Rachel bisa mengerti mengapa Ronald menolak untuk menemui ibunya. Hal ini pasti ada kaitannya dengan peran penting ibunya untuk menyusupkan saudara kembarnya ke dalam rumah ini. Ronald tidak perlu lagi memedulikan ibunya karena ibunya sudah memilih untuk memihak Rendy. “Sekarang kita ke rumah sakit, yuk! Lukamu itu harus diperiksa ulang,” ajak Ronald sambil berjalan keluar dengan tangan yang melingkar di pinggang Rachel.Rachel tidak tahu bagaimana harus menanggapi perselisihan di dalam keluarga ini. Jadi dia hanya bisa mengerutkan bibirnya dengan ekspresi wajah bingung. Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah yang sangat cepat ketika mereka berdua sudah berada di ambang pintu keluar. “Kalian sudah kembali?” Terdengar suara lemah Farah dari belakang mereka. Rachel dan Ronald bergegas menoleh dan melihat Farah sedang berdiri di atas tangga dengan kaki telanjang. Farah langsung membeku ketika melihat sosok Ronald yang mengenakan topeng di wajahnya. “Kamu ... kamu Ronald .... K
Ronald bergegas membawa Rachel menuju sebuah rumah sakit besar di Suwanda ketika Farah berbicara dengan anak-anak.“Tidak ada masalah serius di wajah pasien. Kurang lebih satu minggu lagi sudah bisa sembuh. Operasi penghilangan bekas luka bisa dilakukan satu bulan setelah masa penyembuhan ....” Dokter mengganti obat, perban serta memberikan instruksi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam masa penyembuhan luka di wajah Rachel. Rachel menyentuh wajahnya lalu bertanya, “Kenapa aku merasa lukaku ini gatal ya, Dok? Apa mungkin di dalamnya ada sesuatu?”“Saya sudah memeriksanya, tapi tidak ditemukan residu apa pun di dalam luka Ibu. Kalau Ibu merasa gatal, mungkin karena peradangan. Kalau begitu, saya akan memberikan sebotol infus anti peradangan sebelum Ibu pulang,” jawab dokter.Kemudian Rachel berbaring sambil diinfus setelah dokter meresepkan sebotol obat infus anti peradangan. Rachel merasa bekas luka di sebelah kanan wajahnya sangat gatal dan tidak nyaman. Dia selalu ingin
Hanna harus melakukan sesuatu dengan foto-foto ini. Kemudian dia berdiri dan hendak pergi ke kantor ketika Zico muncul di depan pintu masuk rumah mereka. Hanna langsung tersenyum licik karena sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. “Zico, sini! Ada yang mau aku bicarakan sama kamu,” ujar Hanna memanggil Zico.“Kenapa?” tanya Zico sambil sedikit mengangkat alisnya. “Waktu itu kan Om bilang kalau Rachel memiliki darah keluarga Adijaya. Tapi kayaknya Om nggak tahu kalau Rachel sudah kembali, iya kan?” tanya Rachel berpura-pura khawatir. “Memang apa hubungan masalah ini sama kamu?” tanya Zico acuh tak acuh. “Tentu saja ada hubungannya, dong. Rachel kan sepupuku juga. Lagi pula orang-orang juga sudah tahu mengenai Rachel yang tiba-tiba saja menghilang. Tapi keluarga Tanjaya berhasil menyembunyikannya sampai nggak ada orang-orang yang bisa membahasnya. Kamu tahu nggak sih kalau sebenarnya Rachel itu nggak ke mana-mana. Dia masih di Suwanda, kok. Tapi ....” Rachel melontarkan kata-katany
Ronald dan Rachel tiba di kediaman keluarga Tanjaya ketika matahari mulai tenggelam. Ronald berjalan masuk ke dalam rumah sambil membawa dua buah koper di tangannya, sedangkan Rachel terlihat melingkarkan tangannya di lengan Ronald. Mereka melihat Peter yang sudah datang ketika mereka tiba di halaman. “Ronald, aku ada urusan sebentar. Tolong, bawa koperku ke atas, ya. Jangan lupa, taruh baju-bajuku di lemari,” ujar Rachel sambil tersenyum. Ronald menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke lantai atas. Dia menggantung pakaian Rachel di lemari, sedangkan pakaian anak-anak diletakkan di kamar anak-anak mereka. Rachel melihat Farah dan anak-anaknya sedang bermain menumpuk balok di ruang bermain. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Rachel berjalan menghampiri Farah lalu berkata, “Bu Farah, bisa bicara sebentar?” Farah langsung menoleh dan berhenti bermain balok. Kemudian dia bergegas keluar ruang bermain sambil memaksa untuk mengembangkan senyuman di wajahnya.“Rachel, gimana wajahmu?”
Ronald pastinya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengingat laporan keuangan Tanjaya Group, data berbagai macam proyek serata berbagai macam data lainnya. Walaupun Ronald sudah cukup familier dengan angka-angka tersebut, tidak semua hal cukup dengan familier saja. Terlebih lagi di dunia bisnis, di mana kekeliruan angka desimal saja bisa memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan. Jadi, Ronald harus benar-benar memastikan kalau dirinya tidak akan melakukan kesalahan yang akan merugikan perusahaannya. “Rendy sudah banyak mengganti posisi orang-orang penting di Tanjaya Group. Sekarang kamu memiliki kesempatan untuk menendang antek-antek Rendy keluar dari perusahaan,” ujar Rachel sambil melipat pakaian. Kemudian Ronald memeluk Rachel seraya berkata, “Kamu nggak usah khawatir. Aku punya rencanaku sendiri.”Rachel langsung berdiri kemudian melepas topeng yang menutupi wajah Ronald. Dia membelai bekas luka di wajah Ronald seraya berkata, “Besok kita pergi ke rumah sakit, y
“Bu Catherine!” panggil Hilmi ketika dia sedang berjalan di halaman. Catherine berteman baik dengan Farah. Namun, sepertinya beredar rumor kalau Catherine dan Ronald terlibat skandal. Hilmi pastinya tidak akan membiarkan Catherine masuk kalau Rachel tidak ada di rumah. Namun, keadaan di dalam rumah benar-benar sedang kondusif saat ini. Ronald dan Rachel terlihat saling menyayangi satu sama lain, jadi Hilmi ingin memperlihatkan kepada Catherine kenyataan yang akan membuat Catherine segera membuang niat buruknya terhadap Ronald. Hilmi berjalan menuju pintu gerbang lalu membukanya seraya berkata, “Bu Catherine sudah makan malam?”Tubuh Catherine gemetaran sambil terus menatap ke arah ruang makan. Catherine menarik napas dalam-dalam lalu berkata, “Pak Hilmi, tolong beritahu Bu Farah kalau saya harus segera pulang karena ada urusan mendadak.”Kemudian dia berbalik dan hendak pergi begitu saja. Hilmi langsung memasang ekspresi wajah mengejek. Dia mengira, kalau Catherine pasti pergi kare
Catherine langsung membelalakkan matanya. Dia menarik lengan baju Rachel seraya berkata, “Di mana Rendy? Dia pergi ke mana?” Rachel melirik luka di tubuh Catherine lalu berkata, “Kamu masih saja peduli sama dia, ya? Padahal dia sudah memperlakukanmu dengan buruk.”“Kalian membunuhnya, ya?” tanya Catherine dengan mata terbelalak.Lalu dia kembali berkata dengan nada sedih, “Rachel, tega sekali kamu. Rendy memang sering melakukan kesalahan, tapi dia sangat mencintaimu. Bagaimana mungkin kamu bisa membunuhnya? Kamu sungguh nggak berperasaan. Bisa-bisanya kamu ....”“Dia masih hidup, kok. Tapi dia kehilangan kebebasannya. Kenapa? Kamu mau ketemu sama dia?” tanya Rachel sambil melepaskan lengannya dari genggaman Catherine. “Di mana kalian mengurungnya?” tanya Catherine sambil mengangguk. Rachel langsung menggelengkan kepalanya setelah melihat reaksi Catherine. Dia adalah seorang gadis muda yang memiliki karier cemerlang. Dia merupakan salah satu Psikiater terbaik di dunia. Namun, entah m
Ronald berbaring di atas sofa yang berada di ruang kerja. Dia sudah siap melakukan proses hipnotis untuk mengembalikan ingatannya. Peter yang siap membantu Ronald juga sudah mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan hipnotis, sedangkan Catherine hanya mengeluarkan arlojinya untuk menghitung waktu dimulainya proses hipnotis. “Sebaiknya kamu nggak mempermainkan kami. Aku adalah psikiater profesional, jadi aku bisa melihat semua kesalahan yang kamu lakukan dengan sengaja,” ujar Peter ketus. Tangan Catherine gemetaran. Kemudian dia bergegas memasukkan jam tangan ke tas dan mengeluarkan sebuah jam pasir lalu membaliknya. Suara desiran pasir mulai terdengar memenuhi ruangan yang sunyi. Setelah itu, dia meminta pelayan untuk membawakannya sebuah cermin setinggi dua meter yang diletakkan di hadapannya. Kemudian dia meletakkan sebuah spiral yang terus berputar di tengah cermin itu. Rachel merasa pusing ketika berhadapan dengan keadaan seperti ini. Siapa pun yang bertekad kuat