“Pak Ronald, silakan masuk.”Jenny tersadar dari lamunannya dan segera membawa Ronald ke ruang rapat.Rachel sedang duduk di ruang rapat sambil melihat-lihat dokumen. Ketika mendengar suara, dia berdiri sambil tersenyum dan berkata, “Pak Ronald, silakan duduk.”Ronald menarik kursi dan duduk. Jenny bergegas keluar untuk menuangkan kopi.Rachel terkejut, “Kok Pak Ronald sendirian saja?”Dia mengira Yohanes yang akan datang sendiri, atau Ronald, Yohanes dan Christopher akan datang bersama. Tak disangka, pria ini datang sendiri.Ronald mengangkat alisnya dan berkata dengan nada datar, “Kenapa? Kamu ingin bertemu Yohanes?"Rachel, “....”Apa pria ini bisa diajak berbincang baik-baik?Dia duduk di kursi dan mendorong dokumen di tangannya, “Ini adalah rencana desain yang ditetapkan ulang setelah aku mendiskusikannya dengan Pak Yohanes sebelumnya. Coba Pak Ronald lihat. Apa ada saran?”Ronald tidak membuka dokumen tersebut.Dia berkata dengan datar, “Hari ini aku datang bukan untuk membicarak
Rachel bersandar di kursi dan menunggu.Namun, dia melihat Ronald mengerutkan kening, lalu menutup telepon dengan tidak senang.Dia tertawa dan berkata, “Dia menolak untuk meminta maaf, ya?”Raut muka Ronald bagai dilapisi es.“Anak-anak berbakat selalu memiliki dunia mereka sendiri. Mereka menolak untuk menerima dunia ini dan mereka nggak akan tunduk pada siapa pun dengan mudah,” kata Rachel dengan penuh pengertian, “Nggak semua orang bisa berperilaku baik dan bijaksana seperti putraku, Michael. Pak Ronald, ke depannya Bapak harus lebih berusaha lagi dalam mendidik anak.”Ronald, “....”Baik?Bijaksana?Apa wanita ini yakin dia sedang mendeskripsikan Michael, anaknya yang dingin itu?“Aku akan membawanya ke sini untuk meminta maaf kepadamu secara langsung.”Setelah mengatakan itu, Ronald mengambil dokumen di atas meja dan pergi.Rachel mengangkat bahu dengan acuh tak acuh.Anak-anak. Wajar saja kalau berbuat salah. Dia sangat menoleransinya.Hanya saja, jangan sampai diulangi dua kali
“Pak Albert, bukannya Bapak ingin punya murid baru? Aku ingin merekomendasikan putriku, Michelle,” kata Rachel sambil tersenyum.Albert kaget mendengarnya, “Rachel, aku ingin kamu jadi muridku, yang lain nggak bisa. Bahkan kalau orang itu putrimu sekalipun, aku juga nggak akan membuat pengecualian ….”“Kenapa Bapak nggak mencobanya dulu?” Rachel berkata, “Masih ada waktu satu jam sebelum Bapak meninggalkan Suwanda. Waktunya cukup untuk mendengarkan satu lagu yang dimainkan dengan piano.”Albert menatap Rachel dengan serius.Dia sudah mengenal Rachel selama tiga atau empat tahun, dan dia tahu wanita ini tidak pernah sembarangan dalam bertindak.Meskipun tahu identitasnya, wanita ini tidak pernah menyanjungnya dan menjilatnya, dan bahkan menolak untuk menjadi muridnya.Tidak ada orang lain sepertinya di dunia ini.Pak Albert akhirnya mengangguk, menatap Michelle dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, kamu boleh memainkan lagu apa saja. Jangan gugup.”Ada sebuah piano di kamar suite-ny
Michelle menyodorkan secangkir teh kepada Pak Albert, yang berarti dia sudah diterima menjadi murid pria itu.Mulai sekarang, Michelle telah menjadi murid kedua Pak Albert.“Aku masih ada konser di negara tetangga. Setelah konser ini selesai, aku akan mengajakmu untuk bertemu dengan muridku yang satu lagi. Dia juga seorang pianis yang hebat.” Pak Albert berkata dengan sangat puas, “Piano ini aku berikan pada Michelle. Saat ini, aku belum bisa membimbingmu secara langsung, jadi biarkan piano ini menemanimu.”Rachel terkejut, “Jangan, piano ini terlalu berharga.”“Berharga?” Tatapan Pak Albert terlihat merendahkan, “ Senar piano ini dibuat oleh mesin. Suara yang dihasilkan juga nggak halus. Piano yang digunakan oleh muridku yang satu lagi adalah piano yang aku buat sendiri. Kualitas suaranya lebih jernih. Nanti kalau aku punya waktu, aku akan membuatkan Michelle satu piano sendiri. Michelle pakai yang ini dulu saja untuk sementara.”Rachel, “….”Piano yang dia kira merupakan piano dengan
Empat hidangan dan satu sup selesai dimasak dalam waktu singkat.Rachel dan kedua anaknya duduk di meja dan makan.“Ma, besok hari Sabtu. Kita pergi ke rumah sakit untuk melihat Darren, yuk!” saran Michael.Michelle menghentikan gerakan sendoknya. Tatapannya penuh antisipasi.Rachel tersenyum lembut dan berkata, “Michael, kamu nggak membenci Darren lagi sekarang?”Michael mengerutkan bibirnya, “Dia sangat baik pada adikku, jadi terpaksa menerimanya.”Rachel tertawa keras.Dunia anak-anak memang polos dan sederhana. Hal kecil pun bisa mengubah pandangan mereka terhadap seseorang.Dia berharap Michael bisa polos dan baik seperti ini selamanya.Michael menunduk. Ada hawa dingin memancar dari ujung matanya.K mengirimkan nama domain dari situs web itu. Dia melihatnya tadi dan mendapati bahwa domain itu berasal dari Tanjaya Group.Dengan kata lain, hacker yang menyerang situs perusahaan ibunya malam itu ada hubungannya dengan keluarga Tanjaya.Dia mengusulkan untuk mengunjungi Darren karena
Shania bertanya kepada Eddy kemarin dan baru mengetahui bahwa Darren menyukai Transformers.Jadi, pagi-pagi sekali hari ini, dia pergi ke supermarket untuk memilih mainan Transformers paling mewah dan membelikannya untuk Darren.Namun, anak ini membanting mainan yang dipilihnya dengan tulus itu ke lantai.Apa itu artinya, apa pun yang dia lakukan, dia tidak akan bisa membuat Darren mengakuinya sebagai ibu?Hilmi menghampiri Shania dan berkata dengan hormat dan tegas, “Bu Shania, kondisi Den Darren masih lemah dan masih butuh istirahat untuk pulih. Suasana hatinya nggak boleh diganggu. Ibu sebaiknya keluar dulu.”Shania menggigit bibirnya, tidak mau keluar.Dia datang untuk mencoba yang terbaik untuk memperbaiki hubungannya dengan Darren. Dia tidak bisa pergi begitu saja.“Ma, Mama keluar saja dulu. Nanti masuk lagi setelah Darren tenang,” kata Eddy dengan nada datar.Eddy sudah berkata begitu, jadi Shania mau tidak mau harus mendengarkan.Dia pun berjalan keluar dari kamar pasien terse
Eddy mengambil mainan Transformers yang rusak di lantai, lalu meletakkannya dengan benar di samping tempat tidur.Dia berkata dengan datar, “Bagaimanapun juga, dia adalah mama kita. Kamu nggak perlu menyayanginya, tapi kamu harus menghormatinya.”Darren mengucek mata merahnya, tidak menjawab.Eddy tahu bahwa topik ini tidak bisa dibicarakan lebih lanjut.Dia berjeda sebentar dan berkata, “Apa dua anak yang datang menjengukmu kemarin malam adalah teman sekelasmu di sekolah?”Suasana hati Darren langsung membaik.Dia tersenyum dan berkata, “Nama mereka Michael dan Michelle. Mereka datang bersama Tante Rachel untuk menjengukku.”“Michelle?” Eddy menaikkan alisnya, “Gadis kecil itu bernama Michelle?”“Iya, aku selalu memanggilnya Michelle. Kak, aku beri tahu ya. Michelle itu orangnya sangat imut. Dia nggak suka bicara, tapi matanya seperti bisa berbicara. Matanya besar, seperti anggur. Setiap kali dia memandangiku, aku merasa seperti tenggelam dalam matanya.”Mata Darren berbinar.Eddy iku
Dia perlahan bertanya, “Apa hubungan antara gadis kecil itu dan Rachel?”Tadi waktu di kamar pasien, Darren bilang Michelle ikut datang ke rumah sakit untuk menjenguknya.Sekarang, Michelle datang bersama Rachel lagi.Selain itu, Rachel juga menggandeng satu anak laki-laki lagi.Semacam rasa curiga muncul di benaknya.Jantung Shania berdegup kencang.Eddy jarang menunjukkan ketertarikan pada siapapun atau hal apa pun. Namun, hari ini, dia justru berinisiatif untuk bertanya tentang anak haram itu?Anak itu adalah putri Rachel, adik kandungnya!Apa ada ikatan yang tak terlihat antara mereka?Jika demikian, dengan IQ-nya yang tinggi, Eddy akan segera menyadari bahwa Rachel adalah ibu kandungnya dan Darren?Dalam sekejap, banyak pikiran melintas di benak Shania.Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Mama juga ingin tahu apa hubungan antara anak itu dengan Rachel. Kalaupun Rachel langsung hamil setelah menghilang empat tahun lalu, dia nggak mungkin punya anak sebesar itu ....”Dia ber