Namun yang datang ternyata adalah Rania. Dia datang membawakan rantang makanan dan tampak kaget melihat orang-orang yang ada di dalam.“Eh, Kak Rania,” sapa Rashel tersenyum.Akan tetapi Rania tidak berani masuk karena sosok pria yang tinggi dan dingin, serta keempat anak yang ada di dalam terlihat seperti orang-orang yang mengintimidasi. Dia pun mengusap hidungnya seraya berkata, “Kemarin malam aku ada buat sup ayam merah khusus untuk nambah darah. Ayo cepat dimakan selagi masih hangat.”Tadi pagi Rashel hanya makan semangkuk pangsit rebus, jadi dia masih merasa kelaparan. Dia pun menyeruput supnya dan berkata, “Makasih, ya, Kak Rania. Anggun gimana kabarnya?”“Dokter bilang dia bakal siuman dalam waktu 24 jam. Biarpun sudah lewat masa kritis, aku juga kaget tadi pagi dia sudah bangun. Sekarang ada papanya yang menemani di sana …. Bu Rashel, terima kasih banyak, ya. Aku nggak tahu harus gimana balas budi ….”“Anggun sudah sadar? Aku boleh ketemu dia?”“Kamu kan penyelamat nyawanya. Ak
Peter sudah datang begitu mereka semua kembali ke bangsalnya Rashel.Seketika Peter bertemu, matanya langsung terbelalak dan berkata, “Ternyata ini benar-benar kamu. Kukira kamu sudah ….”Sebelum Peter selesai berbicara, dia dapat merasakan tatapan mata Ronald yang sangat mencekam. Dia pun menelan kembali kata-katanya dan melanjutkan, “Ayo kita mulai sesinya untuk ngembaliin ingatan kamu.”Rashel sudah lama sekali menunggu hari ini tiba. Selama beberapa tahun hidup di Kota Abrha, dia sering kali berpikir siapakah dirinya. Tanpa mengetahui dari mana asalnya, bagaimana caranya dia bisa pulang, bukan? Rashel mengikuti arahan dari Peter dengan serius, dan tak sampai sepuluh menit, dia sudah tertidur pulas. Apabila ada orang yang dengan sengaja menekan ingatannya, maka akan sangat sulit untuk menggalinya kembali. Namun jika ingatannya hilang karena faktor fisik, ingatan itu bisa digali kembali sepenuhnya dengan bantuan hipnoterapi.Dikarenakan Rashel sudah membuka hati sepenuhnya, sepanjang
“Mama, jadi kami punya adik cowok atau cewek?” tanya Darren.Rachel berusaha menggali kembali ingatannya, lalu dia menjawab, “Cewek.”“Yey, sekarang aku jadi kakak!” seru Michelle kegirangan. “Akhirnya aku bukan jadi yang paling kecil lagi.”Jarak usia Michelle dengan ketiga kakak lelakinya tidak terlalu jauh, tapi dia selalu dianggap yang paling kecil. Sebagai anak bontot tentu ada kelebihannya sendiri, tapi begitu juga dengan kekurangan. Apa pun yang terjadi, Michelle selalu saja dilindungi oleh yang lain.Berbeda dengan anak-anak, Rachel terlihat tidak begitu bahagia. Selama beberapa tahun terakhir tinggal dengan keluarga Rolando, Rachel merasa mereka sangat protektif. Untuk menutupi dosa ini, mungkin saja mereka memberikan anak itu kepada ….Sampai di situ Rachel langsung memejamkan mata karena tidak ingin membuat anak-anak ikut khawatir.“Tok tok!”Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Zico masuk dan spontan berbicara ketika melihat Rachel, “Kak Rachel ….”“Ini Mama!” seru D
“Pokoknya semua yang ada di sini jangan ngomong apa-apa soal kejadian ini!” kata Ranti. “Ini rahasia besar keluarga kita. Siapa pun yang bocorin bakal kuusir!”Semua orang yang ada di tempat mengangguk dengan raut wajah serius. Tepat di kala itu pula, sebuah suara menggema dari arah pintu masuk.“Oh, jadi ini rahasia keluarga kalian? Bukannya aku juga termasuk keluarga, kenapa aku nggak boleh tahu?”Sesosok wanita yang ramping berjalan masuk mengiringi suara tersebut. Dia mengenakan pakaian santai berwarna putih, rambut yang dibiarkan terurai sebahu, mata yang dingin dan bibir yang menyimpan senyuman sinis. Penampilannya yang jelas sangat biasa itu entah bagaimana bisa membuat seluruh keluarga Rolando ketakutan.“Rashel, kata papa kamu, kamu sudah ketemuan sama keluarga kamu yang dulu?” tanya Ranti.Rachel menyeret bangku yang ada di dekatnya dan langsung duduk. Sekian lama dia tinggal bersama mereka, mungkin baru kali ini dia berani bersikap kurang ajar seperti itu. Semua orang yang a
“Biarin saja dia keluarin semuanya,” usul Ronald. “Pasti itu yang dia mau setelah ngelewatin hari-hari kayak mimpi buruk selama tiga tahun.”Empat tahun yang lalu, Rachel pergi ke pantai dengan kapal cruise seorang diri hanya untuk menenangkan diri. Namun tak sengaja dia terjatuh ke dalam air dan dia pun terpisahkan dengan keluarganya selama empat tahun.Keluarga Rolando memang menyelamatkannya, tapi di saat yang sama juga menyakiti anak dalam kandungannya dan membuat Rachel kehilangan ingatan. Tentu saja dia murka atas apa yang terjadi, dan itu semua harus bisa dia lepaskan.Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, Rachel akhirnya keluar dari kediaman keluarga besar Rolando.“Eh, kalian berdua kenapa ada di sini?” tanya Rachel.“Kak Ronald khawatir, jadi dia ngajak aku kemari,” jawab Zico. “Kakak nggak apa-apa?”“Yang terakhir megang anakku itu seorang perawat yang namanya Dea, aku mau ke rumah sakit untuk cari dia.”Keluarga Rolando yakin bahwa anak itu sudah mati. Setelah didesak hin
“Aku nggak tahu apa-apa …,” kata Dea.Ronald tidak peduli apakah lawan bicaranya itu pria atau wanita, dia langsung saja menggenggam lengan si perawat itu dan mematahkan pergelangan tangannya. Anaknya waktu itu disentuh oleh tangan wanita ini, jadi dia juga harus membayar dengan tangannya.Dea pun menjerit kesakitan dan berkata, “Ini sudah melanggar hukum! Aku bakal lapor polisi!”“Lapor saja, biar polisi sekalian selidiki apa yang kamu perbuat tiga tahun yang lalu,” kata Rachel.Operasi itu adalah praktik ilegal, dan semua pihak yang terlibat menerima uang suap. Asalkan ada pihak berwenang yang menyelidikinya, mereka pasti dapat menemukan bukti.Dea yakin betul kalau dia masih bersikeras tidak mau berbicara, pria yang ada di hadapannya ini pasti akan mematahkan kedua kakinya juga. Maka itu dia pun akhirnya buka mulut, “Anaknya sudah nggak bernyawa waktu aku terima. Pas aku mau urus kematiannya, tiba-tiba anak itu hidup lagi dan nangis-nangis ….”Sekejap tatapan mata Rachel seakan ber
“Zico, bawa Rachel ke cafe dulu, di sini biar aku saja yang urus!”Zico pun mengajak kakaknya pergi ke sebuah cafe terdekat. Akhirnya Rachel merasa jauh lebih baik setelah meyeruput satu tegukan kopi. Dia sedang tidak ingin pikirannya berkeliaran ke mana-mana, yang dia mau hanyalah duduk dengan tenang menunggu di cafe.Satu bulan kemudian akhirnya Anggun sudah boleh keluar dari rumah sakit.“Halo Kak Eddy, Kak Darren, Kak Michael, Kak Michelle!” sapa Anggun kepada keempat kakaknya satu per satu dengan senyum manisnya. Dia baru berusia tiga tahun, pas di mana sedang masa-masa yang paling menggemaskan. Kedua bola matanya begitu besar menawan seperti buah anggur.“Anggun, kita sudah siapin kamar yang gede banget untuk kamu. Kita juga beliin boneka Barbie sama mainan rumah-rumahan. Pokoknya setiap hari kita bisa main bareng!”“Wah, yang benar? Aku senang banget!” kata Anggun.Rania yang berdiri di samping mereka pun ikut berbicara sambil meneteskan air mata, “Baguslah, ternyata Anggun masi
Lima belas tahun kemudian ….Suasana di bandara sangat ramai. Di tengah kerumunan, tampak seorang gadis cantik berlari menuju toilet yang sepi. Kemudian dia membuka ponselnya yang sudah sejak tadi berdering dan menerima panggilan masuk.“Kak, aku baru saja selesai pelajaran. Ada apa?” tanyanya dengan suara yang imut.“Kasih tahu apa saja jadwal kamu hari ini,” sahut pria dari sisi lain telepon dengan suara yang dalam.“Jadwalku, ya …. Hari ini masih kayak biasa, belajar saja seharian. Tadi aku baru saja ikut kelas ekonomi, sebentar lagi mau siap-siap untuk kompetisi. Habis itu, malam aku ada janji makan di restoran hotpot yang baru buka di samping asrama bareng sama temanku. Sekian jadwal satu hari penuh dari adik kesayangan Kakak!”“... oke, bagus …. Angun.”“... eh? Kenapa, Kak?”“Jangan makan yang pedas, nanti jerawatan.”“.…”Dasar cowok tidak peka! Tak heran dia gagal mendapatkan cinta pertamanya! Eddy masih tidak tahu kalau adiknya yang paling kecil itu sedang meledeknya. Setelah