan dengan sosok kepercayaan Master Arthur. Tuan Arnold dan yang lain mengirimkan pasukan untuk menangkapnya, Master.”“Apa?” Anthony mengepalkan tangan lemahnya. “Mereka sungguh keterlaluan.”“Sosok kepercayaan Master Arthur yang bernama Raka memiliki hubungan dengan sebuah kelompok berandal bernama Red Sting. Pasukan Tuan Arnold m
“Kau hanya memiliki satu kesempatan untuk memperbaiki kesalahanmu selama masa pelatihanmu. Jika kau kembali gagal, kau akan menerima dua konsekuensi. Pertama, kau akan kehilangan ingatanmu soal kelompok kami, atau kedua, kau akan kehilangan nyawamu,” jelas Ali dengan wajah datar. Brody sontak terkejut, menegakkan punggung, segera menutup mulut rapat-rapat. Ali dan para pengawal hanya duduk dan berdiri di dekatnya, tetapi mereka mampu membuatnya sangat tertekan. “Kau masih memiliki satu pertanyaan tersisa dan waktu tiga puluh tujuh menit. Kau tidak terlalu pandai dalam menggunakan kesempatanmu. Kau ceroboh.”Brody mengepalkan tangan erat-erat. Ia berpikir keras untuk menentukan pertanyaan terbaik. Ia sudah menyusun daftar pertanyaan untuk pertemuan malam ini. Akan tetapi, ia mendadak bodoh sehingga tidak menggunakan kesempatan dengan baik.“Sial, aku gugup sehingga bertindak bodoh! Apa yang harus aku tanyakan padanya?” gumam Brody dengan tangan terkepal erat. Brody terdiam selama b
Para pendukung Brody seketika bersorak di saat Ray meringis kesakitan, sedangkan para pendukung Ray memaki sangat kencang, tidak menerima hasil pertandingan. “Sial!” Ray memegang tangannya. “Sampah itu mematahkan tanganku. Aku nyaris tidak bisa menggerakkan tangan kananku sekarang.”Kedua pendukung mulai berkelahi hingga beberapa barang terlempar. Gon memukul beberapa penonton yang menghalangi jalannya. Ia pergi menuju pintu keluar, mengamati Brody. “Aku akan kembali untuk merekrutmu, Brody.”Althon mengamati kepergian Gon, menoleh pada Brody. “Kau melakukan tugasmu dengan sangat baik. Aku ingin bertarung denganmu suatu saat nanti.”“Tutup mulutmu, brengsek!” Brody bernapas terengah-engah. “Kau membuatku kesulitan! Kau harus memberikan uang hadiah itu padaku!”“Beristirahatlah sekarang, Brody. Kau harus bersiap untuk berbincang dengan Ali dan yang lain,” ujar Althon seraya memberi tanda pada Ali.“Ah, jadi pemimpin para pengawas itu bernama Ali.” Brody tersenyum, terdiam saat Ali m