Rachel masuk ke dalam tanpa hambatan. Sesaat kemudian, dia melihat Melvin di koridor depan pintu ruang pribadi.Seorang perempuan yang modis sedang memeluk lengan Melvin. Wajah perempuan itu penuh dengan air mata, “Melvin, kamu pernah bilang kalau kamu akan mencintaiku selamanya. Kamu nggak boleh begini sama aku. Aku sudah tunggu kamu selama bertahun-tahun, akhirnya aku bertemu denganmu lagi. Artinya kita memang berjodoh. Kita ditakdirkan untuk bersama. Aku nggak akan menyerah.”“Hanna, kamu jangan ngomong yang nggak masuk akal kayak begini, oke? Hubungan kita sudah berakhir enam tahun yang lalu. Lagi pula, kita pacaran juga nggak sampai sebulan. Siapa juga yang mau bertanggung jawab atas hubungan yang nggak sampai sebulan itu?” tukas Melvin yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.“Aku nggak mau tahu!”Hanna memeluk Melvin dengan erat-erat. Raut wajahnya tampak senang seperti telah mendapatkan kembali sesuatu yang sudah lama hilang darinya.Melvin benar-benar tidak tahan lagi dengan si
Melvin menoleh dan memegang bahu Rachel. Bibir Rachel seketika berkedut. Si br*ngsek ini tidak mungkin benar-benar akan menciumnya, bukan?Rachel mau datang ke sini untuk membantunya saja sudah termasuk sangat setia kawan. Kalau Melvin berani menciumnya, Rachel akan mengajarinya bagaimana berperilaku dengan baik.Rachel spontan mengangkat tangannya untuk menutupi mulut Melvin. Sedangkan Melvin memegang tangan Rachel sambil tersenyum usil. Kemudian, Melvin mengecup ujung jari Rachel. Dia pura-pura mencium Rachel yang sebenarnya terhalang oleh ibu jarinya sendiri.Setelah itu, Melvin menoleh dan menatap Hanna, “Kami berdua bermesraan, kenapa juga harus tunjukkan ke kamu? Kamu ini hanya mantan yang ke ... sekian, aku nggak tahu lagi yang ke berapa. Kamu nggak usah cari perhatian lagi di depan kami, oke?”Hanna menggigit bibirnya dan menghentakkan sepatu hak tingginya dengan kesal. Kemudian, dia langsung pergi.Setelah Hanna pergi, Rachel memukul lengan Melvin dan berkata dengan dingin, “I
“Oke, aku yang pergi saja.” Melvin jadi seorang pengecut kalau sudah berada di depan Rachel. Dia berjalan sampai ke depan pintu ruang pribadi. Kemudian dia berbalik dan matanya tertuju pada Ronald dengan dingin.Setelah pintu ruang pribadi ditutup, koridor itu akhirnya menjadi sunyi. Rachel hanya merasa kepalanya seperti mengembang. Dia bahkan tidak tahu mengapa dia merasa bersalah seperti ini. Masalahnya, perasaan bersalah itu juga sangat kuat. Benar-benar aneh.“Hai, kebetulan banget ....” Rachel mengangkat wajahnya dan menyapa pria itu dengan kikuk.Ronald menatapnya dengan lekat, “Kamu punya pacar?”“Nggak, nggak ada.” Rachel segera menggelengkan kepala, “Aku hanya bantu dia. Pura-pura jadi pacarnya.”Pada dasarnya Rachel orang yang dingin. Selain anak-anaknya, tidak ada hal lain yang bisa menyebabkan emosinya naik turun seperti ini. Namun sekarang, dia bahkan tidak berani menatap Ronald.Rachel menundukkan kepalanya. Bulu matanya yang panjang menimbulkan bayangan di kelopak bawah
Melvin menghembuskan asap rokok dari mulutnya dengan pelan-pelan. Setelah itu, dia berjalan dua langkah ke depan, lalu berkata sambil tersenyum, “Pak Ronald, perlakukan Rachel dengan baik. Kalau kamu khianati dia, jangan salahkan aku rebut dia dari kamu.”Ronald tertawa pelan, “Kamu nggak akan pernah dapat kesempatan itu.”Usai berkata, Ronald melangkahkan kakinya meninggalkan klub. Melvin melemparkan puntung rokok ke lantai dan memadamkannya dengan ujung sepatu kulitnya.***Rachel langsung menuju ke taman kanak-kanak dengan mobilnya. Dia duduk cukup lama di depan pintu gerbang, sebelum kedua anaknya keluar sambil bergandengan tangan.Begitu sampai di depan Rachel, Michael langsung menatap ibunya dengan curiga, “Kenapa bibir Mama merah begitu?”“Itu ... mung-mungkin habis makan yang pedas-pedas,” jawab Rachel gelagapan.Setelah itu, Rachel berkaca sebentar. Bibirnya benar-benar merah, bahkan tampak agak bengkak. Dia spontan memarahi Ronald di dalam hatinya.Namun, dia tetap harus mene
Ronald mengatupkan bibirnya, lalu berkata, “Aku mau kasih orang.”Hilmi seketika menyadari apa yang terjadi. Pada detik berikutnya, dia malah memasang raut wajah meratap, “Kenapa Pak Ronald kasih bunga lili? Seharusnya kasih mawar. Harus mawar merah menyalah. Sekalipun nggak ada 999 tangkai, juga harus ada 99 tangkai. Kalau mau kasih ke perempuan ya harus kasih itu. Biar aku saja yang urus bunga lili ini.”Hilmi langsung mengambil bunga lili itu tanpa berkata apa-apa lagi.Ronald, “....”Ronald sudah berkonsultasi dengan penjual bunga di toko bunga tadi. Akhirnya dia baru memutuskan untuk membeli bunga lili. Satu, karena hubungannya dan Rachel belum pasti. Dua, karena cinta yang diungkapkan bunga mawar merah terlalu serta-merta. Ronald takut dirinya akan membuat Rachel takut.Hilmi baru berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba dia berhenti, lalu berbalik, “Oh ya, Bu Rachel hari ini nggak datang ke sini, Pak. Den Eddy dan Den Darren sudah kemas-kemas baju mereka dan pergi ke rumah Bu Rachel
Rachel spontan mengerutkan kening dan melihat ke luar jendela. Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumahnya. Di bawah lampu kuning, sosok pria bertubuh tinggi berjalan ke dalam rumah.Begitu Rachel melihat sosok itu, apa yang terjadi siang tadi seketika muncul di otaknya tanpa bisa dia kendalikan. Wajahnya pun langsung memerah.Untung saja, hanya lampu hias kecil yang menyala di ruang tamu. Dalam kondisi remang-remang begitu, Michael yang memiliki sifat paling peka saja tidak menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya.“Papa kalian datang.”Darren baru saja hendak berlari keluar untuk menyambut ayahnya. Namun, dia tiba-tiba menghentikan kaki kecilnya. Kalau ayahnya datang, berarti Darren tidak bisa memeluk dan mencium ibunya. Dia merasa tidak ingin ayahnya datang. Bagaimana ini?“Untuk apa Papa datang ke sini jam segini?” tanya Eddy dengan curiga. “Seingat aku, malam ini ada rapat yang sangat penting di perusahaan. Selain itu, rapat itu ditunda dari kemarin sampai hari ini. Sudah nggak
Namun, tidak peduli bagaimana anak-anak itu menghabiskan uang dengan sesuka hati mereka, uang keluarga Tanjaya juga tidak akan habis. Oleh karena itu, Ronald tidak perlu menunda hal yang lebih penting hanya untuk mencari uang.Ronald berbisik di telinga Michelle, “Bantu Papa ambil sesuatu di mobil, oke?”Mata Michelle seketika berbinar. Di rumah, dia adalah adik bungsu. Ibu dan kakak-kakaknya tidak pernah membiarkannya melakukan apa pun. Namun, ini pertama kalinya seseorang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Michelle langsung melompat turun dari pangkuan Ronald. Kemudian, gadis kecil itu bergegas ke mobil di halaman.Begitu Michelle membuka pintu kursi penumpang, dia langsung berseru, “Wah, cantik banget!”Seketika mata semua orang di dalam rumah tertuju pada Michelle. Mereka melihat sosok kecil itu sedang memeluk sebuket bunga mawar dari kursi penumpang. Buket bunga itu setidaknya memiliki 99 tangkai bunga mawar. Buket bunga itu sangat besar sehingga menutupi seluruh tubuh mungil M
Empat pasang mata serempak tertuju pada Ronald.Ronald, “....”Perempuan itu pasti sengaja menjebaknya. Semua orang bisa menyanyikan lagu itu. Masalahnya, dia seorang pria dewasa bahkan sudah punya anak. Kalau dia menyanyikan lagu seperti itu, dia pasti akan kelihatan lucu dan menggelikan, bukan? Bagaimana kalau lagu itu membuat citranya di hati Rachel jadi hancur?“Ronald, kamu nggak bisa nyanyi?” Rachel tiba-tiba bertanya.Suaranya yang memanggil nama Ronald membuat si pemilik nama langsung merasa tak berdaya. Seolah-olah semua tulang di tubuhnya pun ikut melunak. Karena ini pertama kalinya Rachel memanggilnya seperti itu atas inisiatifnya sendiri.Meskipun Ronald tahu apa tujuan Rachel, dia tetap saja mengalah tanpa syarat. Dia mengambil alih mikrofon, lalu berdehem. Setelah itu, dia mulai bernyanyi dengan iringan musik.Balonku ada limaRupa-rupa warnanyaHijau, kuning, kelabuMerah muda dan biruMeletus balon hijau, dor!Hatiku sangat kacauBalonku tinggal empatKupegang erat-erat