Eddy melihat Rachel sedang mengupas apel untuk Darren melalui celah pintu.Suasana di ruang pasien itu sangat hangat. Dia mengatupkan bibirnya dan akhirnya memutuskan untuk tidak masuk.Setidaknya saat ini, dia merasa Rachel tulus menyayangi Darren ....Dia berbalik badan dan hendak pergi ketika melihat Shania berjalan ke pintu ruang pasien itu.“Ma, kenapa Mama datang ke sini?” tanya Eddy heran.Shania memandangi apa yang sedang terjadi di kamar pasien itu untuk waktu yang lama, kemudian memalingkan muka.Dia meraih tangan Eddy dan berkata dengan suara rendah, “Ini bukan tempat untuk berbicara. Ayo keluar dan bicara.”Eddy mengangguk dan mengikuti Shania ke dalam mobil.“Eddy, kamu juga melihatnya barusan. Papamu memperbolehkan Rachel mengurus Darren sendirian. Kalau wanita itu meracuni makanan yang Darren makan, maka Darren ....” Shania menutup mulutnya, “Darren membenci Mama, nggak mau Mama muncul di dalam kamar pasien itu. Kalau nggak, Mama pasti sudah masuk dan mengusir Rachel ...
“Ma, tenanglah sedikit!”Eddy memegang bahu Shania dan berkata dengan suara rendah, “Aku masih menyelidiki masalah ini. Orang-orang di balik semua ini pasti akan membayarnya!”Bibir Shania bergetar. Dia akhirnya tenang.Bagaimanapun juga, dia harus membuat Rachel yang disalahkan dalam masalah ini.Hanya cara ini yang bisa membuat Ronald menyerang Rachel!Rachel berada di rumah sakit sampai pukul delapan, kemudian membawa kedua anaknya pulang ke rumah.Setelah bersih-bersih dan mandi, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Michelle tidur dengan tenang. Michael juga kembali ke kamarnya. Dia selalu mandiri dan melakukan segalanya sendiri.Saat sedang menyikat gigi, Michael mendengar bunyi alarm dari laptop yang dia sembunyikan di bawah tempat tidur.Dia menyipitkan matanya, berlutut di depan tempat tidur sambil menggigit sikat giginya dan mengeluarkan laptop itu.Laptop itu adalah laptop yang dia rakit sendiri. Semua spesifikasi dan kinerjanya adalah yang terbaik. Ibunya tahu kala
Eddy menoleh ke belakang dengan cepat.Matanya bertemu dengan mata Ronald yang menahan amarah.“Jangan bilang kali ini kamu melakukannya demi nama baik mamamu.” Suara Ronald terdengar dingin dan bergema di kamar kecil itu.Eddy mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan tidak mengatakan apa-apa.Dia hanya ingin mencari tahu tentang wanita malam itu, tapi tak disangka malah bertemu dengan lawan yang handal. Setelah itu, dia jadi kehilangan kendali ….Ronald menatapnya dan bertanya dengan dingin, “Katakan, mengapa kamu menyerang Aurora Technology?” Meski kode-kode di layar komputer Eddy bermunculan dengan cepat, tetapi Ronald masih bisa melihat alamat website yang ada di layar dengan jelas.Putra yang selalu dibanggakannya itu tiba-tiba menyerang situs web dari perusahaan yang baru saja didirikan.Eddy menunduk dan mengepalkan tinjunya.Dia menggertakkan giginya, tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun.“Kemampuan hacking-mu bisa dibilang termasuk yang terbaik di dunia. Di negara ini, nggak
Rachel tersenyum dan membersihkan sisa-sisa kode yang berantakan di dalam situs tersebut.Ketika dia sedang sibuk membersihkannya, Jenny berjalan masuk dan berkata, “Bu Rachel, seseorang dari Tanjaya Group baru saja menelepon dan bertanya apa Ibu ada waktu jam sebelas siang ini?”Rachel mengangguk, “Ada apa?”“Ada orang mereka yang mau datang ke sini,” kata Jenny, “Aku akan mengosongkan ruang rapat.”Proyek pertama perusahaan mereka adalah proyek bersama Tanjaya Group. Semua orang di perusahaan tahu betapa pentingnya proyek ini.Rachel mengangguk, “Cetaklah beberapa buku desain yang telah direvisi dan letakkan di atas meja di ruang rapat.”Jenny segera melakukannya.Rachel membuka dokumen dan membaca semua hal menyangkut proyek tersebut sekali lagi. Setelah cukup percaya diri bisa menjalani rapat itu dengan baik, dia pun bangkit dan pergi ke toilet.Ketika sampai di pintu kantor, dia bertemu dengan sekelompok orang dari perusahaan sebelah.Di sebelah kantor mereka ada perusahaan start-
“Pak Ronald, silakan masuk.”Jenny tersadar dari lamunannya dan segera membawa Ronald ke ruang rapat.Rachel sedang duduk di ruang rapat sambil melihat-lihat dokumen. Ketika mendengar suara, dia berdiri sambil tersenyum dan berkata, “Pak Ronald, silakan duduk.”Ronald menarik kursi dan duduk. Jenny bergegas keluar untuk menuangkan kopi.Rachel terkejut, “Kok Pak Ronald sendirian saja?”Dia mengira Yohanes yang akan datang sendiri, atau Ronald, Yohanes dan Christopher akan datang bersama. Tak disangka, pria ini datang sendiri.Ronald mengangkat alisnya dan berkata dengan nada datar, “Kenapa? Kamu ingin bertemu Yohanes?"Rachel, “....”Apa pria ini bisa diajak berbincang baik-baik?Dia duduk di kursi dan mendorong dokumen di tangannya, “Ini adalah rencana desain yang ditetapkan ulang setelah aku mendiskusikannya dengan Pak Yohanes sebelumnya. Coba Pak Ronald lihat. Apa ada saran?”Ronald tidak membuka dokumen tersebut.Dia berkata dengan datar, “Hari ini aku datang bukan untuk membicarak
Rachel bersandar di kursi dan menunggu.Namun, dia melihat Ronald mengerutkan kening, lalu menutup telepon dengan tidak senang.Dia tertawa dan berkata, “Dia menolak untuk meminta maaf, ya?”Raut muka Ronald bagai dilapisi es.“Anak-anak berbakat selalu memiliki dunia mereka sendiri. Mereka menolak untuk menerima dunia ini dan mereka nggak akan tunduk pada siapa pun dengan mudah,” kata Rachel dengan penuh pengertian, “Nggak semua orang bisa berperilaku baik dan bijaksana seperti putraku, Michael. Pak Ronald, ke depannya Bapak harus lebih berusaha lagi dalam mendidik anak.”Ronald, “....”Baik?Bijaksana?Apa wanita ini yakin dia sedang mendeskripsikan Michael, anaknya yang dingin itu?“Aku akan membawanya ke sini untuk meminta maaf kepadamu secara langsung.”Setelah mengatakan itu, Ronald mengambil dokumen di atas meja dan pergi.Rachel mengangkat bahu dengan acuh tak acuh.Anak-anak. Wajar saja kalau berbuat salah. Dia sangat menoleransinya.Hanya saja, jangan sampai diulangi dua kali
“Pak Albert, bukannya Bapak ingin punya murid baru? Aku ingin merekomendasikan putriku, Michelle,” kata Rachel sambil tersenyum.Albert kaget mendengarnya, “Rachel, aku ingin kamu jadi muridku, yang lain nggak bisa. Bahkan kalau orang itu putrimu sekalipun, aku juga nggak akan membuat pengecualian ….”“Kenapa Bapak nggak mencobanya dulu?” Rachel berkata, “Masih ada waktu satu jam sebelum Bapak meninggalkan Suwanda. Waktunya cukup untuk mendengarkan satu lagu yang dimainkan dengan piano.”Albert menatap Rachel dengan serius.Dia sudah mengenal Rachel selama tiga atau empat tahun, dan dia tahu wanita ini tidak pernah sembarangan dalam bertindak.Meskipun tahu identitasnya, wanita ini tidak pernah menyanjungnya dan menjilatnya, dan bahkan menolak untuk menjadi muridnya.Tidak ada orang lain sepertinya di dunia ini.Pak Albert akhirnya mengangguk, menatap Michelle dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, kamu boleh memainkan lagu apa saja. Jangan gugup.”Ada sebuah piano di kamar suite-ny
Michelle menyodorkan secangkir teh kepada Pak Albert, yang berarti dia sudah diterima menjadi murid pria itu.Mulai sekarang, Michelle telah menjadi murid kedua Pak Albert.“Aku masih ada konser di negara tetangga. Setelah konser ini selesai, aku akan mengajakmu untuk bertemu dengan muridku yang satu lagi. Dia juga seorang pianis yang hebat.” Pak Albert berkata dengan sangat puas, “Piano ini aku berikan pada Michelle. Saat ini, aku belum bisa membimbingmu secara langsung, jadi biarkan piano ini menemanimu.”Rachel terkejut, “Jangan, piano ini terlalu berharga.”“Berharga?” Tatapan Pak Albert terlihat merendahkan, “ Senar piano ini dibuat oleh mesin. Suara yang dihasilkan juga nggak halus. Piano yang digunakan oleh muridku yang satu lagi adalah piano yang aku buat sendiri. Kualitas suaranya lebih jernih. Nanti kalau aku punya waktu, aku akan membuatkan Michelle satu piano sendiri. Michelle pakai yang ini dulu saja untuk sementara.”Rachel, “….”Piano yang dia kira merupakan piano dengan