Ronald berbaring di atas sofa yang berada di ruang kerja. Dia sudah siap melakukan proses hipnotis untuk mengembalikan ingatannya. Peter yang siap membantu Ronald juga sudah mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan hipnotis, sedangkan Catherine hanya mengeluarkan arlojinya untuk menghitung waktu dimulainya proses hipnotis. “Sebaiknya kamu nggak mempermainkan kami. Aku adalah psikiater profesional, jadi aku bisa melihat semua kesalahan yang kamu lakukan dengan sengaja,” ujar Peter ketus. Tangan Catherine gemetaran. Kemudian dia bergegas memasukkan jam tangan ke tas dan mengeluarkan sebuah jam pasir lalu membaliknya. Suara desiran pasir mulai terdengar memenuhi ruangan yang sunyi. Setelah itu, dia meminta pelayan untuk membawakannya sebuah cermin setinggi dua meter yang diletakkan di hadapannya. Kemudian dia meletakkan sebuah spiral yang terus berputar di tengah cermin itu. Rachel merasa pusing ketika berhadapan dengan keadaan seperti ini. Siapa pun yang bertekad kuat
Ronald menggenggam tangan Rachel seraya berkata, “Rachel, makasih, ya.”Ronald merasa tersanjung dengan semua perhatian yang diberikan oleh Rachel kepadanya. Selama satu bulan lebih, Ronald selalu mengurus dirinya sendiri tanpa ada orang lain yang membantunya. Namun, sekarang Rachel selalu mengurus, merawat dan memperhatikannya dengan sangat baik setelah mereka tiba di Suwanda. Ronald merasa berhutang banyak kepada perempuan itu.“Nanti, kamu nggak perlu bilang makasih lagi sama aku. Kita kan suami istri, jadi wajar saja kalau aku memperhatikanmu,” ujar Rachel sambil tersenyum. Tidak lama kemudian, Ronald menutup matanya. Ada berbagai macam gambar yang tidak utuh berkeliling di dalam otaknya. Dia harus menangkap gambaran-gambaran tidak utuh itu dan menghubungkannya dengan ingatan yang ada di dalam otaknya agar dia bisa segera mengembalikan ingatannya.“Rachel, aku ingat!” seru Ronald sambil membuka matanya. “Aku ingat peristiwa ketika aku masih lima belas tahun,” ujar Ronald lagi. R
Rachel tertegun setelah mendengar perkataan Ronald. Akhirnya Rachel mengerti, kenapa Ronald sangat membenci Rendy dan menuntutnya untuk keluar dari Suwanda. Ayahnya tidak akan mati kalau bukan karena Rendy. Sekalipun ayahnya mati, tidak seharusnya dia mati dengan pandangan negatif dari orang-orang seperti ini. “Dia adalah seorang anti sosial. Bahkan kematian ayahku juga tidak bisa mengubah sifat jahatnya itu. Dia selalu merasa kalau keluarga Tanjaya sama sekali tidak menganggapnya. Dia juga beranggapan kalau hidupnya menderita karena ada aku di dunia ini. Aku yang sama seperti dia. Dia semakin tertarik untuk melakukan banyak sekali pembunuhan setelah ayahku tiada. Dia juga sangat ingin membunuhku, tapi aku memang ditakdirkan untuk nggak mati di tangannya,” ujar Ronald penuh emosi. Rachel langsung memeluk Ronald seraya berkata, “Orang seperti dia memang harus dijebloskan ke penjara. Jika tidak, akan semakin banyak nyawa yang terancam karenanya.”Ronald membalas pelukan Rachel dengan m
Ronald bangun dari tempat tidur lalu berjalan ke lantai bawah dan mengambilkan air hangat untuk Rachel. Dia juga mengambil dua pil obat lalu memberikannya kepada Rachel. Ronald langsung memeluk dan melanjutkan tidur mereka setelah Rachel selesai minum obat. Rachel tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Dia terus merasa gelisah. Dia baru bisa tidur dengan nyenyak ketika fajar mulai menyingsing.Posisi matahari sudah cukup tinggi ketika Rachel bangun dari tidurnya. Sinar matahari masuk dan membuat ruangan terasa lebih hangat.Rachel bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kemudian dia mengikat rambutnya dengan posisi rambut yang menjuntai ke bawah. Rachel mendengar suara gelak tawa anak-anaknya dari ruang makan. Di sana juga ada Ronald yang sedang mengupas telur untuk Michelle. Pemandangan seperti ini langsung membuat hati Rachel menjadi lebih hangat. Rachel tiba-tiba saja merasakan gatal yang luar biasa di wajahnya ketika dia baru saja ingin menyapa keluarganya
Mereka berenam menyelesaikan sarapan mereka dengan suka hati. Tidak lama kemudian, Farah turun dan berjalan menuju ke ruang makan dengan wajah pucat. “Pagi, Nek!”“Halo, Nek!”Anak-anak satu persatu menyapa Nenek mereka. Hilmi membawakan sarapan untuk Farah setelah Farah duduk di kursinya. Rachel meletakkan sumpitnya lalu berdiri hendak pergi menuju ruang keluarga, tapi tiba-tiba saja Farah menghentikannya.“Rachel, jangan ke mana-mana. Ada yang mau aku bicarakan sama kalian,” ujar Farah dengan wajah pucat. “Kenapa?” tanya Rachel tenang.“Sore ini, aku akan terbang ke Australia,” balas Farah dengan wajah datar. “Aku akan tinggal di sana. Kalian bisa mengunjungiku kalau kalian ada waktu,” ujar Farah lagi.Rachel hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Suasana di rumah saat ini memang kurang nyaman. Mereka seharusnya tidak bisa tinggal bersama setelah semua yang terjadi di antara mereka. Namun, Rachel sebagai pihak yang lebih muda tidak bisa menyuruh Farah untuk keluar dari
Bagaimana mungkin Farah masih bisa hidup sampai detik ini? Dia memiliki seorang putra yang tidak diketahui nasibnya, sedangkan putra yang satu lagi menganggapnya sebagai musuh. “Kalau begitu, lepaskan Catherine. Dia nggak bersalah. Dia melakukan semua itu atas paksaan Rendy,” ujar Farah dengan suara tercekat. “Bu Farah lebih baik mengurus diri Ibu sendiri saja baik-baik. Ibu akan mendapatkan kebebasan Ibu kembali setelah Rendy menerima hukuman yang sesuai dengan perbuatannya,” ujar Rachel ketus. Farah hanya bisa menundukkan kepalanya dengan mata memerah. Di sisi lain, keempat anak itu hanya bisa memperhatikan perdebatan ini dengan wajah bingung. Sebenarnya mereka tahu duduk perkara masalah ini, tapi semua itu sudah di luar dari kendali mereka. “Den Ronald, asisten Den sudah datang,” ujar Hilmi yang tiba-tiba muncul menyela perdebatan mereka. Ronald langsung menyipitkan matanya. Ronald sudah sempat memeriksa dokumen Tanjaya Group. Dia mengetahui kalau mantan asistennya bernama Ran
Rachel dan keempat anaknya sedang bermain puzzle di atas karpet yang berada di ruang keluarga ketika dia mendengar nama yang dikenalnya muncul di layar TV yang sedang dinyalakannya. “Pertempuran sebagai pewaris Adijaya Group sudah dimulai. Pertempuran antar generasi ini terasa sangat sengit karena keluarga Adijaya adalah sebuah keluarga yang memiliki sejarah yang panjang. Di dalam keluarga Adijaya hanya ada satu pewaris laki-laki, yaitu Zico. Tapi entah mengapa, Zico tiba-tiba mengundurkan diri dari persaingan menjadi ahli waris.”Rachel langsung mengerutkan keningnya. Dia masih ingat dengan jelas alasan utama Hanna berusaha menipu Rachel dalam proyek Yelitos Group adalah untuk melancarkan jalannya agar bisa menjadi pewaris Adijaya Group. Zico dan Hanna adalah generasi muda dari Adijaya Group yang sedang bertempur untuk memperebutkan posisi sebagai pewaris Adijaya Group. Lalu sekarang Hanna otomatis akan meraih posisi sebagai pewaris Adijaya Group karena Zico sudah mengundurkan diri d
Hendo buru-buru menghentikan mobilnya di depan mobil Rachel ketika Rachel baru saja keluar dari pintu gerbang. Kemudian dia membuka pintu mobil dan bergegas turun menuju tempat kemudi mobil Rachel lalu mengetuk jendelanya.Rachel menurunkan jendelanya lalu berkata dengan tenang, “Ada apa, Pak?”“Rachel ke mana saja kamu? Aku mencarimu ke mana-mana,” ujar Hendo penuh antusias. “Kamu sakit, ya? Wajahmu kenapa? Apa luka itu parah?” tanya Hendo khawatir.Rachel sedikit kesal dengan kekhawatiran yang terlihat sangat jelas dari wajah Hendo. “Aku baru pulang dari luar negeri kemarin. Pak Hendo kenapa mencariku?” tanya Rachel.“Nggak, kok .... Nggak apa-apa. Bagus kalau kamu baik-baik saja. Aku cuma sedikit khawatir,” jawab Hendo dengan wajah bingung.Dia tidak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Dia juga terlihat enggan untuk menyingkir dari mobil Rachel. “Kalau begitu, aku harus pergi sekarang. Aku mau ke sekolah anak-anakku,” ujar Rachel lembut.“Aku ikut, ya! Kebetulan aku lagi nggak