Zico tampak sangat marah.Dia bahkan tidak perlu berpikir lagi rencana siapa yang proyek ini halangi. Bibinya pasti adalah dalang dari semua masalah ini.Dia benar-benar tidak mengerti kenapa bibinya terus menerus membuat masalah untuknya.Bibinya itu sudah mengadu domba Pak Gandhi dan Pak Wira sebelumnya, kemudian merekrut manajer proyek mereka. Hari ini, wanita itu juga menyuap orang-orang ini untuk datang dan memaksa mereka untuk menghentikan pekerjaan.Jelas-jelas proyek petrokimia memiliki peluang untuk menang, lalu mengapa bibinya itu masih begitu kejam?Zico mengepalkan tangannya, berbalik badan dan hendak pergi.Dia baru berjalan satu langkah, tapi langsung melihat ada dua orang yang berjalan dari ruang tunggu ke arahnya. Dia membelalakkan matanya karena terkejut. “Kak, kenapa Kakak datang di sini?”Rachel tersenyum dan berkata, “Kalau aku nggak datang, bagaimana aku bisa tahu kalau ada orang yang ternyata mengganggu proyek kita?”Dia menatap pria berperut buncit itu dengan taj
Rachel memandang Zico dan berkata dengan lembut, “Bukannya aku sudah bilang padamu, telepon aku kalau ada masalah. Kamu selalu mengiyakan dengan cepat, tapi ternyata nggak bilang apa-apa.”Zico mengerutkan kening dan berkata, “Kak, kenapa aku harus meneleponmu untuk masalah sepele seperti ini? Apa kamu sudah merasa lebih baik?”“Aku nggak kenapa-apa.” Rachel tersenyum dan berkata, “Masih ada 12 hari lagi sebelum masa penilaian berakhir. Bersabarlah dan jangan lengah.”Zico mengangguk dengan kuat.Dari luar, kelihatannya seperti Rachel dan Hanna yang sedang bersaing untuk memperebutkan posisi pewaris. Namun, kenyataannya adalah, ini adalah persaingan antara dirinya dan Hanna.Jika dia kalah, dia dan ayahnya tidak akan pernah bisa dihormati dan disegani di dalam keluarga Adijaya seumur hidup mereka.“Lain kali kalau ada masalah lagi, jangan disembunyikan,” ujar Ronald dengan nada datar. “Aku kakak iparmu. Kamu bisa menghubungiku kapan saja.”Zico mengangguk patuh dan berkata, “Aku menger
“Pergi!”“Keluar!” Rachel menggigit ujung lidahnya dan berusaha mengucapkan kata-kata itu dari sela-sela giginya.Ronald memeluknya erat-erat dan berkata, “Rachel, nggak apa-apa. Aku ada di sini untuk melindungimu. Nggak akan terjadi apa-apa. Kamu nggak perlu menahannya ....”Rachel dikendalikan oleh sebuah chip dan perintah dari chip itu kebanyakan adalah menyuruhnya untuk menyakiti orang-orang sekitar yang menyayanginya.Dia tidak keberatan kalau terluka sedikit. Dia tidak bisa melihat Rachel menderita seperti ini.“Pergi! Aku suruh kamu pergi! “ Rachel menatapnya dengan mata merah. “Ronald, aku benar-benar nggak bisa menahannya lagi kalau kamu nggak pergi.”Suara Rendy terdengar semakin jelas di benaknya.“Rachel, keluarkan belati yang ada di bawah bantalmu, arahkan ke leher Ronald, lalu tusuk ke dalam!”“Nggak!” Rachel menggelengkan kepalanya kesakitan.Ronald masih berada di hadapannya, memegangi bahunya dan membujuknya dengan suara lembut.Suara di kepala dan telinganya seolah me
“Nggg. Nggg. Nggg!”Ponsel Rachel tiba-tiba bergetar.Rachel melirik nama penelepon dan melihat itu adalah panggilan video dari anak-anaknya.Ronald mengangkat telepon itu dan empat wajah kecil muncul di layar.“Ma, kami libur hari ini.” Eddy yang pertama berbicara.“Mama, kata Bu Guru, kami libur sebulan. Apa kami boleh pergi mencari Mama?” tanya Darren sambil mengerjapkan matanya yang besar.Rachel tersenyum pahit.Rendy si iblis itu baru saja kembali ke Suwanda. Dia mana berani pergi menemui anak-anak.Kalau sampai ketahuan Rendy, bisa-bisa anak-anaknya ini dianggap penghambat rencana oleh pria itu.“Mama sangat sibuk akhir-akhir ini. Mama rasa nanti nggak akan punya waktu untuk bermain dengan kalian.” Rachel tersenyum lembut dan berkata, “Sepuluh hari lagi malam tahun baru. Nanti Mama dan Papa akan pulang untuk menemani kalian di malam tahun baru. Oke?”Michelle memiringkan kepalanya dan bertanya, “Aku belum pernah merayakan tahun baru sebelumnya.”Michael berkata, “Kita pernah mer
Dalam ingatan Rachel, Michael selalu berperilaku baik dan pengertian. Anaknya yang satu ini tidak pernah menangis sejak dia berumur dua tahun.Namun, sekarang, Michael yang berperilaku baik dan pengertian ini menangis begitu keras hingga kehabisan napas. Air mata mengalir deras di wajahnya.Rachel segera berjalan menghampiri anak itu dan berlutut di depannya, mengangkat tangannya untuk menyeka air mata di wajahnya.“Michael, Mama ada di sini dan akan selalu bersamamu. Jangan menangis. Jangan menangis.” Dia menggendong anak itu dan menepuk punggungnya dengan lembut.“Mama, Mama …,” Ujar Michael lagi dan lagi, lalu perlahan menjadi tenang.Rachel menggandengnya ke di sofa dan duduk di sana, tersenyum dan berkata dengan lembut, “Apa kamu tahu kenapa Papa menyuruhmu ke sini?”Michael mengangguk dan berkata dengan suara serak, “Membantu Mama memecahkan kode program chip di tubuh Mama.”Rachel menghela napas.Benar saja, Michael sudah mengetahuinya. Anak ini ….Tangannya dengan lembut mengus
Ronald berdiri di samping tempat tidur, melepas jasnya dan membuka kancing kemejanya satu per satu hingga memperlihatkan dadanya yang kekar.Rachel menelan ludahnya dalam diam.Pria ini telah menahan diri tadi malam dan juga terus mengamati perubahannya.Malam ini, dia rasa pria ini tidak akan mampu menahannya lagi.“Rachel, aku mencintaimu ….”Tubuh Ronald menimpa seluruh tubuhnya, dan bibir tipis pria itu mulai menciumnya dari kening hingga ke bawah.Ciumannya panas, seolah bisa membakar hati seseorang, membuat jari kelingking Rachel meringkuk.Ketika tubuh mereka berdua sudah menempel satu sama lain, Rachel mendapati bahwa suara wanita itu akhirnya sudah hilang dari pikirannya.Sedekat apapun dia dengan kekasihnya ini, betapa besar pun perasaan yang dia rasakan, akhirnya tidak akan ada suara yang akan mengganggunya.Rachel tidak tahu kapan mereka berhenti melakukannya.Tulang-tulangnya seolah hampir hancur, dan dia tertidur karena kelelahan.Ronald juga sama saja. Dia melampiaskan s
Angin dingin bertiup menerpa wajah Rachel, tapi dia tidak merasakan sakit sama sekali.Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berkata, “Rendy, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?”“Pergi dari sini bersamaku.” Rendy mengelus dagu Rachel dan berkata, “Asalkan kamu ikut denganku, aku bisa melepaskan Ronald.”Rachel memandangnya dan berkata, “Bagaimana kalau aku menolak?”“Menolak? Ha!” Rendy tersenyum garang dan berkata, “Kalau begitu aku akan membuat Ronald pergi ke akhirat.”Dia menunduk dan mencium leher Rachel. “Seperti bau Ronald. Sungguh nggak enak.”Rachel melihat ke bawah dan mengambil belati yang tersembunyi di dalam bajunya. Dia memegang belati itu dan mengangkat tangannya, lalu hendak menusuk leher Rendy.Rendy sepertinya sudah menduganya dan segera melangkah mundur.“Rachel, kamu cari mati!”Ekspresi di wajahnya menjadi dingin, lebih dingin dari angin di malam itu.“Kalau begitu, ayo kita mati bersama,” Rachel mengangkat belatinya dan menyerang lagi.Selama setengah bulan
Ronald membaringkan Rachel di tempat tidur di kamar tidur, lalu duduk di sofa di samping tempat tidur dan menatap wanita itu dengan tenang.Dia kurang lebih sudah bisa menebaknya, tetapi tidak ingin menanyakan apa pun.Terkadang, tidak ada gunanya menanyakannya.Langit sudah mulai terang. Matahari mulai terbit dari timur, dan hari sudah berganti.Rasa sakit di bagian belakang kepala Rachel semakin parah. Dia berbaring di tempat tidur dan merasa sangat menderita.Rahang Ronald tegang. Dia melihat ponselnya.“Aku menemukan jejak Rendy tadi malam, dan dia memang muncul di dekat sini.”“Dia berganti mobil tiga kali, jadi aku kehilangan jejaknya. Tapi, dia berada di Suwanda dan nggak bisa lari jauh.”Ekspresi Ronald sangat dingin.Ini semua salahnya. Seharusnya dia tetap turun bersama Rachel tadi malam.Dia memberi Rendy kesempatan untuk bertemu Rachel.Ronald mengerucutkan bibirnya dan menyalahkan diri sendiri. Lalu, dia turun ke bawah, memasak semangkuk mie dan membawanya ke atas. “Rachel