Untuk pertama kalinya Nadira melihat emosi lelaki itu lepas kendali. Dia tercenung sesaat dan kemudian terkekeh sambil berkata, “Kamu bilang apa? Aku meninggalkanmu?”Dengan sorot tajam dan dingin, perempuan itu berkata, “Kamu itu penerus Tanjaya Group! Memangnya aku siapa yang berani meninggalkanmu?!”“Nadira!” ujar Eddy dengan nada menggeram.Eddy pikir karena dia kurang dewasa dan tidak bisa mencintai orang lain sehingga membuat Nadira terluka dan jatuh cinta pada orang lain. Namun ternyata semua itu bohong. Perempuan itu mencampakkannya dengan alasan yang bohong! Eddy dibuat bagai seonggok sampah yang dibuang begitu saja.“Pak Eddy, tolong jaga-““Jangan panggil aku ‘Pak Eddy’!” potong Eddy dengan marah.“Nadira, aku nggak menyalahkan apa yang pernah kamu perbuat dulu, tapi kamu harus kasih aku satu alasan! Alasan kamu menjatuhkan aku hukuman tanpa sebab dan alasan!”Tubuh Nadira bergetar karena marah. Dia mendongak dan menatap lelaki di hadapannya. Kedua bola mata lelaki itu tampa
Mereka tidak boleh ikut campur urusan ini karena merupakan masalah pribadi Eddy. Lelaki itu juga tidak ingin sakit hatinya dalam hal percintaan diketahui oleh adik-adiknya. Michael menghela napas berat dan memejamkan mata sambil berkata, “Kakak tahu.”Dia tidak akan menyentuh Nadira dan ikut campur masalah ini. Mereka seharusnya percaya dengan Eddy kalau lelaki itu pasti bisa bangkit kembali.“Sebenarnya aku merasa Kak Nadira ada alasannya sendiri,” ujar Nana.Nana terlihat sedikit tidak enak hati karena ucapannya seperti berpihak pada orang yang menyakiti Eddy. Akan tetapi entah kenapa Nana merasa bahwa Nadira ada alasannya sendiri.“Anggun ngomong apa? Kamu masih terlalu polos. Kamu itu seperti sosok Kak Eddy yang lain,” ujar Darren. Artinya jika Eddy dibohongi, maka Nana juga ikut dibohongi.“Sebenarnya aku juga setuju dengan perkataannya Anggun,” kata Michelle dengan sedikit ragu.“Dulu kita semua bisa lihat sebaik apa Kak Nadira pada Kak Eddy. Nggak mungkin itu hanya sebuah kepuas
Tok! Tok! Tok!Pintu kamar berbunyi sebanyak tiga kali. Namun tidak ada respons apa pun. Eddy duduk di depan meja kerjanya tanpa menghidupkan lampu kamar. Dia hanya diam sambil menatap lampu kota di jendela.Orang di luar sana tampak tidak menyerah dan mengetuk pintu kamar lagi. Eddy menarik tatapannya dan menoleh ke arah pintu. Dia sudah menitip pesan sehingga asistennya tidak akan mengganggunya jika tidak ada hal genting. Kemungkinan sesuatu telah terjadi karena ketukan tersebut terus menerus.Keningnya berkerut dan lelaki itu bangkit berdiri. Dia menegakkan punggungnya dan mengangkat dagu. Lelaki itu kembali pada sosok CEO yang dingin dan tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan dalam waktu yang lama.Ada banyak orang yang membutuhkan dirinya di belakang sana. Eddy harus kuat dan tidak ada yang tidak bisa dia lakukan.“Bagaimana ini? di dalam nggak ada suara dan gelap gulita. Kak Eddy nggak mungkin tidur, kan?” ujar Darren sambil mencoba mengintip bagian dalam kamar.Miche
Setelah itu dia mengelus perutnya sambil memasang wajah memelas. Eddy tidak bisa menolaknya lagi dan melangkah mendekatinya sambil menoleh ke arah Darren dan bertanya, “Kamu mau ikut?”Eddy menggeleng dan berkata, “Nggak, terima kasih, Kak! Selamat makan!”Setelah itu dia melayangkan lirikan penuh arti pada Nana dan pergi dengan cepat dari sana. Eddy hanya menggelengkan kepalanya melihat punggung adiknya itu.“Kak, aku buat makanan kesukaan Kakak, ayo cobain dulu!” ujar Nana sambil membuka kotak makan.Dia menghirup makanan tersebut dalam-dalam dan memasang senyum lebar sambil berkata, “Wangi sekali! Pasti sangat enak!”“Kamu buat makanan kesukaan Kakak atau kesukaan kamu sendiri?” tanya Eddy dengan alis terangkat dan tersenyum tipis.“Yang kita suka! Hahaha! Siapa suruh kita saudara kandung!” kata Nana sambil membagikan nasi dan menyendokkan sayur.Setelah keduanya sudah kenyang, Nana membaringkan tubuhnya di sofa sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit.“Nggak sanggup lagi! p
“Sebelum Nadira dan Kak Eddy putus, dia pernah hilang selama setengah bulan. Sebelum itu usaha ayahnya bangkrut dan ayahnya sering mabuk. Waktu itu dia menyetir dalam keadaan mabuk dan membawa adiknya. Akhirnya keduanya jatuh ke dalam sungai,” kata Michael.“Apa?!” Cerita tersebut membuat Nana terkejut.“Seingatku latar belakang Kak Nadira seharusnya lumayan bagus. Meski mamanya meninggal lebih awal, setidaknya hubungannya dengan papanya dan adiknya sangat baik. Papanya sangat menyayangi mereka sehingga sifat Kak Nadira juga lebih lembut dan ceria,” ujar Darren.Setelah itu dia menghela napas dan kembali berkata, “Sayangnya dia bisa tiba-tiba berubah.”Nana ikut mengangguk dan matanya tampak memerah sambil berkata, “Siapa yang bisa sanggup menghadapi hal menyedihkan seperti itu? Saat itu usianya belum 20 tahun, kan?”“Kak Eddy tahu tentang ini?” tanya Michelle.Karena kejadian ini terjadi setelah putus dengan Eddy, apa yang lelaki itu lakukan?“Seharusnya saat itu Kak Eddy nggak tahu.
Melihat wajah dingin lelaki itu membuat Michelle menggenggam tangan lelaki itu sambil menggeleng dan berkata, “Kak Michael, pikiran Kakak terlalu negatif. Karena cinta makanya bisa ada benci dan luka. Aku rasa selama Kak Eddy menghilang, Nadira juga melewati masa-masa yang sulit,”“Dia pasti ada alasan sendiri makanya setengah bulan kemudian meminta putus dengan Kak Eddy. Yang terluka dalam hubungan ini nggak hanya Kak Eddy seorang saja.”Michael menahan emosinya dan akhirnya dia tidak bisa mengatakan apa pun.“Aku merasa apa yang Kak Michelle katakan cukup masuk akal,” ujar Nana sambil mengangguk.“Aku ingin sekali tanya sama Kak Nadira. Apa alasan dia sehingga begitu yakin putus dengan Kak Eddy? sikapnya di kafe tadi sudah menunjukkan kalau dia nggak bisa melupakan Kak Eddy.”“Anggun! Kamu nggak boleh tanya, Kakak nggak mengizinkan kamu ikut campur!” ujar Michael dengan tegas.“Apa?” Nana terkejut. Dia mendongak menatap Michael dan menatap lelaki itu tidak mengerti. Michelle dan Darr
“Baiklah,” ujar lelaki itu sambil mengangkat tangan menyerah. Dia membuang rokok dan pemantik tersebut ke tempat sampah.“Sekarang harus bagaimana?” tanya Michael sambil menatap wajah polos adiknya. Tatapan lelaki itu terlihat tak berdaya.“Dalam urusan hati, Kakak beneran nggak bisa apa-apa. Kakak hanya bisa mengandalkan kamu.”“Aku ingin cari Kak Nadira buat ngobrol. Kita nggak perlu langsung bilang tentang masalah Anggun, tapi setidaknya aku bisa mengerti apa yang dia pikirkan. Aku selalu merasa dia minta berpisah bukan hanya semata Kak Eddy nggak menemaninya. Pasti ada hal lain yang membuatnya mati rasa.”“Iya, boleh. Kalau kamu masih belum bisa, berarti Kakak yang akan turun tangan,” ujar Michael dengan tatapan terlihat dingin.Michelle mendadak merinding dan berkata, “Kak, Kakak itu tim jaringan keamanan negara, nggak boleh menunjukkan ekspresi berbahaya seperti itu. Kakak tahu kalau Kakak terlihat sangat menakutkan dan berbahaya?”“Sembarangan!”Jelas-jelas dia tidak berbahaya!
“Tentu saja!” puji Darren dengan bangga.Sesaat kemudian mereka tiba di hotel tempat Nadira tinggal. Keduanya langsung bertemu dengan perempuan itu di lobi.“Darren? Nana? Kenapa kalian ada di sini?” tanya Nadira terkejut.“Kak Nadira? Kebetulan sekali, eh, maksudnya long time no see!” ujar Nana dengan tergagap.Darren mengelus kepala Nana untuk menenangkan perempuan itu dan kemudian menatap Nadira. Tatapannya berubah serius sambil berkata, “Kak Nadira, kami sengaja mencarimu.”“Mencariku? Ada apa?” tanya Nadira dengan raut dingin dan terlihat waspada.“Mungkin kita bisa ganti tempat untuk bicara?” ujar Darren.Sepuluh menit kemudian, mereka duduk di kafe seberang hotel. Nadira mengaduk kopinya dengan sendok kecil sambil menertawakan dirinya sendiri dan berkata, “Hari ini aku berjodoh sekali dengan keluarga Tanjaya. Dalam sehari ketemu tiga orang.”Selama tiga tahun mereka tidak saling berkomunikasi, mendadak adik kakak ini muncul di hadapannya. Jika mereka bilang tidak ada hubungannya